NOV 07, 2022@20:48 WIB | 2,134 Views
Workshop anak muda yang mampu membaca peta masa depan dunia elektrifikasi di Indonesia. Terjun sejak 2015 silam, Petrik memiliki grafis kurva sustainability yang terus melesat. Awalnya hanya servis, sepeda listrik import tidak memiliki aftersales yang jelas. Ditangan Ady si Owner, pengalaman servis produk dikembangkan menjadi service jasa, hingga pengadaan part, termasuk ganti baterai lithium yang rusak, bahkan membangun kapasitas baterai jadi lebih besar.
Tak hanya baterai lebih besar, controller diriset ulang guna mendapatkan jarak tempuh lebih panjang dan kecepatan bisa ditambah, diatas angka pabrikan. Selain servis, Petrik Bike juga mampu mengkonversi motor bermesin ICE (internal combustion engine) menjadi pure EV. Bro Ady dengan karyawannya banyak menggawangi tugas akhir mahasiswa jurusan teknis, hingga kebutuhan sport bike untuk kejuaraan Drag. Petrikbike singkatan dari Pejuang Listrik dan digunakan sebagai brand untuk workshopnya sejak 2019 lalu.
"Saat itu kita banyak tantangan untuk mengkonversi motor biasa menjadi motor listrik. Jauh sebelumnya, memang banyak instansi perguruan tinggi yang bekerjasama dengan Petrikbike, sebagai tugas akhir. Tahun 2019 masih cukup sedikit workshop konversi listik, namun untuk servis sudah lumayan," Ady Siswanto, owner dan founder Petrikbike.
Servis yang menjadi ujung tombak workhsop Petrikbike, dimulai dari service sepeda listrik. "Selain service sepeda, biasanya kita juga melakukan overhaul motor listik karena kemasukan air, atau konektor baterai udah mulai jamuran, dan case lainnya," tambah bro Ady.
Fadhel sebagai host the Builder mulai penasaran, bagaimana sebuah motor listrik bisa ditambah daya untuk akselerasi. "Beberapa part sifatnya programable. Setelah terinstal dengan baik, tinggal kita program dengan laptop misalnya. Kita bisa setting torsi motor sesuai permintaan customer, gearless tapi sudah bisa memilih fitur riding, smooth, eco atau racing," terangnya.
Baterai, dynamo dan controller, tiga bagian tersebut bisa dikembangkan sesuai keinginan. Dinamo dan controller masih mengandalkan dari luar negeri. Sementara baterai, sudah menjadi keahlian Petrikbike untuk mengembangkan sendiri dalam memenuhi permintaan pelanggan.
"Tiga komponen utama seperti, box baterai, kontroller dan dinamo, tambahan throttle yang bekerja sesuai kapasitas yang sudah disetting controller. Box baterai dibuat anti air, karena kebutuhannya untuk dual purpose. Ya buat aspal dan disisi lain lumpur," cetus Ady ke tim Blackxperience.com.
Fungsional dynamo lebih untuk mengolah perintah dari controller ke daya penggerak melalui gear rantai ke roda belakang. Begitu juga control modular yang dibikin kedap air, karena cukup penting seperti kehadiran ECU di motor ICE.
"Control Modullar ini bisa disetting untuk akselerasi, torsi dengan menggunakan sensor throttle. Torsi dan kecepatan bisa dipilih menggunakan mode riding, dari eco, standar hingga sport," tukas Ady. Dirinya sudah membangun motor trail elektrik dengan jarak 120 km. Kecepatan maksimum dibatasi dengan 80km/jam.
Jika dikonversi pengecasan 0-100 persen hanya butuh Rp2000 perak, dan mampu jalan hingga 40 km. Paket konversi murah mulai dari Rp15 jutaan, paket standar Rp18-25 juta sedangkan paket custom Rp35 jutaan.
"Beberapa kasus motor listrik yang jarang dipakai malah merusak baterai. Baterai butuh pengecasan setiap hari. Kalau 3-6 bulan tidak dipakai bakal cepat rusak. Untuk penggantian baterai bisa Rp5-10 jutaan," tutup Ady.[Ahs/timBX]