AUG 12, 2024@13:00 WIB | 468 Views
Peran Artificial Intelligence atau AI sendiri berada di arah yang tepat. Namun, satu sisi ada banyak kesempatan baru untuk mengembangkan AI lebih kompleks. Sekarang ini banyak yang mencoba dorong AI ini ke versi generatif atau sebutannya AGI (Artificial Generative Intelligence). Kemampuan general dari AI ini malah cenderung lebih personal dan mandiri. Tetapi, pertanyaannya seberapa urgensi dan apa yang berbeda dari kedua model Pikiran buatan tersebut.
Sebenarnya AGI ini tercetus oleh Mark Zuckeberg, alih-alih gunakan AI sekarang ini masih terbatas. Justru ia mau push to the limit program AI yang ada dengan AGI tersebut. Namun satu sisi, AGI ini masih dalam tahap atau bahasan secara teoritis.
Namun, perbedaan apa yang membuat AGI ini terlihat powerful apabila terwujud? Ini perbedaannya.
AGI Lebih Powerful daripada AI?
Sebenarnya ini pertanyaan mencolok banget. Bagaimana sebuah AGI lebih powerful daripada AI? Menurut berbagai sumber, AI sendiri lebih mengutamakan tugas dengan keyword dan perintah lebih spesifik. Jadinya minta bahasan A tapi harus generate beberapa idea atau sesuai dengan kebutuhan.
Beda dengan AGI, cukup dengan topik atau bahasan A saja sudah bisa membuat beragam prompt dan bahasan dari tema A tersebut. Bahkan lebih detail dan banyak informasi yang mereka cari. Malah, kalau bisa hadirkan tema B dengan berbagai side quest justru memudahkan pencarian dari AGI tersebut.
Bukan itu saja, AGI ini malah bisa belajar, memahami sampai mempraktikan sesuatu layaknya MANUSIA! Iya seperti manusia persis. Bahkan ini bisa menjadi super machine layaknya Skynet di film Terminator. Ibaratnya, ini semua berkat sistem teknologi saat ini lebih cepat dan ekstrem dalam pengembangannya.
Lebih Fleksibel dari AI
Karena sudah mandiri mencari data tanpa bantuan manusia. AGI ini bisa mencari data dengan sendiri-nya secara seamless dari satu tugas ke tugas lainnya. Alias bisa berpindah dan memahami tugas lainnya tanpa dapat halangan itu sendiri.
Karena itu, AI sendiri masih terbatas pada satu tugas yang prompt kasih dan mereka akan stop di tema atau prompt tersebut. Tidak akan membahas ke lain prompt atau yang berdekatan tema supaya isi yang mereka tampilkan di AI sendiri sama. Malah bisa beradaptasi secara mandiri tanpa bantuan operator sama sekali.
Itulah kemampuan AGI dari teori yang berkembang bakalan mirip dengan AI tapi versi mandiri saja. Berbeda dengan AI yang semuanya sudah mereka rancang tidak bisa untuk mencari tahu lebih jauh/ punya limitasi buat mencari tahu lebih detail lagi.
Lebih memahami konteks dan Bisa Beralasan seperti manusia
Ini yang terjadi apabila AGI masuk sebagai teknologi baru. Bahkan untuk memahami konteks dari sebuah tugas saja bakalan sama dengan manusia. Bahkan bisa hadirkan jawaban yang banyak sekali namun satu sisi semuanya itu sangat mirip dengan manusia.
Selain itu, Contextual awareness dari AGI malah lebih besar dan lebih agile daripada AI itu sendiri. Malah lebih mirip ke manusia yang bisa melihat apa yang tidak ada di dalam tugas tersebut dan memberikan tambahan informasi tanpa kita berikan atau malah si mesin ini bisa kasih saran yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Lebih Kompleks namun satu sisi masih jauh implementasi-nya
Soal implementasi AGI sendiri daripada AI pun rasanya masih jauh banget. Karena ini masih dalam ranah teoritis serta pencapaian AGI sendiri belum masuk ke tahap pengembangan lanjutan. Otomatis, kita masih melihat kalau si Artificial Generative Intelligence sendiri masih jauh namun bisa saja terjadi.
Tapi apa mirip Skynet di Terminator? Jawabannya belum tentu! (Adi/TimBX).