APR 04, 2019@22:00 WIB | 692 Views
Pada akhirnya Google telah memutuskan akan kepastian nasib jejaring sosialnya, Google+. Selasa (3/4) kemarin, perusahaan teknolologi besar dunia itu secara resmi mulai mematikan dan bahkan juga akan mulai menghapus semua akun konsumen di platform jejaring sosial Google+ besutannya itu. Ini menandakan bahwa Google mengakui jejaring sosial besutannya kalah bersaing dengan media sosial lainnya, terutama Facebook dan Twitter. Kabar ini telah dikonfirmasi langsung oleh jubir Google sendiri kepada pers melalui E-mail.
Sebagaimana yang telah kami ketahui bahwa Google+ sebelumnya telah diprediksi bakal mati dalam beberapa bulan kedepan pada tahun lalu. Prediksi itu bukan tanpa alasan. Jaringan sosial Google+ yang kini dalam tahap di ’shutdown’ ini memang dinilai gagal karena ‘penggunaan yang rendah’.
Ya, sebelumnya perusahaan telah mengungkapkan dua kebocoran data signifikan yang dapat memaparkan informasi bagi puluhan juta pengguna Google+ kepada pengembang luar. Kerentanan pertama, yang dirahasiakan selama berbulan-bulan, mendorong Google untuk memutuskan sudah waktunya untuk mematikan aplikasi Google+ untuk selamanya, dan yang kedua menyebabkan perusahaan mempercepat rencana masa penutupannya selama empat bulan, yang berarti layanan akan mencapai akhir pada bulan April ini alih-alih Agustus nanti.
Dalam pemaparan kasus tersebut, Google juga mengatakan tidak ada bukti bahwa pengembang mengetahui bug ini atau memanfaatkannya. Jadi, jalan akses ke Google+ API telah terputus secara timeline yang ditentukan Google untuk shutdown total demi penyelamatan data konsumennya.
Selain itu, Google resmi mengakui bahwa Google+ gagal memenuhi harapan perusahaan untuk pertumbuhan pengguna dan peningkatan arus utama pengembangannya dari media sosial lainnya. "Meskipun tim teknik kami telah melakukan banyak upaya dan dedikasi dalam membangun Google+ selama bertahun-tahun, tim ini belum mencapai adopsi konsumen atau pengembang yang luas, dan telah melihat interaksi pengguna yang terbatas dengan aplikasi," tulis Ben Smith, selaku jubir Google pada bulan Oktober lalu. “90 persen sesi pengguna Google+ kurang dari lima detik," lanjutnya, mengungkapkan fakta yang ada.
Pada masa awal Google+ muncul, perusahaan memang agak memaksa konsumen untuk membuat akun di jejaring sosial untuk mengomentari layanan lain perusahaan seperti YouTube, sebuah langkah yang dengan cepat memicu kemarahan konsumen. Google+ bahkan terikat dengan proses pembuatan akun Gmail. Inilah yang menjadi ada ‘sebuah pemaksaan’ oleh platform sosial yang tidak dikenal dan bisa tidak cocok dengan konsumen/pengguna. Bila tujuannya memang untuk menarik penggunanya untuk lebih aktif dan berlama-lama, seakan ingin menyaingi Facebook saat itu. Tapi memang banyak pengguna yang tak suka dipaksa-paksa begitu saja, terutama dari kebebasanyanya untuk memilih mana jejaring sosial yang cocok dan nyaman bagi dirinya dalam berinteraksi online. Jadi, banyak para pengamat media sosial menilai bahwa Google+ menjalani peluang yang sangat buruk sejak awal, terlebih ia baru bersaing ketat dengan Facebook saat itu.