DEC 12, 2022@17:01 WIB | 2,012 Views
Deus Ex Machina, lahir di Sydney sebagai brand Australia untuk kaos, hoodie, jaket, helm ataupun totebag pada 2006 lalu. Di Indonesia popular sebagai official merchandise di Canggu, Bali. Secara harfiah, Deus Ex Machina berarti Dewa Mesin dan itu terbukti dengan customized roda dua yang cukup popular tingkat kerumitan desain dan looknya.
AKA Tonbo berbasis Yamaha XSR 155 menggunakan istilah Red Dragonfly untuk motor pertama Yamaha YA-1. Kemudian caferacer berbasis motor listrik Zero Motorcycles, yang bekerjasama dengan Michael Woolaway. Serta Yamah XJR1300 hingga Honda CB150 Verza.
Adalah Dare Jennings dengan background Creative Preneur, sebagai founder Deus Ex Machina. Sebelumnya karya-karyanya tercakup di brand MAMBO clothing. Tak hanya dibidang clothing, ternyata Dare juga memiliki studio Phantom Record di tahun 1980-an, melahirkan dua band lokal Australia seperti Sunny Boys, dan Hoodoo Gurus. Melengkapi usia ke-50, dari mulai meninggalkan MAMBO, dan fokus di DEUS EX MACHINA.
Dibalik kekuatan desain, Dare ternyata tidak sendirian, ada Carby Tuckwell sebagai creative director yang membawa DEUS makin dikenal diseluruh antero jagad. Carby punya latar belakang cukup serius di Qantas Airlines dan Moon Design. Kolaborasi Dare dan Carby menghasilkan suku cadang dan industri customized roda dua semakin digemari hingga sekarang. Hingga didatangi investor besar dari LVMH Group, Antonio Belloni, dan CEO LVMH Group sebagai Bernard Arnault. Deus berubah ranah bisnisnya di ritel. Berkat kolaborasi dan saham yang besar, diangkatlah CEO Deus Ex Machina Federico Minoli.
Segmen riding apparel semakin serius, dengan membuka toko pertama di Camperdown Sydney. Tak hanya toko, ternyata juga dihasilkan part motor custom garapan Deus. Workshop DEUS sudah diberi sentuhan corporate yang kental pada cafe dan official storenya. Kami mencatat, workshop roda duanya kini sudah melebarkan sayap di Harajuku, Tokyo dan Canggu, Bali.
Gaya modifikasi DEUS cukup akrab dengan aliran Tracker, Scrambler hingga Vintage. Ketiga motor tersebut, seringkali dibuat balapan di pinggiran pantai di sepanjang pantai di Bali. Dengan gaya khas setiap motor sudah dibekali bracket untuk papan surfing. Saking eksklusifnya, DEUS hanya menerima 15 unit motor custom pertahunnya, dengan tarif custom dan part mencapai Rp80 jutaan. Sebuah Yamaha Scorpio bisa menguras budget hingga Rp150 juta diluar unit asli.
Modifikasi motor di Deus ini gak sekadar pasang dan ganti spare part aja, ada sisi idealisme Deus yang sudah disesuaikan dengan personalisasi pemilik motor. Sebelum proses modifikasi dimulai, mereka biasanya akan melakukan proses interview sehingga nantinya Deus bisa cocok dengan karakter dari si owner.
1. Aka-Tombo Modifikasi Yamaha XSR 155
Deus Ex Machina merancang motor custom Yamaha XSR 155 yang kental dengan konsep “Moto & Surf”. Motor modifikasi yang diberi nama “Aka-Tombo" alias Red Dragonfly merupakan bentuk penghormatan kepada Yamaha YA-1, sepeda motor legendaris produksi pertama
Yamaha Motor Dari bagian bodywork perubahan juga cukup signifikan. Cover tangki diganti dengan tangki utuh berbahan alumunium. Ditambahkan pula engine cover sehingga membuat tampilan XSR 155 terlihat lebih berisi.
2. Zero Motorcycles x Deus Ex Machina
Karya dalam bentuk motor bertipe café racer ini ternyata hasil kolaborasi antara Zero Motorcycles dengan Deus ex Machina. Sekilas, café racer yang satu ini memang gahar sekali. Hornet Tail yang tajam, ditambah dengan fairing khas café racer, dan motor yang satu ini juga motor listrik.
Menurut Zero Motorcycles, model besutan karya mereka bersama Deus adalah model SR/S. Hasil kolaborasi ini adalah motor listrik yang benar-benar eksentrik. Project café racer ini adalah pertama kalinya untuk Deus mengerjakan motor listrik. Kolaborasi ini juga yang menjadikan pengalaman pertama Deus untuk bekerja sama dengan Michael ‘Woolie’ Woolaway.
3. YAMAHA XJR1300
Motor satu ini memang punya tampilan finishing yang misterius. Enggak cukup di finishing-nya saja yang bikin dia terlihat garang, tapi juga bentuk bodi utama kaki-kakinya. Bukan tanpa alasan Deus Ex Machina Italia untuk membuat bodiya lebih ramping.
Mereka terinspirasi dari motor-motor di ajang balap endurance racing pada kisaran tahun 1970 hingga 1980-an. Kini bodinya tergantikan dengan tangki dan side cover berukuran kecil yang terbuat dari bahan aluminum. Tangkinya dibuat lebih ramping, namun sedikit lebih tinggi, selain itu juga dibuat dengan lekuk yang lebih kaku.
Kemudian mereka juga membuat jok yang lebih ramping dengan lapisan kulit dan suede seperti motor balap. Tampilan atas yang sudah ramping ini justru mereka imbangi dengan kaki-kaki yang lebih kekar. Pilihannya jatuh pada garpu depan dan dual shock lansiran Ohlins. Kemudian keduanya disokong pelek lebar berbahan magnesium lansiran Marvic Streamline.
Tidak lupa pada bagian knalpot dipasangkan brand asal italia Leo Vince dan Hasil akhirnya adalah sebuah motor dengan tampilan lebih berotot dan terlihat agresif.
4. Dengan pakem aliran Japan Style, modif hasil kolaborasi antara Honda dengan Deus Ex Machina berbasis Honda CB150 Verza. Konsep ubahannya fungsionalitas Japan Style dengan penambahan bracket untuk papan surfing. Kesan membumi dengan pantai pun tampak dari guratan warnanya. Warna biru laut dan putihnya semakin menegaskan gaya anak pantai, dipadu jok berwarna coklat menambah kesan
klasik motor CB150 Verza ini.
Dengan tangki yang masih standar, CB150 Verza ini tampil classic nuansa pacuan pantai yang dianutnya. Bahkan, di samping kirinya disematkan surf board side bracket. Velg lingkar 17 inci yang merupakan ukuran standar pelek CB150 Verza, diganti jadi ring 18 inci di depan dan belakang. Bukan tanpa alasan, karena ring 18 inci ini agar saat melahap pasir bisa lebih mudah, apalagi velg ini sudah dibalut ban semi trial lansiran Avon Distanzia tipe tubeless. [Ahs/timBX]