DEC 23, 2024@18:00 WIB | 46 Views
Perkembangan motor baru di Indonesia, selalu melibatkan kubikasi yang meningkat dan dimensi bodi yang melebar. Sementara tantangan produsen otomotif selalu dikaitkan dengan issue global seperti global warming, downsizing engine, tenaga besar dibarengi emisi gas buang yang mengecil dan seberapa aman untuk penggunanya.
Black Talks kali ini mengajak dua narasumber ternama di roda dua, Fariz Ibrahim, seorang jurnalis, pembalap kelas Comm Pro A, juri modifikasi. "Perkembangan motor baru trendnya didominasi motor matic. Market share matic menguasai hingga 70-80%. Sisanya, bebek, sport menjadi pelengkap. Brand-brand Jepang ternama head to head di pasar matic," buka Fariz diacara Black Talks.
Teknologi hybrid pada motor Yamaha seperti Fazzio, Grand Filano keduanya menggunakan mesin 125 cc. Honda menggunakan hybrid pada PCX 160. Meski teknologi hybrid tersebut hanya untuk penggerak diawal, dan ujung tombaknya bisa menekan gas buang pada masing-masing motor matic tersebut.
Gus Ali seorang youtuber dan reviewer mengungkap fakta dari angle yang berbeda. Dimana size motor dibuat semakin besar, dengan desain yang eye cathing. "Pertama, untuk bisa laku di Indonesia, desain motor baru harus bagus. Kedua dengan sizenya body yang besar, dimulai dari Suzuki Brugmann, disusul dengan Honda PCX, Yamaha Nmax. Generasi sebelumnya motor matic cenderung kecil. Jadi dari waktu ke waktu motor listirk cenderung dibuat lebih besar desainnya dan perkembangan desainnya," terang Ali.
Perkembangan kubikasi motor matic dari 115, 125, 155 hingga 160. Untuk 115 masih ada varian seperti Honda Beat, Honda Scoopy, Suzuki Addess, dan Suzuki Nex. Unit motor matic yang bertahan depan konsumsi BBM irit, namun tenaga motor dibatasi. "Honda Beat dan Scoopy konsumsinya 1 liter bisa 55km, sayangnya hal itu menghambat adrenalis kaum cowok yang suka speeding. Maka ranah tersebut dikembangkan matic 125 dan berkembang 155-160," terang Fariz.
Sementara produksi Suzuki kurang diminati di hati. "Suzuki itu bikin motor terlalu bagus, hingga akhirnya bengkel service pada tutup, karena produk Suzuki diklaim susah rusak," tambah Fariz.
Rival Abadi : Honda dan Yamaha
"Semakin keduanya bersaing, semakin diuntungkan secara bisnis. Secara pengembangan riset dan timing rilis produk bisa saling tunggu antara kedua brand," cetus Gus Ali.
Sementara dalam kacamata modifikasi, banyak basic yang dibangun berdasar performance (upgrade engine) dan kedua berbasis fashion. Kelas Fashion rivalitas Yamaha dan Honda mirip-mirip, karena keduanya punya pilihan aftermarket part. Warna, bentuk, dan varian cukup membludak.
"Yamaha lebih cenderung modif performance. Bisa dibikin kencang dan kubikasi maksimal. N-Max dan Aerox bisa naik cc hingga 300. Untuk Honda matic mentok hanya 200 cc. Yamaha lebih progresif dibandingkan Honda," terang Fariz. Honda lebih banyak fokus ke gaya body yang timeless. [Ahs/timBX]