DEC 23, 2019@16:40 WIB | 4,284 Views
Jam menunjukkan pukul enam malam, orang lalu lalang di tengah gemerlap modernisasi Malioboro, di titik nol beberapa muda-mudi berswafoto tepat di tugu, beberapa lainnya asik mengborol di kedai khas Jogja yakni angkringan, dan beberapa lainnya menyusuri jalan menuju keraton Yogyakarta.
Malam semakin larut jalan semakin ramai, turis lokal dan mancanegara membaur tanpa sekat, berjalan di setapak trotoar yang sama dan ditemani pengamen jalanan. Orang yang pernah ke Yogyakarta pasti pernah merasakan perasaan yang sama.
Arus modernisasi membuat Yogyakarta semakin berwarna, jalur pedestrian kini kian lebar dengan lampu dan patung-patung artistik, toko warna-warni, jalur delman kian tertata rapi, radio lokal terus diputar sepanjang waktu. Namun semua orang rasanya sepakat bahwa arus modernisasi Jogja tidak akan menggerus kehangatan yang diberikan Yogyakarta. Kehangatan yang mengajak kita untuk terus dan terus rindu pada kota ini.
Yogyakarta bukan hanya sebuah kota, dia adalah sebuah nyawa, sebuah perasaan dan sebuah kenangan bagi setiap orang yang menyinggahinya. Penduduk yang ramah, waktu yang terasa berjalan amat lambat, rindang nuansa desa, hingga akulturasi budaya dan modernisasi.
Namun Yogyakarta tidak hanya soal Malioboro, kini Yogyakarta telah bertransformasi. Dengan kafe-kafe modern yang mengisi sudut-sudut kota, tempat makan dengan nama-nama unik, galeri seni nan apik hingga atraksi wisata lainnya yang tak kalah menarik. Sebarannya meliputi kota-kota satelit yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika kamu merencanakan untuk berlibur ke Yogyakarta, tidak ada salahnya jika kamu mengunjungi tempat-tempat hype di berbagai sudut kota. Karena Yogya tak hanya Malioboro.
Jika kamu berpikir bahwa olahan coklat terbaik berasal dari luar negeri baik Swiss, Amerika, atau Prancis, maka saatnya kamu merasakan lezatnya sepotong coklat racikan anak negeri. Coklat Monggo telah menjadi destinasi yang tak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke Yogyakarta. Terletak di jalan Jalan Dalem KG III No 978, Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, kedai sekaligus toko coklat ini akan memberikan kamu pengalaman yang berbeda karena kamu bisa langsung melihat proses pembuatan coklat tepat langsung di pabriknya. Untuk mencapainya, kamu bisa menaiki Trans Yogya yang menuju ke Kotagede atau jika ingin yang lebih simple kini telah banyak transportasi daring yang bisa kamu pilih lewat ponsel genggam.
Memasuki pintu gerbangnya, kamu akan disapa oleh kesederhanaan rumah kuno Jawa nan khas dan sebuah papan besar yang bertuliskan coklat Monggo tepat berada di beranda rumah. Memasuki ruang jual, kamu bisa melihat olahan coklat berbagai rasa dan ukuran. Kemasan yang unik, bergambar tokoh wayang, ikon-ikon wisata kota di Indonesia bisa kamu jadikan sebagai pilihan untuk oleh-oleh. Pilihan rasanya pun beragam, mulai dari rasa coklat yang lembut dan menenangkan, hingga rasa unik hasil modifikasi rasa ahli Coklat Monggo. Jika kamu penyuka pedas, kamu harus merasakan coklat red chilli yang memadukan rasa pedas cabai dan manisnya coklat. Di sini, kamu juga bisa merasakan coklat Pralin eksklusif racikan Monggo yang tak akan kamu temui di tempat lain.
Jika kamu ingin merasakan pengalaman yang lebih mengenai coklat Monggo, kamu juga berkesempatan untuk mengunjungi dan melihat langsung pembuatan coklat Monggo di pabrik yang berada tidak jauh dari toko. Namun, sebelumnya, kamu harus melakukan reservasi terlebih dahulu.
Jika kamu adalah pecinta seni, Museum Affandi harus ada di list tempat-tempat yang kamu kunjungi. Terletak di pinggir jalan utama Jalan Laksda Adisucipto No 167, Papringan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, museum ini sangat mudah dijangkau karena letaknya yang tidak jauh dari bandara Adisucipto Yogyakarta. Selain itu, bentuk gedung menyerupai rangkaian helai daun unik di tepi kali Gajah Wong akan membantu kamu mengidentifikasinya.
Di museum Affandi, kamu akan berkenalan dengan Affandi Koesoema, salah seorang maestro lukis Indonesia yang karyanya telah menjadi acuan ekspresionisme dan romantisme di Indonesia. Tidak dengan sang pelukis, namun kamu akan berkenalan dengan Affandi lewat karya dan memorabilia peninggalannya semasa hidup.
Museum ini terdiri dari tiga galeri seni yang memuat hampir sebagian besar karya Affandi yang telah dan tidak pernah dipublikasi semasa ia hidup. Namun sebelum mulai melintasi kisah Affandi, kamu akan langsung disapa oleh makam sang Maestro dan istrinya, Maryati, yang bersemayam tepat di depan galeri. Memasuki galeri pertama kamu akan berkenalan dengan masa-masa awal Affandi menjadi pelukis. Sketsa awal Affandi terarsip rapi. Galeri kedua memuat karya-karya fenomenal sang maestro, salah satunya adalah lukisan ekspresionis potret diri sang pelukis sendiri. Dan di galeri ketiga, kamu akan menemukan memorabilia peninggalan Affandi salah satunya adalah sedan Mistubishi Gallant tahun 1975 yang telah dimodifikasi.
Jika selama ini angkringan lekat dengan nuansa pinggir jalan, maka rumah makan Waroeng Klangenan menawarkan hal yang berbeda.
Angkringan sudah menjadi salah satu ikon kota ini. Biasanya kedai-kedai kecil yang dinamakan angkringan selalu berada di pinggir jalan. Sebagai informasi, kata ‘angkringan’ dipercaya berasal dari cara duduk santai pembeli yakni ‘nangkring’. Namun, restoran ini berhasil menaikkan kelas angkringan ke level yang lebih modern namun tanpa menghilangkan jiwa angkringan itu sendiri. Untuk menuju kesana, kamu hanya perlu mengetik keyword Waroeng Klangenan, kemudian Google akan menunjukkan kamu ke titik yang tepat yakni di Jalan Patangpuluhan No 28, Patangpuluhan, Wirobrajan.
Terletak di sebuah rumah bernuansa kuno yang dikelilingi rerimbun pepohonan, Klangenan akan membuat kamu enggan beranjak dari tempat duduk. Buka pada pukul empat sore hingga pukul sebelas malam hari, tempat ini menawarkan pengalaman nangkring di sebuah kafe yang asri dan nyaman. Nuansa angkringan dapat kamu rasakan lewat makanan dan minuman yang ditawarkan mulai dari sate-satean, wedang uwuh, hingga kopi jos yang terkenal. Harganya pun sangat bersahabat. Sate-satean dihargai 3000-5000 hingga wedangan yang tak akan membuat kantong kamu boros.
Yogyakarta menawarkan banyak arena rekreasi yang akan membuatmu selalu rindu. Jika kamu berkunjung ke sana, pastikan kamu mengeskplorasi tempat-tempat baru yang seru.[agp/hsn/timBX]