AUG 27, 2019@12:22 WIB | 155,993 Views
Pandawa 5 sebuah modifikasi Honda Megapro L engine, besutan bengkel modifikasi Onk's Custom Bekasi. Nama Pandawa 5 mengadopsi sebuah nama owner sekaligus mewakili lima saudara laki-laki dalam keluarganya. Dibangun dengan desain boardtracker, dengan gaya painting rusty, menggunakan mesin 250 cc, L engine yang cukup memukau. Wawan Hermawan yang lebih akrab disebut sebagai bro Mehe berlaku sebagai modifikator dari frame,kaki-kaki hingga mesin.
Bro Mehe seperti mimpi tertimpa bintang dilangit, lantaran konsep boardtracker yang ia buat sebenarnya bukanlah maksud awal dirinya, melainkan meneruskan project yang terbengkalai. "Builder pertama meninggal, karena kedekatan personal, saya melihat motor ini memang beda dan punya aura tersendiri. Jadi ini adalah project kolaborasi, fokus ke mesin dan kaki-kaki hingga revisi pada rangka," tutur bro Mehe mengisahkan perjalannya di dunia custom.
Butuh waktu 1 setengah tahun, boardtracker ini dibangun, dan akhirnya mengadopsi L engine yang dibangun sendiri oleh Bro Mehe. "Konsep boardtracker ini dibangun terinspirasi dari era balap jaman bahula. Saya ambil genre boardtracker kali ini, apalagi dengan kombinasi mesin L engine," imbuhnya.
Mengadopsi tipikal suspensi seperti springer, namun bro Mehe lebih mengarahkan ke gaya cangkrang. karena posisi per ada di tengah. Mainframe dibangun atas sasis yang panjang, mengadopsi gaya boardtracker bahula. Main frame berbahan pipa 22, ketebalan 8 milimeter diikuti dengan subframe.
"L engine saya bangun selama 6 bulan. Bermodalkan sebuah mesin megapro, dengan dual head. Kemudian dibutuhkan 2 stang seher, pengapian 2 sumber. Kemudian dilanjutkan dengan memodifikasi kruk As dengan dua stang seher, biar sejajar, satu poros dengan dua stang berbentuk huruf L," jelas bro Mehe yang menyusunnya secara otodidak. Setelah itu tinggal mengukur top set, dan mencari titik api.
Memang membangun mesin ini penuh dengan kesabaran dan telaten (Jawa). Soal posisi mesin, cukup penting, agar terlihat pas sejajar, tidak terlalu ke bawah dan ke atas. Begitu juga dengan karburator diposisikan cukup sejajar.
Mesin L engine bekerja secara maksimal pengapiannya, karena didukung dua koil yang bekerja, didukung dengan dual pulser, dan dua CDI. "Intinya untuk satu block seher, didukung satu pengapian. Untuk pulser yang kedua sengaja dibikin di bagian bawah blok, dengan dudukan ulang. Ini yang akhirnya menjamin ketukan mesin bisa bergantian," cetus bro Mehe.
Lanjutnya, dimulai pengelasan crankcase bawah. Kemudian dibikin kruk As, dan diteruskan dengan stang seher dan mulai dipacking dengan block mesin. Selanjutnya adalah mencari titik pengapian, agar menimbulkan ketukan suara knalpot yang bergantian, saat throttle di buka.
“Head pertama disetting top, head kedua disetting overlap. Begitu juga dengan titik api, dimana titik api harus meledak, dan seperti halnya kinerja mesin yang buat oleh pabrik. Hanya saja kebutuhan api, harus ditopang dengan part-part sendiri,” jelas bro Mehe.
Ditanya pengalaman menyusun L engine, bro Mehe mengaku menemukan formula setelah dua tahun."Kita ketemu top set position, dan itu puncaknya. Sebelumnya suaranya masih berantakan, getaran mesin yang berlebih. Tahun 2013 tepatnya, kami menyusun L engine untuk pertama kalinya dan suara knalpot sudah bisa bergantian, tidak tumpang tindih," jelas lelaki berambut gondrong yang memulai usaha bengkel sejak tahun 2006.
Sektor kaki-kaki mengadopsi tromol dari Kawasaki KE, motor trail era 1980an. Sedangkan tromol belakang menggunakan milik binter Merzy. Dikawinkan dengan velg D.F.T 21 inci. Bro Mehe mengaku, selama kurun waktu 1 setengah tahun, modifikasi ini dibantu oleh 2 orang. "Detail seperti dudukan mesin hanya cukup ngemal di kertas karton. Kemudian hasil gambar tersebut kita bawa ke tukang plat untuk dipotong," aku bro Mehe.
Selain memiliki mesin yang seksi, knalpot juga dibuat secara detail. Dengan teknik las cacing, ini menjadi basic bagaimana knalpot dibangun cukup rumit, mengikuti alur dual head dan estetika di mesin.
Lampu depan menggunakan aftermarket. Beberapa part menggunakan logam tembaga, hal itu juga cukup sedikit builder yang menggunakan tembaga, kebanyakan lebih ke chrome, emas. Selain itu bagian blok mesin dichrome dengan warna tembaga. Modifikasi ini broadtracker Megapro L Engine sudah menghabiskan dana sekitar Rp30 jutaan lebih.
Tahun 2013, bro Mehe telah membangun mesin L Engine dari mesin Honda CB, dengan gaya bobber. Ditahun 2019 bro Mehe kembali menelurkan Mega Pro L Engine yang telah menyabet juara the Best of The Best di Pardjo 2019. Kedepannya, bro Mehe akan membangun motor bergenre Bobber, dengan mesin twin dari Binter Merzy. [Ahs/timBX]