MENU
icon label
image label
blacklogo

BlackAuto Dyno Test, Mesin, Tuning dan Pride

AUG 18, 2020@13:00 WIB | 828 Views

BlackAuto Dyno Test adalah salah satu kategori besar di BlackAuto Battle yang fokus pada engine performance. Duel horse power pada kategori ini pun tak dapat terelakkan. Diyakini sebagai satu-satunya engine performance show di Indonesia, BlackAuto Dyno Test sudah digelar sejak tahun 2007 silam.

BlackTalks episode kali ini mengangkat mengenai BlackAuto Dyno Test bersama dua narasumber, Yuda Resigama dari AHT Garage dan Yudhistira dari EnginePlus Motorsports. EnginePlus Motorsports sendiri tahun lalu berhasil memecahkan rekor skor dyno tertinggi di BlackAuto Dyno Test di angka 797.5 hp. Sedangkan AHT Garage pun sudah cukup lama malang-melintang di ranah performance upgrade menjadikan episode BlackTalks kali ini worth to watch.

Pembicaraan bermula dengan bahasan mesin dyno pilihan tim APACT yang kebetulan juga jadi pilihan AHT Garage untuk mengukur performa mesin mobilnya. Menurut Boy selaku kapten BlackAuto Battle saat menjatuhkan pilihan pada Mainline adalah karena brand asal Australia tersebut sangat terpercaya dan lazim digunakan pada kompetisi level dunia. "Kita menggunakan Mainline karena waktu itu kita juga lihat mobil-mobil NASCAR menggunakannya, ya itu salah satu alasan kita," kata Boy.

Adanya pengujian dyno dirasakan perlu untuk mengakomodasi anak mobil yang spesifik bermain performance. Melihat ketidakpraktisan untuk menguji mobil performance di jalanan, BlackAuto Battle memilih menggunakan mesin dyno untuk mengukurnya.

Berbicara lebih jauh, Yuda menyampaikan jika memang dyno adalah salah satu tolak ukur performance, namun yang paling akurat adalah drag. "Dengan drag kita bisa tahu ET 200 meter berapa, 400 meter berapa dan 0-100 kpj berapa lama. Serunya dyno kita bisa memantau perkembangan upgrade performance kita dengan cepat dan kita juga bisa melihat perbandingannya dengan mobil lain," ungkapnya.

Selain upgrade performance, salah satu yang menentukan angka tenaga kuda adalah pilihan bahan bakar yang digunakan. "Dengan bahan bakar standar tentu saja kita tidak bisa mencapai hasil yang maksimal, untuk hasil terbaik pilihan satu-satunya adalah menggunakan racing fuel, ya harga standarnya empat juta untuk satu pile atau 20 liter," ungkap Yudhistira.

Lanjut membicarakan dyno, ada dua parameter yang cukup dipandang, horsepower dan torsi. Disini Yudhistira mengungkap "tergantung peruntukan mobil, kalau memang banyak main di high RPM kita pentingkan horsepower, tapi kalau low to mid RPM lebih kepake torque-nya. Contohnya kalau di sirkuit kita pakai hp, tapi kalau offroad kita tinggiin di torsi."

Walaupun mobil lazimnya digunakan untuk jalan, tapi saat ini banyak mobil yang dibangun khusus untuk dyno. "Biasa disebut dyno queen, mobil-mobil ini memang dibangun untuk kompetisi dyno, untuk memecahkan rekor, tidak untuk digunakan," ujar Yudhistira.

Jaman semakin maju di ranah performance tuning pun tak bisa lepas, namun memang tetap masih ada bengkel-bengkel performance yang tidak menggunakan ukuran sebagai alat. "Semua yang kita lakukan saat ini, dilakukan juga oleh engineer mesin dan itu bukan kira-kira, harus terukur." Ungkap Yudhistira. "Kalau gue tetap respect sama bengkel-bengkel yang seperti itu, karena mereka hadir lebih dahulu, dan kita menganggapnya itu semacam ada sentuhan bakat dan art," tambah Yuda. [leo/timBX]

Tags :

#
black talks,
#
blackauto battle,
#
blackauto dyno test,
#
dyno test,
#
autobattle,
#
blackauto

X