APR 16, 2020@12:15 WIB | 1,083 Views
Perkembangan teknologi digital melaju tiada henti. Tiada kata “habis” untuk kita bahas pembaruan dan peningkatan performanya. Terlebih, jika kita mengikuti pasar dunia digital. Di mana setiap individu dapat melakukan hal menakjubkan, salah satunya di dunia videografi dan fotografi.
Di era digital saat ini, khusus untuk pembuatan content video, film, atau apapun sebutannya—yang tak bisa lagi dimonopoli TV station, Production House (PH) atau Profesional lainnya—siapapun bisa membuat content video atau foto. Banyaknya platfrom digital yang mendukung, memungkinkan setiap individu untuk berkreasi, menjelmakan ide kreatifnya ke dalam bentuk video.
Dengan video hasil kreasi pribadi ini, siapapun dapat eksis di YouTube, Facebook, Instagram, Tiktok dan lain-lain. Maka, semakin unik dan kreatif isi content video, semakin banyak pula viewer dan penonton yang berdatangan. Persaingan pun menjadi ketat, sebab penonton dikasih banyak pilihan video untuk mereka tonton. Kendati akhirnya penonton kemungkinan besar akan mendahulukan menyimak video yang ingin mereka saksikan.
Kembali ke konteks, pasar terbuka saat ini mendorong para produsen, khususnya di pasar kamera berlomba-lomba menciptakan produk sesuai dengan kebutuhan pasar. Sehingga siapa pun bisa memiliki kamera, mulai dari yang termurah hingga termahal. Ini tidak seperti di zaman analog, di mana hanya mereka dengan kelebihan finansial yang mampu bermain di dunia foto dan video. Salah satunya produsen yang pandai melihat peluang para era digital saat ini ialah GoPro. Baru-baru ini GoPro meluncurkan produk-produk action camera yang terbilang user friendly dan harga juga menyesuaikan kondisi pasar kamera.
Kamera GoPro menurut saya bisa mendobrak paradigma teori pengambilan gambar itu harus benar seperti harus memenuhi prinsip head room, looking room dan Rule of thirds. Dan apa yang ditampilakan kamera GoPro tidak sesuai dengan teori tersebut. Di awal kemunculannya, GoPro menampilkan lensa Fish Eye yang membuat gambar terdistorsi menjadi melengkung. Walaupun sebagian orang menanggap hal itu merusak gambar. Akan tetapi banyak juga disukai, terbukti lakunya kamera GoPro di pasaran. Bahkan banyak bermunculan GoPro KW’ dengan harga yang jauh lebih murah.
Banyak produk GoPro KW yang bermunculan seirama dengan makin banyaknya alternatif tontonan video dan penampakan foto. Mulai dari video dan foto yang cinematik sampai model Vloger juga model video/foto 360—di mana hal ini menjadi terobosan terbaru dewasa ini. Bermula dari penggabungan beberapa kamera yang mampu capture segala sisi mulai dari depan, belakang, atas dan bawah, akhirnya penonton mampu dengan bebas menetukan bagian mana yang ingin disakasikan. Keinginan konsumen ini ditangkap platform digital macam Youtube dan Facebook yang saat ini menyajikan layanan tontoan secara 360. Sehingga penonton tinggal memutar ponsel atau menarik mouse di PC untuk menentukan angle mana yang hendak disaksikan.
Beranjak dari teknik menggabungkan beberapa kamera, beberapa produsen menciptakan kamera 360 dengan variasi harga. GoPro akhirnya mengeluarkan produk terbarunya yang dinamakan GoPro Max. Awalnya GoPro sudah terlebih dahulu meluncurkan kamera 360 yang bernama GoPro Fusion mungkin setelah rilisnya GoPro Max seri sebelumnya tidak diproduksi lagi, sebab di website resminya GoPro Fusion sudah tidak tercantum.
Baik BlackPals, sekarang kita bedah apasaja keunggulan GoPro Max yang bisa dikatakan seri tertinggi di varian GoPro. Di situs resminya, terpampang harganya dibandrol seharga $499.99 lebih mahal $100 dibandingakan GoPro Hero 8 Black yang menempati posisi ke dua termahal.
Itu dia fitur dan spesifikasi yang dimiliki GoPro Max sebagai varian juara tertinggi di kelas varian GoPro atau bisa juga juara di kelas kamera 360. Untuk lengkapnya apabila blackpals ini mengabadikan moment—secara bumi itu bulat—maka kamera GoPro Max layak untuk blackplas miliki. [and/asl/timBX]