DEC 30, 2019@17:20 WIB | 6,170 Views
Tak diragukan, kita semua akan sepakat jika kata “Yogyakarta” dan “Makanan” disebut dalam satu kalimat, maka Gudeg adalah sinonim yang paling tepat. Sejak berabad silam, Gudeg mengisi kehidupan masyarakat Yogyakarta mulai dari pertama kali kerajaan ini berdiri. Rakyat biasa hingga Sultan Yogyakarta telah akrab dengan citarasa nangka muda yang diolah bersamaan dengan kelapa muda, gula jawa dan rempah khas Indonesia.
Mengunjungi Jogja kurang pas jika tak mencicipi kelezatan gudeg. Rasanya yang manis dan gurih cocok sekali disantap dengan sepiring nasi panas, krecek, tempe tahu, dan tambahan opor Ayam. Mencarinya pun takkan sulit, di mana ada keramaian, di sana Gudeg tersaji. Rasanya setiap sudut Yogyakarta, gudeg selalu siap menggoyang lidah para turis lokal maupun asing.
Dikutip dari laman Indonesia.go.id, sejarah gudeg dapat dilacak keberadaannya sejak jaman Mataram Berjaya di bumi Nusantara. Murdjiati, sejarahwan sekaligus penulis buku ‘Gudeg, Sejarah dan Riwayatnya’ menyebut bahwa pada abad ke 16, prajurit Mataram harus membabat hutan untuk membangun kota baru yang nantinya disebut Kotagede. Menurut Sejarah, di hutan Kotagede berlimpah ruah buah nangka dan kelapa muda. Para prajurit inilah yang kemudian mengolahnya menjadi makanan sehari-hari. Nangka muda dipotong cacah kemudian dipadukan dengan santan kelapa muda dan gula aren lalu diaduk dalam bejana besar berbahan logam. proses mengaduk inilah yang menjadi cikal bakal penamaan makanan khas ini. Dalam bahasa jawa mengaduk berarti hanggudeg, lalu semakin ke sini, diserap menjadi kata tunggal ‘Gudeg’. Kelezatannya tersebar hingga ke istana kerajaan, Mulai dari raja Pakubuwana IX hingga Sri Sultan Hamengkubuwono X merupakan raja jawa yang mencintai sajian ini.
Ketenaran gudeg semakin dikenal karena arus urbanisasi dan akulturasi masyarakat Yogya dengan dunia sekitar. Karena banyaknya pelajar luar Yogya yang belajar di kota ini, kelezatan gudeg juga meluas tak hanya di wilayah pulau jawa, namun hingga ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan ke Mancanegara.
Syahdan di tahun 1925, seorang wanita Yogya merintis usaha Gudeg, orang mengenalnya dengan nama Bu Tjitro atau nama lengkapnya adlah Tjitro Sastrodiprodjo, selama hampir seabad, Bu Tjitro konsisten menjaga kualitas gudeg seperti kala pertama ia menjualnya dan sampai saat ini kelezatan seporsi gudeg Bu Tjitro dapat dinikmati di restaurant Bu Tjitro yang beralamat di Jalan Janti, No. 330 Yogyakarta.
Di restaurant ini, kamu bisa merasakan menikmati seporsi gudeg, tempatnya yang luas dan nyaman akan membuat kamu betah menjelajahi tiap rasa, ditambah lagi dengan alunan musik tradisional jawa yang akan setiap menemani wisata kuliner kamu.
Seiring berjalannya waktu, Gudeg bu Tjitro terus melakukan inovasi-inovasi terkini demi menjawab citarasa orang yang tentunya berbeda-beda. Transformasi rasa gudeg terwujud dalam berbagai varian rasa yang ditawarkan, mulai dari gudeg original, gudeg pedas, gudeg rendang, hingga gudeg blondo. Seperti penamaannya, gudeg pedas dan gudeg rendang adalah citarasa gudeg asli yang dipadu dengan pedasnya cabai dan kayanya rempah khas rendang. Yang unik dan perlu kamu coba adalah gudeg blondo, gudeg ini berwarna lebih gelap dari gudeg biasanya, warna gelap yang timbul dari gula aren yang lebih banyak proporsinya disbanding gudeg lain. Di dalamnya, berisi campuran gudeg kering, krecek, suwiran ayam hingga telur bebek.
Transformasi rupanya tak hanya dilakukan pada citarasa, kemasan gudeg bu Tjitro terbilang modern. Bu Tjitro adalah pelopor penggunaan kemasan kaleng untuk gudeg. Gunanya tentu agar gudeg dapat lebih lama disimpan. Menurut pramusaji, sekaleng gudeg bu Tjitro mampu bertahan selama satu tahun tanpa sedikit pun mengurangi kualitas yang terkadung di dalamnya. Namun bagi kamu yang berlokasi tidak jauh dari Yogyakarta, kamu bisa mencoba gudeg kendil sebagai oleh-oleh, gudeg kendil mampu bertahan selama dua hari sejak pertama kali kamu membelinya.
Demi memperluas pangsa pasar, Bu Tjiro juga membuka gerai terbarunya di wilayah Jakarta, Jika kamu berada di Jakarta, kamu tak perlu jauh-jauh ke Yogyakarta untuk menikmati sajian legendaris ini. Gerainya kini dapat kamu temui di Wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, hingga Jakarta Utara. Kamu Cuma perlu googling, cari gerai terdekat dan nikmati citarasanya.
Bu Tjitro tak hanya dikenal sebagai penjual gudeg, Bu Tjitro adalah legenda dan kisah gudeg yang secara turun temurun konsisten menjaga tradisi dan kekayaan tak benda milik masyarakat Yogyakarta.[Agp/Hsn/timBX]