AUG 26, 2018@18:00 WIB | 1,345 Views
Di era serba digital ini siapa yang tidak tahu dengan baterai lithium-ion. Sekarang, dengan dunia yang serba ketergantungan dengan gadget, baterai ini merupakan hal nomer wahid dikarenakan baterai lithium-ion sebagai sumber energi utama, entah dari smartphone, laptop, maupun EV. Diketahui juga kalau lithium-ion ini terkenal juga cenderung tidak stabil dan kurang aman juga.
Hal ini dilihat dari berbagai berbagai berita yang mengakibatkan luka bakar, kecelakaan, bahkan hingga kebakaran rumah akibat ledakan baterai lithium-ion. Sekarang, peneliti berfikir telah menemukan cara menghilangkan bahaya dengan menciptakan baterai lithium-ion yang tahan pada benturan.
Di dalam baterai lithium-ion yang biasa kita tahu saat ini berisi dua elektroda, dan kedua elektroda ini dibatasi hanya dengan sepotong plastik tipis. Ini adalah hal yang sangat konyol jika lapisan elektroda yang terpisah ini bersentuhan satu sama lain. Nah, yang akan terjadi malah sebuah malapetaka akibat reaksi tersebut.
Dengan alasan keamanan, para peneliti menggunakan bahan solid pada baterai agar menghindari benturan. Masalahnya lagi, baterai bermaterial solid yang saat ini tersedia di pasaran belum cukup layak dan juga harganya relatif lebih mahal dibandingkan dengan baterai lithium-ion yang biasa kita gunakan. Tentu akan membutuhkan perubahan signifikan dan penelitian lebih lanjut untuk baterai lithium-ion berbahan solid ini.
Namun, berbeda dengan tim dari Oak Ridge National Laboratory dan University of Rochester. Mereka ternyata telah mengembangkan cara praktis dan lebih murah untuk membuat baterai baterai lithium-ion lebih aman. Tim tersebut terinspirasi dari Oobleck yang terbuat dari tepung kanji atau tepung maizena dan dicampur dengan air. Oobleck ini memiliki sifat benda padat dan benda cair. Peneliti merumuskan Oobleck sebagai non-newtonian fluid. Tim tersebut menciptakan bahan yang mirip dengan Oobleck dan sejenis dengan silica.
Bahan ini akan digunakan sebagai pengganti plastik tipis yang memisahkan kedua elektroda di dalam baterai lithium-ion. Zat ini akan memadat ketika terbentur, mencegah kedua elektroda bersentuhan, dan dengan demikian bisa meminimalisir resiko ledakan. Dengan bahan yang tergolong murah, tentu saja membutuhkan sedikit waktu untuk dilakukan penyesuaian.
Gabriel Vieth mengatakan bahwa penerapan awal akan diterapkan kepada drone, EV, dan ponsel. Lebih lanjutnya, tim ingin merancang untuk militer, khususnya tentara yang membawa beban berat perlengkapan pelindung dan baterai. Baterai akan dipasang di dalam baju tentara dan berfungsi juga sebagai pelindung. Hal ini mampu meringankan beban yang dibawa sekitar 20 pound atau 10 kg.[dea\timBX]