MAY 14, 2020@17:05 WIB | 740 Views
Dunia nyaris sunyi total akibat pandemi Covid-19. Sebermula, Wuhan tempat pertama diterpa pandemi menjelma bak kota mati. Tetapi, tak butuh waktu lama, keberadaan sumber daya segera dikerahkan seiring dengan penggunaan teknologi barunya. Alhasil, pandemi di Wuhan tertangani, Cina berhasil mengurangi dampak COVID-19 secara signifikan.
Wabah mendunia ini seperti film Hollywood “Contagion” (2011) yang seolah jadi isyarat dan tanda pandemi bakal terjadi. Di mana penduduk bumi menjalani karantina massal, sosial distancing, makanan langka, dan sepi dimana-mana. Bedanya, kini tersedia teknologi canggih yang terbukti dapat memerangi virus korona. Demikian yang Cina lakukan, dengan teknologi terbaru bisa keluar dari pandemi, di mana Wuhan bebas dari “kesunyian dan kegelapan” yang sempat menyelubungi beberapa waktu.
Teknologi terbaru yang digunakan Cina membawa sejarah baru dalam melewati masa pandemi. Ketersediaan teknologi menunjukkan, kini dunia lebih siap hadapi pandemi dari pada masa-masa sebelumnya. Harus diakui, Covid-19 membuka tabir kerapuhan manusia, persis seperti Black Deaths di Eropa abad pertengahan atau wabah Flu Spanyol tahun 1918. Tahun 2002, SARS mewabah. Waktu itu para ilmuwan butuh waktu lebih setahun untuk memecahkan kode genom virus. Sementara kemajuan teknologi telah menginditikasi genom Coronavirus hanya dalam sebulan.
Penduduk bumi dalam masa pandemi covid-19 ini jika berkepanjangan akan mencapai puncak keputusasaan apabila hanya bersandar pada dirinya sendiri dan manusia lainnya. Teknologi adalah jawaban dari kebuntuan dunia menghadapi wabah virus korona ini. Seperti di Cina, sebelum kota dan manusianya lebih berantakan lagi akibat virus korona, teknologi terbaru digunakan dan berhasil. Lihat bagaimana Cina melewatinya. Saat ini, beberapa negara yang terkena dampak melihat model Cina tentang penggunaan teknologi terbaik untuk menyelamatkan penduduknya dari pandemi covid-19. Berikut teknologi yang digunakan Cina, Indonesia bisa belajar:
Positioning Technologies
Selama masa krisis dan bencana virus korona ini, ternyata teknologi penentuan posisi (positioning technologies) memiliki peran penting. Dengan teknologi pentenyan posisi ini, instansi pemerintah dan responden pertama di lapangan bisa mendapatkan posisi yang tepat untuk secara akurat menilai situasi, menentukan daerah-daerah yang paling berisiko dan melakukan upaya-upaya bantuan dan rehabilitasi.
Di masa pandemi, Global Navigation Satellite System (GNSS) alias Sistem Navigasi setelit menjadi sangat berguna. Di Cina, BeiDou, rasi GNSS negara itu sendiri, membantu melacak pasien dan tempat-tempat yang terkena sehingga mengandung virus. Selain itu juga menganalisis pola wabah. Dengan bantuan data yang dapat diandalkan dan pemetaan serta pencitraan yang tepat, Cina dapat membangun ribuan rumah sakit darurat baru di seluruh negeri.
BeiDou digunakan oleh pengambil keputusan untuk perencanaan transportasi. Perusahaan logistik menggunakan terminal GNSS untuk mendistribusikan barang bantuan penting lebih cepat. BeiDou juga memiliki RDSS (Layanan Satelit Penentuan Radio) yang menyampaikan informasi real-time. Menurut laporan, pemerintah Cina dapat mempercepat pembangunan dua rumah sakit baru di Wuhan terutama karena BeiDou.
Di Ruichang, provinsi Jiangxi, aparat kepolisian menggunakan pesawat tanpa awak BeiDou untuk memantau area umum yang padat. Kementerian Transportasi Tiongkok dapat dengan cepat mengirim pesan darurat ke lebih dari 6 juta kendaraan yang terhubung menggunakan BeiDou. Raksasa e-commerce Cina JD juga mengirimkan peralatan medis di daerah rumah sakit terpencil di Wuhan dengan bantuan robot yang berbasis di BeiDou.
Pemantauan Satelit
Puluhan rumah sakit darurat dibangun dengan kecepatan super tinggi, kemajuan mereka pun terus dipantau menggunakan GaoFen, sebuah konstelasi satelit pengamatan bumi resolusi tinggi. Satelit pencitraan hiperspektral Zhuhai-1 dan Sentinel-1 ESA juga membantu pemantauan konstruksi rumah sakit tanpa henti. Universitas Wuhan secara aktif mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber data dan mengidentifikasi situs mana yang paling cocok untuk rumah sakit.
TFSTAR, satelit AI generasi kedua yang dirancang Pusat Penelitian Teknologi Satelit dari Universitas Sains dan Teknologi Elektronik China (UESTC) dan ADA-Space, mampu melakukan analisis dan pemrosesan yang kuat, yang memungkinkan bisa menyaring data. Dengan menggabungkan kemampuan pemrosesan data TFSTAR dengan geocoding, visualisasi kesehatan COVID-19 dibuat di mana orang dapat melihat jangkauan geografis virus dan dapat mengetahui jarak antara mereka dan infeksi aktif.
Robotika
Robot ini bisa bekerja mulai dari menyiapkan makanan di rumah sakit, merangkap sebagai pelayan di restoran, menyemprotkan desinfektan ke penjual beras dan mengeluarkan pembersih tangan. Ia berada di garis depan untuk mencegah penyebaran Coronavirus. Di banyak rumah sakit, robot juga melakukan diagnosis dan melakukan pencitraan termal. Perusahaan Multicopter yang berbasis di Shenzhen menggunakan robot untuk mengangkut sampel medis.
Sebuah rumah sakit di Wuhan dikelola sepenuhnya oleh robot. Rumah Sakit Wuchang, China Mobile dan Cloud Minds, produsen sistem robotika berbasis Cloud, berkumpul untuk proyek ini yang bertujuan menjadikan fasilitas rumah sakit sepenuhnya cerdas dan digital. Sebagian besar perangkat di rumah sakit diaktifkan IoT dan layanan dilakukan oleh robot. Penapisan awal pasien dilakukan oleh termometer berkemampuan 5G yang mengirimkan pembaruan instan. Juga, ada cincin dan gelang yang terhubung ke platform CloudMinds AI sehingga dapat memonitor semua perubahan dalam tubuh.
Reuters melaporkan, robot kecil “Little Peanut” mengantarkan makanan kepada penumpang dalam penerbangan dari Singapura ke Hangzhou, China yang ditahan di bawah karantina di hotel. CloudMinds sendiri telah menyebarkan 100 robot di rumah sakit. [asl/timBX]