JAN 20, 2015@09:00 WIB | 2,420 Views
Keinginan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membatasi usia kendaraan roda empat yang beredar di Ibukota bukan cuma berdampak negatif pada pemilik mobil tua, namun juga berbagai macam industri pendukungnya.
Selain para pemilik mobil tua yang dirugikan karena kendaraannya dilarang melintas di ruas-ruas jalan Jakarta, beberapa industri otomotif pendukung juga akan mengalami efek negatif serupa. "Bagaimana dengan bengkel, penjual sparepart, dan penjual mobil bekas, mereka bisa mati kalau di Jakarta gak boleh ada mobil tua," kata Amroe Wahyudi yang merupakan Presiden Forum Komunikasi Komunitas dan Club Otomotif (FK3O).
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, kata Amroe, seharusnya melihat terlebih dulu besarnya pasar industri pendukung mobil-mobil tua itu. "Kemudian Ahok juga gemborkan tentang industri kreatif. Di Jakarta banyak sekali bengkel dempul, bengkel cat, bengkel bodi repair, atau bengkel knalpot, apa itu bukan industri kreatif," lanjut Amroe.
Hal lain yang menurutnya juga wajib diperhatikan yakni nasib warga daerah yang akan masuk ke Jakarta namun menggunakan mobil tua. "Mereka cuma punya satu-satunya mobil, beli mobil pakai uang sendiri, bayar pajaknya harus menyisakan uang gaji, tapi begitu mau ke Jakarta, di stop, syukur kalau tidak ditilang, kalau pakai ditilang? Apa salahnya orang itu? Dia tidak tinggal di Jakarta kok," tukas Amroe.
Oleh sebab itu ia berharap Ahok bisa meninjau ulang rencana kebijakan pembatasan usia mobil yang akan diterapkan di Jakarta tersebut. "Saya lebih suka kalau ERP (Electronic Road Pricing) yang diterapkan. Jadi siapa saja boleh lewat jalan itu asal bayar. Ini terbukti sukses di Singapura, mengapa tidak diterapkan disini. Jangan mobil tua-nya yang disalahkan," tutup dia. [Pra/timBX]