DEC 11, 2019@19:27 WIB | 1,974 Views
Jumanji hadir kembali menghibur masyarakat dunia khususnya Indonesia sebagai film akhir tahun. Untuk mengaktifkan beberapa perangkat sekuelnya, film ini kembali membawa aktor dan aktrisnya menjadi karakter generasi kakek dan nenek. Ini menunjukkan bahwa setiap film Jumanji mempunyai tanda bahwa film ini sangat cocok untuk menjadi film keluarga. Selain itu, film ini menggambarkan kegembiraan tradisi Indiana Jones dan film yang bercerita mengenai sekelompok orang yang bertukar tubuh di masa lampau. Dwayne Johnson, Kevin Hart, Karen Gillan dan Jack Black juga mempunyai Chemistry quadrophonic yang sangat bagus di film Jumanji ini. Komedi pasangan aneh antara Hart dan Johnson juga menjadi pemanis dalam film ini.
Dalam film sebelumnya, empat anak sekolah menengah, Bethany (Madison Iseman), Spencer (Alex Wolff), Martha (Morgan Turner) dan Fidgr (Ser'Darius Blain), terlempar ke dunia VR dari video Jumanji yang mereka sedang mainkan. Permainan ini menempati mereka pada misi khusus yaitu menyelamatkan seseorang yang terjebak di dalam lanskap kolosal. Pada film ini, Dr Smolder Bravestone yang dimainkan oleh Dwayne Johnson juga menjadi sebuah pengalaman yang memungkinkannya untuk melarikan diri dari kenakalannya yang terus ada di dalam dirinya, serta belajar untuk menjadi dirinya sendiri, dan menjadi pembelajaran bahwa apa saja yang ada di dalam dirinya itu penting.
Spencer tak ada di rumah. Eddie menyangka Spencer menongkrong dengan Martha, Bethany, dan Fridge. Martha curiga, jangan-jangan Spencer mengembalikan rasa percaya dirinya dengan kembali ke dunia Jumanji. Celakanya, mesin Jumanji rusak sehingga para pemain tak punya hak memilih avatar. Walhasil, karakter Bravestone (Dwayne), Sheldon (Jack), Franklin (Kevin), dan Ruby (Karen) dimainkan sosok tak terduga. Spencer sendiri malah menjadi Ming (Awkwafina) pencuri ulung yang ketahuan hendak mencuri batu bertuah. Sekuel ini memuat petualangan yang lebih heboh. Judul kecil The Next Level mengisyaratkan tantangan yang lebih mematikan. Kondisi ini diperburuk dengan amblasnya hak memilih avatar. Sedikit bocoran, Bravestone jatuh ke tangan Eddie yang ujug-ujug terseret ke dunia Jumanji. Franklin yang dibutuhkan sumbangsihnya dalam mempelajari aneka satwa di rimba Jumanji malah dipegang aki-aki Milo.
Ketangkasan yang menyusut karena faktor umur, turut memperumit keadaan. Hasilnya, Jumanji: The Next Level bikin geregetan. Di dunia Jumanji, satwa yang lucu bisa jadi ancaman. Burung Unta dan kera Mandril adalah segmen yang bikin jantung deg-degan. Kecerdasan film ini terletak pada ide membuat mesin Jumanji rusak. Level kacau terasa lebih maksimal. Di sisi lain karakter utama film ini mengalami pergeseran. Dengan kata lain, berkembang. Kelemahan dan kelebihan mereka tak lagi sama. Karakter baru yang muncul tak hanya menyegarkan suasana. Mereka hadir dilatari motif, dibekali fungsi. Tanpa mereka, beberapa tantangan Jumanji terasa kurang nendang.
Lantas adakah cela di film ini? Ada. Durasi. Terasa kepanjangan. Akibatnya, beberapa adegan yang menurut kami kurang penting tersaji tapi kurang meaningful. Ingat, avatar di dunia Jumanji dibekali tiga nyawa. Ada momen para jagoan mati konyol alias mati akibat kesalahan yang tidak perlu terjadi lalu balik lagi. Tujuannya, membuat stok nyawa menipis. Mau tak mau kondisi jadi makin genting. Beberapa pertikaian sekadar menebalkan konflik dan berakhir dengan kekonyolan.[ech/hsn/timBX]