AUG 30, 2021@18:10 WIB | 877 Views
Tracking admissions terbaru yang cukup mengejutkan dari Google, walaupun belum menjadi berita utama, seharusnya menjadi peringatan serius bagi 2,6 miliar pengguna Chrome. Jika anda termasuk salah satu pengguna Chrome, berita yang kurang menyenangkan ini seharusnya menjadi alasan yang kuat untuk mulai berhenti menggunakan Google Chrome.
Di balik strategi marketing yang cukup baik dan beragam pembaruan fitur, kenyataannya Chrome berantakan dalam sisi privasi dan keamanan. Chrome cukup tertinggal dari para saingannya dalam melindungi pengguna dari pelacakan dan pengambilan data. Google memiliki rencana untuk membuang cookie pihak ketiga/third party cookies, namun ditunda dan teknologi pengganti yang dikatakan akan mencegah pengguna diprofilkan dan dilacak ternyata malah memperburuk keadaan.
"Pengawasan di mana-mana... merugikan individu dan masyarakat,", kata pengembang Mozilla Firefox memperingatkan, dan "Chrome adalah satu-satunya browser utama yang tidak menawarkan perlindungan berarti terhadap pelacakan lintas situs dan akan terus membuat pengguna tidak terlindungi.".
Google siap (dan ironisnya) untuk mengakui bahwa pelacakan web di mana-mana seperti itu tidak terkendali dan telah mengakibatkan pudarnya kepercayaan, di mana sekitar 72% orang merasa bahwa hampir semua yang mereka lakukan online akan dilacak oleh pengiklan, perusahaan teknologi, atau lainnya, dan 81% mengatakan potensi risiko dari pengumpulan data lebih besar daripada manfaatnya.
Jadi, bagaimana Google dapat terus secara terbuka mengakui bahwa pelacakan ini merusak privasi pengguna, namun tetap mengaktifkan pelacakan tersebut secara default di browser andalannya?. Alasannya sederhana, yaitu uang. Membatasi pelacakan secara material akan mengurangi pendapatan iklan dari penargetan pengguna dengan promosi penjualan, pesan politik, dan opini. Dan saat ini, Google tidak memiliki rencana cadangan, untuk masalah pelacakan yang menganggu privasi para pengguna ini.
“Penelitian telah menunjukkan bahwa hingga 52 perusahaan secara teoritis dapat mengamati hingga 91% dari rata-rata riwayat penjelajahan web pengguna,”, kata seorang insinyur senior Chrome kepada Internet Engineering Task Force baru-baru ini, lalu dilanjutkan dengan, “dan ada 600 perusahaan yang dapat mengamati setidaknya 50%.”.
Google Privacy Sandbox seharusnya memperbaiki masalah ini, untuk melayani kebutuhan pengiklan yang ingin menargetkan pengguna dengan cara yang lebih "menjaga privasi". Tetapi masalahnya adalah walaupun tingkat kontrol Google yang luar biasa besar atas ekosistem periklanan internet, tingkat kontrol Google tidaklah mutlak, teknologi baru seperti apa pun yang dikeluarkan Google hanya akan menambah tingkah kompleksitas masalah itu dan tidak dapat berdiri sendiri.
Situasi yang tidak menyenangkan inilah yang berada di balik kegagalan FLoC, upaya Google yang digembar-gemborkan sendiri, untuk menyebarkan pelacakan anonim di seluruh web. Upaya tersebut justru malah menjadi tidak efektif, seperti membangun setengah tembok di dalam kandang ayam untuk melindungi para ayam jadi santapan serigala, tetapi di dalam kandang ayamnya sendiri sudah berkeliaran banyak serigala.
Daripada menargetkan anda sebagai individu, FLoC menggabungkan anda ke sekelompok orang dengan minat dan perilaku yang sama, yang ditentukan oleh situs web yang anda kunjungi. Jadi, anda tidak akan dilacak dengan detail, dan ditampilkan seperti ini, (James, 45 tahun, Marketing Manager, tinggal di Dallas, Texas). Sebagai gantinya, anda hanya akan ditampilkan sebagai anggota Kelompok X, di mana pengiklan dapat menyimpulkan apa yang kemungkinan besar akan anda lakukan dan anda beli dari situs web umum yang dikunjungi setiap anggota grup. Google pasti akan mengontrol seluruh proses, dan para pengiklan pasti akan membayar untuk menggunakan teknologi tersebut.
FLoC sendiri akhirnya langsung mendapat kecaman. Lobi privasi menyebutkan risiko, bahwa para pialang data hanya akan menambahkan ID kohort ke data lain yang dikumpulkan pada pengguna—alamat IP, identitas browser, atau pengidentifikasi web pihak pertama/first party apa pun, yang akan memberi mereka lebih banyak infomasi tentang individu. Ada juga risiko bahwa ID kohort dapat mengungkapkan informasi yang cukup sensitif, seperti politik, seksualitas, kesehatan, bahkan sampai segi keuangan.
Baca juga: Cara Menghilangkan Captcha di Chrome
Pada saat peluncuran tahap uji coba FLoC yang kontroversial, Google sangat percaya bahwa FLoC lebih baik untuk privasi pengguna dibandingkan dengan pelacakan lintas situs individu yang ada saat ini. Berbanding terbalik dengan pernyataan tersebut, Google tiba-tiba mengakui, memberi tahu IETF bahwa,dengan penggunaan permukaan sidik jari, bahkan tanpa FLoC, cukup mudah untuk mengidentifikasi pengguna secara unik,", tetapi FLoC justru malah menambahkan fitur untuk permukaan sidik jari baru. Jadi FLoC malah memperburuk keadaan, bukan memperbaiki keadaan.
Google mengakhiri uji coba FLoC bulan lalu. Google masih memikirkan apa saja yang perlu ditambahkan, sebelum akhirnya FLoC diproduksi, butuh waktu untuk memperbaiki semua kekurangan pada FLoC. Google membuat moratorium yang mencakup, penangguhan penghapusan pelacakan melalui cookie. Google akan terus melacak dan membuat profil pengguna melalui cookie hingga setidaknya 2023. Browser saingannya, Brave, memperingatkan, “tetapi permasalahan tentang privasi online memang pelik, dan Google perlu banyak berbenah untuk mengatasi masalah tersebut”.
Penundaan yang dilakukan Google dibalut dengan masalah peraturan yang juga dipicu oleh FLoC, dan apakah ini akan mengarah pada kontrol yang tidak semestinya untuk Google atas ekosistem periklanan. Tetapi bagi anda sebagai pengguna Chrome, ini menjadi masalah yang jauh lebih serius. Dengan pelacak pihak ketiga yang masih ada, dengan kegagalan FLoC, dan tanpa rencana pasti untuk peningkatan teknologi, penggunaan sidak jari pun tidak akan menjamin keselamatan untuk privasi anda.
Google memutuskan cookie pihak ketiga akan tetap ada, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan, mungkin lebih lama jika Google tidak dapat menemukan jalan keluar atas masalah tersebut. “Google sedang bersembunyi dan mengulur waktu untuk mengkonsolidasikan kembali kontrolnya atas pelacakan web.", kata saingan Google, Brave.
Masalah ini tidak semudah dengan menghapus Chrome saja, browser Google dan mesin pencarinya bukanlah hal yang sama. Google “memiliki pelacak yang dipasang di 75% dari berjuta situs web teratas”, beberapa kali lebih banyak dari Facebook, yang merupakan terburuk berikutnya. Dari laporan terbaru yang menunjukkan bahwa Google akan membayar Apple sekitar $15 miliar tahun ini untuk menjadi mesin pencari default di semua perangkatnya.
Permasalahan dari Chrome adalah bahwa browser, mesin pencari, dan pelacak semuanya berasal dari sumber yang sama. Jika browser anda bertindak sebagai penjaga privasi dan pelacak tersebut bertindak sebagai pemburu data, maka anda mungkin tidak ingin mereka memakai logo yang sama.
Chrome adalah salah satu platform utama Google untuk pembuatan data profil pengguna, meskipun anda dapat menambahkan Maps, Mail, Android, YouTube, dan berbagai platform, aplikasi, dan layanan lainnya ke dalam kelompok pembuat platform pembuatan data profil. Jadi, sementara browser lain mulai mengutamakan privasi para pengguna, Google akan melakukan hal itu jika dapat menemukan cara alternatif untuk menjual iklan. Ibaratnya, jika anda menggunakan Chrome, anda sudah melepaskan semua privasi anda, untuk mengeluarkan iklan Google perlu mendapatkan informasi yang detail dari anda.
Jika anda pengguna Apple, Safari adalah opsi yang jauh lebih baik untuk mencegah pelacakan lintas situs secara default, mode penelusuran pribadi/private browsing yang lebih bermanfaat dan ekstensif, karena ini adalah browser dari raksasa bidang teknologi, bukan raksasa bidang periklanan. Private Relay dari Apple juga merupakan langkah yang baik untuk menjaga privasi anda, yang dapat memutus rantai identitas antara perangkat anda dan situs yang anda kunjungi, walaupun inii hanya akan menjadi beta saat peluncuran iOS 15.
Jika anda menggunakan platform non-Apple, maka Brave, Mozilla, dan DuckDuckGo dapat menawarkan opsi yang lebih privasi dan lebih baik. Meskipun anda dapat menggunakan Chrome dalam Incognito Mode, terlepas dari masalah hukum baru-baru ini, anda tetap harus menyadari keterbatasannya, dan ini bukan alternatif yang baik untuk browser yang didesain untuk lebih pribadi.
Chrome memang browser yang sangat luar biasa secara teknis. Tetapi seperti halnya semua platform, aplikasi, dan layanan, anda tetap harus mengikuti uang. Beragam brand rela membayar mahal untuk menggunakan jasa pengiklanan dari Google, namun di balik itu semua, banyak pelanggaran privasi yang mungkin dilakukan oleh Google untuk mendapatkan seluruh data, agar setiap iklan sesuai pada target. [era/eve/timBX] berbagai sumber