AUG 05, 2023@12:00 WIB | 683 Views
Tim RH57 sebuah tim balap drag dari Purwodadi-Grobogan Jawa Tengah yang turun secara full tim di Black Drag Bike 2023. Sang manajer, Joni Jaya Setiyono membawa 4 pembalap yang turun di kelas point, Ninja Standar, Bebek 200cc, FFA dan Ninja Frame Standar dengan 10 unit motor modifikasi untuk drag bike.
"Persiapan kami sudah 2 minggu lalu. Tidak ada perubahan secara settingan, masih sama dengan event-event drag sebelumnya. RH57 Ninja TU dan Ninja Standar kami yang sering bawa ke podium. Karena kelasnya cocok, kami jauh-jauh dari Purwodadi bergabung di Black Drag Bike Sidoarjo. Tetap di trek 201 meter, untuk kelas 150 hingga 200 sudah cocok, namun untuk kelas FFA, jarak pengereman kurang panjang," ungkap Joni. Di kelas FFA point A, tim RH57 mengaku bakal turun 4 kelas dan 4 pembalap.
Kelas FFA biasanya kami menggunakan motor Yamaha MX king. Dengan modifikasi drag, budget modifikasinya bisa menyentuh Rp90 juta permotor. "Perangkat elektrikal yang standar kompetisi bikin modifikasinya mahal. Disektor engine kami mixing antara part lokal dan aftermarket Thailand. Namun selain FFA, budget modifikasi rata-rata di Rp40 jutaan," terangnya.
RH57 turun dengan 4 pembalap dan 8 kru mekanik. Di kelas open point A ada nama Dicky GA, Wildan Kecil. Sementara kelas pemula ada nama Okto Zalfa dan Yudhis Kurcaci, kedua pembalap muda ini juga mengikuti di kelas open seperti FFA. "Untuk konsep even drag bike sudah bagus banget, paling sempurna dibanding event lain. Harapan kami bisa meraih juara umum," tutupnya.
Tim Madhe Garage yang secara spesialis turun di kelas Herex mengaku secara teknis sudah bisa memproduksi sendiri part-partnya. Dengan mesin bubut, mereka memproduksi part-part sendiri untuk kebutuhan konsumennya, seperti kruk as, valve, piston dan noken as. Untuk kaburator mengandalkan dari karbu Yogyakarta dan dengan diameter 42 mm. Tidak hanya mengandalkan Herex, tim Madhe juga mengusung motor FIZ R dari rekan bengkelnya untuk running di kelas 2 Tak 125cc.
Salah satu pembalapnya, Edo Sanjaya turun di lima kelas di Drag Bike dengan mengumpulkan 6 poin. Sebagai pembalap pemula dirinya dirinya harus memperbanyak poin dengan juara umum, agar bisa naik di kelas Seeded. "Target saya pengen juara umum, saya sudah running di bebek 200 dan Ninja Sunmory. Ada tiga kelas Herex, Herex Sunmory, Herex Open dan Herex GKS (pemula). Catatan waktu tercepat saya di 6 menit 9 detik jarak 201 meter di kelas Herex. Di kelas Herex ini kemungkinan 6,8 detik," ungkap dragster dari Mojokerto ini.
Tim RedGang Racing Division turun di 7 kelas. Pemula Point A dua kelas, Pemula point B 3 kelas, FIZ-R dan bebek 130cc. "Mesin sleep engine kami trouble dan tidak bisa turun di Black Drag Bike. Yang rada aman Ninja 155 rangka standar dan Ninja sunmory bakal lancar di lintasan. Total ada 4 motor yang bakal turun di 7 kelas, dan alhamdulillah kami berhasil podium dikelas FIZR 125cc STD Sunmory, tercepat kelima," ungkap Sandi Putra Manajer tim RedGank yang banyak menggunakan dominasi warna merah ini.
Soal rate modifikasi, dirinya mengaku Rp40-60 jutaan untuk membangun setiap motor drag. Untuk spesifikasi FFA, biasanya budget up dari Rp80 jutaan. "Jadi semangat kami lebih nyidam pengen balap, dibanding kesiapan sendiri. Diluar kelas FFA, kami mengandalkan part-part lokal saja. Sementara untuk FFA baru kami andalkan part impor dan mekanik Indonesia cenderung percaya part Thailand."
Hal yang paling dibutuhkan tim drag untuk bertanding di event setara Kejurnas adalah adaptasi rules. "Kami biasa turun di event Kejurda, namun saat di event selevel Kejurnas ini, banyak motor yang timbangannya kurang, terlalu ringan butuh tambahan beban 7-9 kg. Ini menjadi evaluasi kami dalam membangun motor dan persiapan teknis selanjutnya, karena perbedaan regulasi," tambah Sandi menanggapi event Black Drag Bike memang punya kemasan cukup menarik, dan sangat bisa dijangkau semua kalangan. [Ahs/timBX]