JUL 24, 2020@20:00 WIB | 4,090 Views
Mobil dengan upgrade performance bagi sebagian petrol head cukup menjanjikan memancing adrenalin saat membetot throttle di jalan raya. Ukuran mobil performance adalah tenaga yang dahsyat, juga peningkatan torsi diatas pabrikan. Seberapa mungkin mobil standar bisa naik kelas, tentu saat BlackPals menemukan konfigurasi mesin dan teknologi yang tepat, serta ditangani mekanik yang punya seni mengukur akurasi tenaga mesin.
“Dunia mobil bukan ilmu hitam dan besaran tenaga kuda perlu biaya mahal,” ujar Yuda Resigama. Ketepatan dan akurasi setingan mesin dalam kurva dyno, seharusnya menjadi nilai edukasi yang positif, antara mekanik, engine performance dan sang owner. Untuk itulah AHT Garage hadir mengedukasi bagaimana culture otomotif para petrol heads di Amerika Serikat, memberikan gambaran utuh, hobi mobil, performance mobil punya tangga hierarki yang harus dilewati dengan formula tepat.
Lulusan mechanical engineering Texas A&M University ini menganggap ilmu otomotif adalah passion terbesar. Selain bangun mobil performance, mobil drift adalah bagian dari keahliannya. Soal culture otomotif benar-benar mendarah daging di darah Yuda.
Ada sedikit cerita, dimasa kuliahnya, aktif di club Annex, penggemar cross di kampus Texas. Selain itu, juga aktif balap time attack yang cukup terkenal, Texas World Speedway. Pengalaman drifting pun digeluti di Gulf Greyhound Park, Galveston. Dari tiga dunia otomotif tersebut, dirinya mengoleksi Acura Integra, sebelum akhirnya berganti ke Nissan 240SX Coupe.
“Culture otomotif saat itu tergambar bila weekend tiba, hanya cukup parkiran apartemen yang tidak begitu luas, atau garasi rumah teman kita modifikasi mobil temen dan diakhiri dengan barbeque . Di Texas, ketika kita berbaur dengan masyarakat sekitar. Bahkan saat di kampus saya aktif di Texas A&M Sports Car Club, yang secara culture dan habit sudah mendarah daging,” kisah Yuda kepada tim Blackxperience.com, yang saat itu memodifikasi Nissan 240SX Coupe untuk drifting.
AHT Garage sendiri, singkatan dari After Hour Tuning. Dimana tahun 2007, adalah tahun dimana bengkel dimulai di garasi rumah Tebet. “Di garasi rumah Tebet, saya mengerjakan modifikasi mobil setelah pulang kerja sampa larut malam. Dua tahun berjalan, akhirnya operasional bengkel pada tahun 2009 dipindahkan ke BSD di garasi rumah adik, Regi Fiandisa. Antara pekerjaan kantor dan AHT Garage sama-sama berjalan. Singkat cerita saya karir pekerjaan harus saya tinggalkan karena saya dikaruniai anak kembar, pada Akhir 2014, AHT Garage berdiri di BSD dibawah PT Satria Wangsa Anggara,” ungkapnya.
Membangun mobil kencang, high performance, harus dibarengi dengan safety, apalagi dibuat harian. Salah satunya Toyota FT86 yang dibangun cukup untuk mobil proper. Sudah swap engine ke LS3, V8 6200cc, N/A, yang digunakan untuk drifting dan harian. Velg Rays, Jepang dengan kaliper Willwood. Sementara gardan belakang Winters yang mempermudah saat ganti rasio gear, sudah mengadopsi quick change differential (Sikky) untuk balap NASCAR dan Drift.
“Untuk modifikasi mobil, tidak akal-akalan (temporary fix). Develop mobil perlu pemikiran panjang, waktu dan budget. Harus lebih berani pahit diawal, dengan spek yang dibutuhkan,” jelas Yuda. Meski banyak kalangan menyebut murtad (swap mesin diluar pakem brand aslinya), Yuda malah menganjurkan swap jika haluannya untuk mengejar prestasi. Ada project Mazda RX-7 yang juga diswap ke mesin Corvette V8 5700cc. Mesin tersebut dibeli saat pergi ke SEMA tahun 2017, dengan pertimbangan part yang lebih terjangkau untuk drifting.
AHT Garage sudah dilengkapi alat produksi seperti mesin bubut, mesin milling, pengelasan dan lain-lain. Ada ruang khusus untuk wiring dan puluhan mesin. Diantara puluhan modifikasi yang sudah Yuda lakoni, ada mobil modifikasi yang ia banggakan. Seperti mesin Nissan RB25DET yang putaran mesinnya sanggup di 9000 RPM dengan boost 1 bar, equvalen dengan 390 hp saat diuji mesin dyno.
Tips Modifikasi Performance
Yuda memberikan tips modifikasi kepada BlackPals. Stage 1 untuk mobil Honda Brio bisa dimulai dengan header dan exhaust. Sifatnya bolt on, bisa dipasang sendiri, seperti throttle body, header dan exhaust. Modif mobil bukan hobi murah, namun harusnya owner sudah bisa melakukan stage 1 sendiri.
“Pemilik mobil kena oli itu sesuatu yang wajib, meski tidak mengerti bongkar mesin. Seperti stage 1 dengan part bolt on bisa menggunakan part lokal, seperti ORD, Kanzai yang keduanya dari brand,” tuturnya.
Sementara stage 2 bagi Yuda modifikasinya sudah melibatkan pemasangan wiring, seperti piggyback, stand alone dan reflash yang lagi marak. “Reflash lebih bergantung pada data generik yang dibeli. Sementara saya cenderung remap punya ukuran sendiri, lebih live tunning, butuh membaca lebih dalam dalam 1-2 hari,” tutup Yuda, yang lebih mengandalkan stand alone ECU dengan proses lebih rumit. Menurutnya cara stand alone adalah cara membuka kunci real power pada mobil.[Ahs/timBX]