MENU
icon label
image label
blacklogo

Kiprah Ducati di MotoGP, Dari EddieLawson Hingga Pecco Bagnaia

OCT 11, 2023@18:00 WIB | 236 Views

Ducati, Aprilia dan Cagiva, bahkan MV Agusta menjadi brand-brand utama Italia yang turun di kelas sport untuk melawan dominasi brand Jepang, seperti Honda, Yamaha dan Suzuki.  Black Story kali ini membahas khusus kiprak Ducati masuk ke MotoGP dan mampu bersaing dengan dominasi brand Jepang. Tim Ducati masuk kembali ke MotoGP sejak tahun 2003. 

Sebelumnya Ducati pernah turun di MotoGP pada tahun 1956 dengan motor 2 tak 125cc Bialbero. Dan pada 1970-an, Ducati mengundurkan diri, karena perubahan aturan. Orientasi Ducati lebih ke motor 4 tak, Sementara motoGP yang masih menggunakan mesin 2 tak diwakili oleh brand Cagiva. Dikelas MotoGP 500 Cagiva pernah ditunggangi beberapa pembalap seperti Eddie Lawson, Randy Mamola, John Kocinki hingga Alex Barros. Cagiva berhasil membeli Ducati pada tahun 1983. 

Gelaran MotoGP 500 bermesin 2 tak terhenti di tahun 2002, dan digantikan dengan mesin 4 tak. Ditahun itulah Ducati berencana kembali ke kelas MotoGP setelah 33 tahun absen.

Kiprah di tahun 2003
Tahun ini adalah tahun pertama Ducati memasuki musim balap. Selama 33 tahun lebih absen dari seri kejuaraan, tentu sudah banyak hal berubah selain mesin. Jadi boleh dibilang ini tahun awal buat Ducati untuk memulai semua benar-benar dari NOL.
Tapi dibantu sukses mereka di WSBK, tentu sedikit atau banyak membantu langkah awal Ducati. Meminang Troy Bayliss dan Loris Capirossi karena alasan pengalaman mereka di ajang WSBK.

Motor dengan kode GP3 pun diturunkan. Motor ini menggendong mesin yang sudah dipatenkan sebagai V-Twin 90 derajat. Motor ini di beri nickname  Ducati Desmosedici.
Fitur lainnya adalah katup Desmodromic. Yang sampai sekarang fitur ini masih up to date. Terbukti Ducati masih memakai teknologi ini sampai saat ini.

Tampaknya kerja keras mereka dalam pengembangan motor dan pemilihan pembalap yang tepat membuahkan hasil. Hal itu ditunjukkan oleh Loris Capirossi yang merebut juara 3 di GP Jepang.

Tidak berhenti disitu. Capirossi menambahkan catatan prestasi di GP Katalunya. Kali ini bukan yang ketiga lagi, melainkan yang pertama. Ya, mereka menang untuk menjadi yang nomor satu. Menutup musim, Capirossi dan Bayliss mengumpulkan sembilan podium dan satu kemenangan, serta dua kali pole position mengantarkan Ducati meraih posisi enam besar di klasemen akhir.

 Tahun 2004
Tahun 2004 mereka memperbarui tunggangan buat Bayliss dan Capirossi dengan kode produksi GP4. Tapi pembaruan bukan selalu harus perbaikan. Karena justru motor ini liar dan sulit dikendalikan.

Akhirnya dengan susah payah mereka menutup musim hanya dengan dua kali podium. Untuk pembalap, Capirossi mendapat tempat ke sembilan klasemen, serta Bayliss terlempar ke klasemen 14.

Bahkan Bayliss harus merasakan gagal finis sebanyak delapan kali sepanjang musim. Tentunya ini menjadi tahun yang berat bagi Ducati

Tahun 2005
Karena performa Bayliss yang memburuk, tak ada pilihan lain buat Ducati di musim keduanya selain harus mengganti dengan pembalap yang lebih cepat dan kompetitif. Pilihan jatuh kepada Carlos Checa. Selain itu, mereka juga ganti pemasok ban, yaitu Bridgestone.

Rupanya mempertahankan Loris Capirossi bukan pilihan yang salah buat Ducati. Terbukti di musim kedua ini Caspirossi berhasil menunjukkan kelasnya.

Dengan meraih tiga kali pole position, serta dua kali kemenangan dan dua kali podium mengantarkan Ducati menempati posisi keenam  pada klasemen akhir.

Tahun 2006

Pengembangan lebih lanjut dilakukan pada tahun 2006 pada motor berkode GP6. Sektor aerodinamika dan mesin di setting ulang yang menghasilkan motor lebih kompetitif membuat Capirossi memimpin pada klasemen awal musim tersebut.

Tapi kejadian kecelakaan pada GP Katalunya membuat langkah mereka terganjal. Pembalap andalan mereka, Capirossi, bertabrakan dengan Sete Gibernau pada first corner.  Kedua pembalap tersebut terpaksa absen pada putaran berikutnya. Tak lain karena cedera yang mereka alami dan mengharuskan mereka istirahat.

Karena tak kunjung pulih dari cedera, akhirnya pada GP Valencia Ducati memanggil kembali Troy Bayliss. Kali ini Bayliss membuktikan bahwa dia adalah pembalap yang sangat layak diperhitungkan. Ya, Bayliss menjuarai GP Valencia.
Menutup musim, mereka berhasil mengantarkan Loris Caspirossi bertengger di posisi ketiga klasemen akhir. Inilah pertanda bahwa Ducati sangat kompetitif dan menjadi penantang gelar kejuaraan.

Tahun 2007

Tahun berikutnya, tepatnya musim 2007, Ducati merekrut artis lintasan bernama Casey Stoner. Kehadirannya menemani Loris Capirossi yang akan semakin memperkuat tim.

Selain line up pembalap yang berubah, mereka juga mengembangkan motor yang saat itu memakai kode GP7. Mesin 800cc disematkan. Bos Ducati Corse, yaitu Filippo Preziosi, telah berusaha sekuat tenaga untuk meriset mesin ini sebelum musim 2007 digelar.

Rupanya kombinasi pembalap dan perubahan mesin menjadi awal yang bagus. Hal itu ditunjukkan Casey Stoner pada GP Qatar.
Musim berakhir dengan 10 kemenangan Stoner yang sekaligus menjadi gelar dunia pertama bagi Stoner, dengan motor Ducati.

Tahun 2008

Tahun berikutnya Loris Caspirossi hengkang dari Tim Italia ini. Pembalap lain bernama Marco Melandri menggantikan posisi Caspirossi. Tapi sayang, Melandri tidak Lebih baik dari Caspirossi tahun itu. Prestasi terbaik Melandri hanya lima besar sepanjang musim.

Sedangkan Stoner, tetap dengan performa luar biasanya. Setidaknya meraih enam kali kemenangan dan mengemas 280 poin kejuaraan bukan hal yang buruk. Meskipun hal tersebut tidak bisa mempertahankan gelar juara dunianya tahun lalu.

Tahun 2009

Setelah sekian tahun pengembangan motor berkutat pada mesin, tahun 2009 Ducati mulai meriset sektor sasis. Baja trellis yang sebelumnya digunakan digantikan dengan serat karbon yang lebih ringan dan kuat.
Selain itu, lini pembalap pun mengalami perubahan.

Melandri lengser dan diganti oleh Nicky Hayden. Berpasangan dengan Hayden, Stoner membukukan empat kali kemenangan dan empat kali podium.

Tapi Stoner yang mendadak sakit musti absen di tiga seri kejuaraan yang menyebabkan dia gagal untuk meraih juara dunia.

Tahun 2010

Tahun berikutnya, line up pembalap masih sama, Hayden dan Stoner. Pengembangan aerodinamika dan mesin pun di set ulang. Mesin dibuat lebih tahan lama.

Dan Stoner, kembali menunjukkan kelasnya lagi. Prestasi moncernya di Ducati menimbulkan spekulasi, bahwa hanya oleh Stoner lah Ducati bisa menang. Hanya Stoner lah yang bisa mengendalikan Ducati. Dengan gaya balap Stoner yang liar dan radikal, Ducati tampaknya sangat cocok dengan Stoner.


Tahun 2011

Tahun ini satu pembalap Italia ditarik masuk tim Italia. Siapa lagi kalau bukan legenda hidup, Valentino Rossi, berpasangan dengan Nicky Hayden. Sementara teknologi sasis tetap menggunakan Carbon Frame.

Tapi tampaknya mereka tidak bisa maksimal. Masing-masing pembalap, baik Rossi maupun Hayden hanya bisa meraih satu podium.  Kendati sepanjang musim Motor dengan Kode GP11 itu telah mengalami sejumlah perubahan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dua pembalapnya, tapi tampaknya masih belum bisa menggapai, setidaknya, tiga besar. Mereka terlempar ke posisi 5 besar klasemen.


Tahun 2012

Sementara itu, peraturan penggunaan mesin berubah lagi pada tahun 2012. Di tahun ini mesin motor musti berkapasitas 1000cc. Tentu saja hal ini berpengaruh ke stabilitas motor yang menggendong mesin lebih besar dan bobot lebih berat.

Ducati pun merubah kerangka, yang sebelumnya menggunakan kerangka Karbon atau Carbon Frame, ke model rangka aluminium konvensional. Hal ini mereka lakukan demi mendapatkan pengendalian yang lebih baik lagi.

Dengan konsep baru itu Rossi cuma memperoleh hasil terbaik finish kedua di Misano dan Le Mans. Mereka menutup musim diluar lima besar klasemen.

Tahun 2013

Seperginya Valentino Rossi pada tahun 2013, Ducati merekrut Andrea Dovizioso masuk ke lini pembalap untuk dipasangkan dengan Nicky Hayden. Tapi komposisi itu justru memperparah keadaan.

Tak satu podium pun mereka rengkuh. Malahan mereka berdua makin jauh terlempar ke posisi delapan dan Sembilang klasemen akhir.

Ini merupakan musim paling buruk buat Ducati sejak masuk MotoGP sejak tahun 2003. Ditengarai buruknya performa tim akibat penggantian General Manager baru bernama Luigi Dall’Igna yang berlatar belakang teknisi tersebut.

Tahun 2014

Musim selanjutnya Luigi Dall’Igna mengenalkan dua kuda besi baru yang di beri kode GP 14 dan GP14.2. Seumpama motor produksi masal, motor ini cuma minor change alias facelift ketimbang Brand New.

Sampai disini Dovizioso menjalani musim lumayan bagus. Setidaknya itu dibuktikan dua podium, satu pole position dan bertengger di lima besar.

Sementara peran Hayden di gantikan oleh Cal Crutchlow. Tapi Crutchlow mengalami banyak masalah di musim ini. Masalah teknis dan cedera adalah salah dua masalah yang harus dilakoni Crutchlow. Akibatnya Crutchlow cuma bisa menghasilkan satu podium.

Tahun 2015

Ini adalah tim Italia. Tapi tak semua Italia ada di Tim ini. Komposisi pembalap dan motor selalu beda, kecuali pas masuknya Rossi. Itu pun Rossi musti berpasangan dengan Hayden.

Tapi tahun 2015 semua jadi serba Italia disini. Masuknya Andrea iannone berpasangan dengan Dovizioso menunggang GP 15 membuat tim ini jadi serba Italia. GP15 ini adalah motor hasil rancangan Luigi Dall’ lgna, sang general manager Ducati Corse.

Dovizioso dalam tiga race pertama berhasil menrenggut Posisi 3. iannone meraih podium di Mugello dan Phillip island.
Teknologi aerodinamika pun disematkan pada GP15. Berupa winglet yang mereka riset sejak tahun 2010.

Tahun 2016-2020

Kemenangan tahun 2010 mereka pakai untuk suntikan semangat untuk musim-musim selanjutnya. Dari gelagatnya, tampaknya mereka sudah mengarah ke titik yang seharusnya mereka tuju.

Dan Andrea iannone pun musti hengkang karena ada konflik dengan Dovizioso. Perannya di gantikan oleh Jorge Lorenzo sampai tahun 2018. Dovizioso tetap berada di tim, dipasangkan dengan Lorenzo.

Musim berikutnya, tepatnya di tahun 2019 Lorenzo digantikan oleh Danilo Petruci.

Sementara Dovizioso tetap berada di sini. Selama tiga musim berturut-turut sejak tahun 2017 sampai dengan 2019 Dovizioso bertahan di runner up klasemen akhir yang mengukuhkan dia sebagai the best rider-nya Ducati.

Bukan itu saja, sebelum hengkang, Dovizioso mempersembahkan kenang-kenangan terindah berupa juara konstruktor buat Ducati bersama pasangan pembalap Danilo Petrucci.

Sampai disini kita ambil kesimpulan akhir. Bahwa sepanjang keikutsertaan Ducati memang baru meraih dua kali gelar konstruktor. Wajar, karena Ducati relatif baru turun di ajang ini. Setidaknya kalau kita bandingkan dengan trio Jepang, Honda, Suzuki dan Yamaha yang sejak awal diadakannya balapan secara konsisten mengikuti balapan, baik di seri GP500 maupun MotoGP, maka prestasi Ducati nggak buruk-buruk amat.

Tahun 2022

Untuk tahun 2022, mereka mendapat sponsor utama Lenovo. Sementara line up pembalap adalah duo Francesco Bagnaia dan jack Miller. Nama resmi tim ini adalah Ducati Lenovo Team.

Pembalap Ducati Francesco Bagnaia berhasil merebut gelar juara dunia MotoGP perdananya setelah finis pada posisi ke-9 atau P9 pada balapan pamungkas di Grand Prix Valencia. Bagnaia hanya membutuhkan tiga poin saja atau cukup finis di posisi 14 besar di Valencia untuk mengunci gelar juara.

Pasalnya, Fabio Quartararo yang merupakan pesaing terdekatnya berjarak 23 poin pada balapan penutup musim tersebut. Quartararo yang wajib menang ternyata hanya mampu finis P4 dan harus merelakan gelar juara dunia kelas premier musim ini jatuh ke Bagnaia.

Bagnaia menjadi pembalap tertua yang meraih gelar juara dunia MotoGP perdananya sejak kategori baru kelas premier itu diperkenalkan pada 2002. Ia menjadi juara MotoGP 2022 di usia 25 tahun dan 282 hari atau lebih tua dari juara dunia MotoGP 2002 Nicky Hayden yang menginjak usia 25 tahun 91 hari.

Ia juga menjadi pembalap kedua Ducati yang meraih gelar juara dunia setelah Casey Stoner pada 2007.
Francesco Bagnaia bahkan membuat sejarah, menjadi pembalap Italia pertama yang memenangkan gelar juara dunia MotoGP dengan motor Italia, Ducati.

Menurut Ducati, kombinasi ajaib ini hanya mungkin terjadi di Italia, keahlian dan teknologi motor tercepat di dunia Desmosedici GP22 serta semangat, bakat, dan tekad Francesco Bagnaia, yang memenangkan gelar setelah comeback bersejarah, yang belum pernah dicapai oleh pembalap lain di kelas utama.[TimBX]

Tags :

#
blackstory,
#
ducati motogp,
#
francesco bagnaia,
#
casey stoner,
#
valentino rossi

X