DEC 22, 2023@14:25 WIB | 2,770 Views
Pengalaman sebagai joki sekaligus mekanik motor drag, membuat nama Muktar Yusuf yang akrab dikenal sebagai bro Ute menjadi rebutan tim besar. Dirinya sekaligus owner dari 73 racing, sekaligus dipercaya sebagai mekanik dari 189racing team untuk bertandang ke Thailand dan bermain di kelas NGO 59 nan cukup hype.
Deretan piala drag bike kelas kejurnas telah ia raih, 201 meter, 402 meter hingga 500 meter. Kali ini bro Ute akan memberikan sharing knowledge bagaimana membangun motor drag yang proper untuk kompetisi baik itu kelas open tune up kejurnas, FFA maupun kelas bebas (non kejurnas).
Menentukan Material Frame
Membangun ninja sebagai motor drag untuk bertarung di kelas regulasi kejurnas dan non kejurnas misalnya. Hal yang paling pertama adalah menentukan frame motor apa yang digunakan untuk turun dikelas regulasi atau non regulasi.
Material frame yang digunakan bakal menentukan bobot seperti 105kg, rake angle. Dua hal ini mengawal bagaimana motor mampu menopang power mesin yang cukup buas. Frame aluminium misalnya, digunakan untuk kelas yang bobotnya hanya 105 kg.
Sementara kelas Ninja 155 frame standar cenderung menggunakan materi frame besi yang dicustom. Perkembangan frame dari besi ke alumunium, kini berkembang ke rangka terbuat dari titanium untuk bertarung di kelas asia.
Baca Juga : Drag Bike Histori, Modifikasi, Regulasi dan Teknis Bertanding
Membangun Mesin untuk Kompetisi Berbasis Ninja
Engine yang dibangun untuk kelas 201 meter misalnya, menggunakan kubikasi engine dari 155cc, 130cc, dan kelas FFA. Untuk kelas 155cc misalnya, dengan basic mesin 148cc. Maka mekanik biasanya mengupayakan dengan kenaikan stroke, kenaikan crankshaft 0,8 mm hingga 1 mm.
Basic mesin Ninja yang berteknologi super KIPS, untuk motor kompetisi di non aktifkan. Sedangkan sektor pengapian dirubah CDInya sesuai kebutuhan mesin tersebut. Pilihan CDI bisa menggunakan CDI RC, CDI Racing dan CDI E7 dari QTT Racing Thailand.
Membangun Mesin untuk Kompetisi Kelas FFA Ninja
Untuk mesin FFA dari 2 tak, biasanya maksimum kubikasinya 250cc. Dengan mengubah diameter piston, dari standar ninja 59mm menjadi 71 mm-72 mm. Pilihan ini untuk kebutuhan bore dan strokenya menjadi square 71mmx71mm.
Mesin FFA Ninja perubahannya juga melibatkan crankshaft. Dengan stroke lumayan tinggi, maka gear rasio juga berubah untuk kelas 402m dan 201m. Faktor menentukan lainnya adalah perubahan di final gear.
Selanjutnya melangkah ke penggantian karburator dan reed valve. Perubahannya lebih ke SE, kontruksi reed valve dari Kawasaki KDX mirip dengan Ninja.
"Untuk pilihan karburator dari kelas FFA dan Tune Up 155cc berbeda. Buat kelas FFA, minimum diameternya 40mm, bisa menggunakan karburator PWM milik YZ250 ukuran 38 mm yang direamer menjadi 41 mm. Sementara untuk kelas Tune Up 155cc cukup dengan diameter 38 mm," ungkap bro Ute.
Sektor pengapian pun harus dirubah, dari awalnya sistem AC menjadi DC, mengandalkan CDI dari E7 milik Nova Dash. Maka perubahannya melibatkan setting Coil, setting wiring dan sistem timing, untuk menyesuaikan karakter trek. [Ahs/timBX]