JUL 09, 2019@14:21 WIB | 155,697 Views
Tidak sedikit otomotif enthusiast yang memodifikasi mobilnya hingga cukup ekstrim. Mengilhami gaya desain Ferrari namun di sisi performance mengikuti Porsche. Ferdi yang bergabung dengan komunitas SpeedloverZ sekitar tahun 2016 dengan Audi A4. Melihat banyak mobil kencang yang sudah dimodif, akhirnya Ferdi meminang Toyota GT 86, dengan catatan tidak mengikuti gaya modifikasi Rocketbunny atau gaya Aimgain dan Karma sekalipun.
Dirinya bisa dianggap paling berani membuat konsep modifikasi sendiri, seperti Ferrari F12tdf. Selain membuat sendiri, ada banyak bagian bodykit yang harus dipotong, dan itu menjadi tantangan tersendiri dari Ferdi. Hingga suatu waktu Ferdi mengikutkan sebuah ajang modifikasi dan berhasil mendapatkan tropi di kelas finest sportscar.
Inspirasi body memang dari Ferrari F12tdf (tour de France). Menurutnya ketika pertama kali melihat, sudah jatuh cinta. Ferrari F12tdf tidak dijual bebas, karena harus memiliki beberapa Ferrari lain untuk meningkat ke F12tdf. Bagian diffuser, bagasi, side skirt samping, canard sudah dimodifikasi. “Selain itu, Aerodinamika tetap diperhitungkan, kami memberikan jalur udara ke mesin, dan dibuang melalui fender ban belakang,” buka Ferdi yang memodifikasi bodinya di salah satu bengkel bodi di Bogor.
Sektor modifikasi mesin akhirnya menjadi acuan Ferdi untuk diterapkan di Toyota GT86 miliknya. Dengan tampilan yang aneh, Ferdi ingin mencapai putaran waktu yang baik, saat diujicobakan di Sentul Sirkuit, Bogor. Menurutnya catatan terbaik untuk mobil 1 menit 37 detik yang diraih oleh mobil Porsche GT3 RS. Terkuak cita-cita Ferdi yang ingin mengoleksi sebuah mobil Porsche dengan limit 400 hp, karena belum kesampaian, Ferdi ingin membangun mobilnya hingga 400 hp.
“Secara performance untuk mengejar time attack masih cocok menggunakan sirkuit sentul. Atau di kelas touring yang tidak banyak waktu laps. Mengingat mobil yang cocok dengan sirkuit ini adalah mobil dengan tenaga N/A, karena mobil saya menggunakan turbo, jadi dengan pendingin yang sudah diupgrade sekalipun belum cocok untuk nyentul seharian. Karakternya lebih ke morning run, atau time attack,” jelas Ferdi yang pernah mencatatkan laps time 2 menit di Sentul.
Dengan transmisi matic, dan kondisi mesin yang sudah diupgrade seperti piston Carrillo, falve Ferrea Racing harus diimbangi dengan transmisi yang telah dimodifikasi SPP Hight Output Torque Converter. Transmisi ini diilhami dari cara kerja transmisi Porsche yang otomatis, dan dikembangkan oleh SSP Performance yang berbasis di USA.
Pilihan penggunaan turbo, Ferdi jatuh pada pilihan turbo by Garrett GTX 2867rii. Menurut installer, Sony dari bengkel CPNK Rawamangun, pilihan turbo tersebut cukup memuaskan. “ Turbo ini menjadi pilihan yang paling cepat dan bagus, karena berfungsi di torsi bawah. Cukup responsif di putaran mesin awal dan tengah. Sedangkan diputaran mesin atas agak lembek, meski tetap memberikan tambahan performance,” jelas Ferdi, mengutip apa yang dijelaskan Sony dari bengkel CPNK.
Saat tim Blackxperience.com meliput mobil ini kondisinya masih 600 km, pasca upgrade mesin jadi statusnya masih inreyen. Untuk mengetahui berapa performance yang dihasilkan, setelah 1000 km nanti rencananya baru dicoba di mesin dyno. Setelah kami konfirmasi beberapa waktu kemudian, Ferdi menyampaikan tenaga yang tercatat di mesin dyno sekitar 270 whp, jika dibulatkan tenaga mesinnya dengan menambahkan sekitar 30% tenaga atau menjadi 351 hp.
“Kami gunakan boost di 1,2-1,5 psi, agar lebih awet part mobilnya, dan hasilnya 270 whp kami uji di KS Nusa Pramuka, Jakarta,” aku Ferdi, yang terinsipirasi dari desain Ferrari F12tdf, sedangkan secara performance lebih mengejar ke mobil Porsche seperti GT3 atau Carrera GTS 450hp.
“Kebutuhan bermain di Sentul hanya untuk belajar teknik mencari race line terbaik, jadi tidak untuk balap murni. Secara performance yang saya kejar adalah 400hp, Toyota GT86 lebih dengan karakter driving mesin boxer 4 silinder inline, 2000cc namun bagaimana caranya bisa 400hp, enginer CPNK bekerja keras bagaimana bisa setiap 1 liter mesin menghasilkan 200 hp, challenge-nya kan disitu. Dibanding dengan Porsche, dengan mesin 6 silinder 3,8 liter, menghasilkan 400hp. Itu menandakan tenaga mesin boxer lebih besar dari mesin Porsche sendiri,” jelas Ferdy.
Menurut Ferdi untuk membuat tenaga lebih besar, belum ada aftermarket yang menjual crankshaft dengan durabilitas yang mumpuni untuk lebih besar dari 400 hp. Selain itu karena GT 86 menggunakan boxer engine yang posisinya lebih ke bawah, memiliki center gravity cukup beda bila harus disandingkan dengan mesin EVO yang mudah untuk dimodif ke 700 hp sekalipun.
Untuk sektor kaki-kaki dengan Ohlins street and track coilovers. Sektor pengereman Brembo GT pada velg Rays Gramslight 57 Transcend, yang dipadukan dengan ban semi slick Michelin Pilot Spot Cup2. Bagian body dicat melalui Taman Tekno A+ BSD. Secara handling cukup baik, dan tenaga cukup terasa dengan turbo Garret GTX 2867rii.
“Instalasi Ecutec lebih sebagai tuner ECU untuk memonitoring kinerja mesin dalam kondisi idle, pembakaran, dan bukaan boost di tekanan berapa. Ecutec selanjutnya membantu untuk mengecek apakah ada kebocoran dibantu dengan dua gauge AEM AFR dan Innovate Motorsport. Karena tenaga yang besar, butuh intercooler yang lebih besar,” tutup Ferdi.
Kedepan yang dikejar Ferdi lebih modifikasi transmisi, mereka (car enthusiast) menyebutnya sebagai gearbox Hollinger, tipe Dog Box. Tipikal transmisi sequential seperti di mobil balap GT, naik turun giginya memberikan efek suara yang khas. [Ahs/timBX]
Spesifikasi Modifikasi Toyota GT 86
EXTERIOR
CHASIS REINFORCEMENT (footage drive)
ENGINE
INTERIOR
WHEELS ETC