MAY 09, 2019@11:08 WIB | 1,294 Views
Batu bacan dulu sempat tenar dan diburu di mana-mana. Di Halmahera Selatan sana, ada Pulau Bacan yang menjadi pusat peredaran Batu Bacan. Segala di sana serba bacan. Meski sudah meredup pesonanya, namun ada sisa kejayaan batu bacan yang tertinggal, yaitu jembatan batu bacan.
Jembatan ini menghubungkan antara dua perkampungan padat penduduk, yaitu Desa Amasing Kota dengan Desa Amasing Kota Utara di sisi satunya.Jembatan ini berlantaikan mozaik batu bacan berbagai ukuran selebar kurang lebih sekitar 2 meter lebarnya. Jembatan yang berada di Ibu Kota Kabupaten Labuha ini ditopang oleh tiang-tiang berwarna kuning dengan desain meliuk-liuk di bagian atasnya.
Sungai di bawahnya, sungai Inggoi, juga masih sering dilalui oleh penduduk yang hilir mudik menuju dermaga menggunakan perahu kecil. Menurut cerita yang beredar, setidaknya butuh kurang lebih 2 ton batu bacan untuk membangun jembatan sepanjang 38 meter tersebut.
Bagi orang dari Pulau Jawa seperti kami, tentu ini menjadi hal yang unik dan terbayang betapa berharganya jembatan ini jika dirupiahkan. Namun penduduk di sana santai saja melewati jembatan ini tanpa terpikir untuk mencongkelnya.
Bila orang-orang luar daerah menyebut ini sebagai Jembatan Batu Bacan, warga setempat sudah kadung akrab menyebut jembatan ini sebagai Jembatan Kabamas. Itu adalah nama lama sebelum jembatan ini direnovasi dan ditempeli batu berharga dari Pulau Kasiruta sejak 2011.
Banyak yang mengatakan batu ini semakin lama semakin mengkilap. Dahulu bebatuan ini berwarna hitam lalu semakin kehijauan dan cerah. Bagi para pecinta batu ini tentu menjadi pemandangan yang unik. Bahkan kami pun berlama-lama memandangi batu seukuran genggaman yang menempel bersama semen itu. Indah dan berkilauan. Jika sore tiba suasana di sini sejuk dan penuh dengan anak-anak yang bermain bola di sekitarnya.
Di dekat sini juga ada Masjid Kesultanan Bacan yang juga sarat sejarah dan menarik dikunjungi. Jadi ayo Blackpals, telusuri budaya batu bacan langsung di Pulau Bacan ya!