JUN 20, 2022@16:43 WIB | 2,501 Views
Trend mesin boxer FA20 dan EJ20 dengan modifikasi tepat guna belum juga surut. Boleh dibilang modifikasi engine hanya untuk pihak yang sudah kecebur membangun mobil performa. Nah, kali ini tim Blackxperience.com berkunjung ke CPNK Autoworks (Cipta Prima Nusa Kirana) Rawamangun, digawangi bro Sonny sejak 1999 silam. Anehnya, CPNK sebenarnya adalah bengkel umum, mayoritas mobil harian. Sisanya adalah project hobi, bangun mobil-mobil performance seperti GR Yaris, Toyota FT86, Mitsubishi EVO 3 dan Honda Estillo EG6 baik harian maupun sirkuit.
"Gw kaget ketika masuk ke CPNK Autoworks, secara look kaya rumah dengan garasi super gede mampu menampung belasan mobil. Ada mobil balap, mobil performance dan sisanya mobil harian. Jadi gw langsung jatuh hati untuk diskusi panjang soal mesin boxer FA20," buka Vamels ke bro Sonny, mengisahkan FT86 miliknya yang sudah modif supercharge.
"Bagaimana sebuah FT86 menjadi mobil harian yang awet?", tambah Vamels. Bro Sonny kemudian mengupas kelemahan mesin FA20 pada connecting rod dengan ukuran yang cukup kecil. Untuk boost besar, cukup riskan durabilitasnya dalam pemakaian sirkuit sementara untuk harian aman. Gw anjurkan FT86 milik Vamels diganti conrod, dan piston untuk durabilitas yang lebih aman," ungkap Bro Sonny yang juga menegaskan tenaga FA20 bisa naik 5-10 persen.
"Dengan boost up melalui edelbrock supercharged, tenaga bisa dimaksimalkan 5 hingga 10 persen, juga mempertimbangkan durabilitas mesin," tambah bro Sonny.
Bermain di kelas Japanese Super Touring (JST) Sentul, CPNK Autoworks menurunkan Honda Estillo EG6 di 2019 silam. Honda Estillo EG6 tersebut berhasil memimpin balapan bersama mobil EG6 milik tim APSpeed. Dengan upgrade mesin K20 tenaga 190 HP.
Treatment engine untuk performance meliputi porting polish, blueprint dan sebagainya. Porting polish memodifikasi dan menghaluskan lubang inlet untuk mempercepat laju bahan bakar dan udara ke ruang bakar. Blueprint, bagian rotaring part ditimbang satu persatu guna menghasilkan keseimbangan mesin yang pas.
Estillo EG6 ini sudah direct injection dan direct fire. Suspensi JRZ buatan Belanda, bisa dilakukan adjustable hingga 3 tingkatan. Membangun mesin balap butuh waktu 6 bulanan di CPNK Autoworks.
Kelas yang tak kalah menarik adalah ITCR (Indonesia Touring Car Race) dengan regulasi mesin L15 Honda Jazz tetap standar. Dilengkapi dengan rollbar juga menjadi bagian menarik dari workshop CPNK.
Untuk mobil harian kalau ingin tambah performance, biasanya perlu overhaul, untuk porting polish dan blueprint. Paling penting dalam membangun mobil, adalah mengetahui ekspektasi customer, apakah itu mobil harian atau weekend lari di track.
"Setelah ditreatment melalui porting polish dan blueprint, perubahan power pasti increase. Nah untuk light modification tersebut antara Rp5 hingga Rp10 jutaan. Termasuk treatment mobil harian dari ratusan ribu seperti waktu bengkel umum lainnya," tambah bro Sonny.
Espektasi tertinggi customer memang masih ke ranah street racing secara engine. Buat harian kencang, bisa ke pasar dan juga bisa main time attack di sirkuit.
Mitsubishi EVO 3 Gen2 menggunakan mesin 4G63 berpenggerak all wheel drive. "Sasisnya masih standar, engine swap ke EVO 3 dengan ECU Haltech. Nah itulah customer gw, rada aneh mobil harian tapi pakai NOS (Nitrous Oxide System). Inikan campur aduk antara kebutuhan street kencang, bisa buat ke pasar, ke sekolah, bahkan ngelayanin tantangan drag race," tukasnya tersenyum tipis.
"Kami selaku builder engine tetap memberikan batasan, tidak semua mobil bisa diberlakukan sama."
Saking cocoknya customer, kadang mobil baru pun berasa penting untuk di oprek ringan. Toyota GR Yaris udah dimodifikasi di sektor exhaust system yang inhouse, hanya silensernya pakai HKS.
Ngobrolin soal HKS, tidak hanya exhaust system saja, ada ECU piggyback dan stand alone buat bensin dan diesel. "F-CON buatan HKS ini sudah bisa nampilin data log dari ECU dan engine sekaligus," terang Iksan Utama.
F-CON IS untuk mesin bensin punya kelebihan kontrol yang baik, selain fungsi piggyback, juga bisa nampilin metering dalam satu layar head unit. Sementara versi lain masih mengandalkan gauge meter manual yang berderet.
"Harga F-CON memang cenderung agak mahal diatas Rp10 jutaan, tapi fungsionalnya memang jauh dari piggyback lainnya," cetus Vamels.
"Modifikasi mobil itu harapannya, sejak awal dimodifikasi targetnya tepat guna dan menyesuaikan dengan peruntukan," tutup bro Sonny. [Ahs/timBX]