SEP 03, 2022@13:15 WIB | 828 Views
Pemanasan Black Drag Bike Night Battle sudah dimulai pukul 11.00 tadi. Masing-masing joki atau rider memberikan experience yang menarik. Pasal setiap rider memberikan catatan waktu yang sesuai dengan ekspektasi tim yang daftar di kelas utama dan kelas support.
Kelas Braket misalnya 8 Detik, Braket 8,5 Detik dan Braket 9 Detik disinyalir menjadi kelas supporting paling sulit. Pasalnya, kelas ini cukup melibatkan kepiawaian para joki (rider) dari berbagai tim yang turun.
Skema motor sudah disetting untuk kemampuan braket 8 detik, namun bila starter dalam running track 201 m melawati angka yang sudah ditetapkan semisal 8,56 detik, maka kelas braket yang ia ikuti akan hangus. Maka untuk mensiasati kelas braket yang cukup tipis ini, tim atau personal bisa mendaftarkan dua atau tiga kelas.
Secara teori memang seperti itu, namun raihan selama pemanasan meraih angka yang cukup fantastis, 6,5 detik untuk sebuah motor Ninja adalah catatan waktu yang fantastis untuk kelas 201 meter. Untuk motor vario 200 cc bisa meraih catatan 9,5 detik.
Tim HTJRT cukup antusias dengan mengikuti semua kelas dari kelas point hingga supporting. Mulai dari motor 130cc hingga FFA. Tim HTJRT merupakan gabungan dari beberapa workshop dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Dimas, yang mewakili tim HTJRT memasang target yang cukup tinggi, bisa memenangi di semua kelas. Baik kelas utama (point) maupun kelas supporting. "Rata-rata kami menggunakan pinston 66, stroke up, dan masih menggunakan karburator (injeksi). Tentunya harapan terbesar bisa menyapu bersih semua kelas point dan kelas supporting," ungkap Dimas ke tim Blackxperience.com.
Tim dari Kingland Moon Racing yang diwakili Agus Hariadi cukup antusias dengan gelaran Black Drag Bike Night Battle 2022 kali ini. Tim Moon Racing ini turun dengan dua kelas Tune Up 200 cc Open dan kelas Matic 200cc untuk rider wanita.
"Harapannya kami bisa mencuri podium di kelas point dan podium di kelas Matic 200cc wanita. Untuk spesifikasi menggunakan pinston 65mm dan sudah dilengkapi dengan perangkat I-mode untuk mengetahui ukuran AFR, RPM dari kinerja mesin injeksi. Dilengkapi dengan racebox untuk merekam catatan waktunya," ungkap Agus Hariyadi yang bermarkas di Sukoharjo Solo.
Biasa dengan settingan Mio 200cc, Agus mencoba peruntungan dengan membangun mesin Aerox 200cc untuk track 201 meter. Mesin Aerox ini menggunakan pinston 65 mm. Sementara dari sisi riset, Agus mengungkapkan mesin Aerox gubahannya bisa menyamai catatan waktu dari Mio 200cc.
"Kami yang pernah turun di event drag 2012 under Black di Jawa Barat dan Jakarta. Secara kualitas cukup proper dan berkelas. Hanya di Black Drag Bike Night Battle saja punya arena balap proper seperti luar negeri dan didukung dengan entertainment yang cukup baik," tutup Agus.
Yudha dari Sanjaya Racing mengikuti lima kelas, antara lain kelas FFA, kelas Frame Standar, Ninja Sunmori, Tune Up 155, dan Sleep Engine. Meski baru pertama digelar, event Black Drag Bike Nike Battle ini punya kelas yang cukup komplit, seperti event drag pada umumnya.
"Secara package event ini dikemas cukup menarik. Ada panggung hiburan, panggung penonton, paddock dan pencahayaan malam. Ini yang pertama event drag dengan battle night. Saya tidak melihat event selengkap ini kecuali di era 2012 silam. Titik lampu yang luar biasa, dan secara kualitas memang pride, tidak ada yang dipaksakan," ungkap Yudha Kemong, yang memodifikasi drag bike dari range Rp50 juta hingga Rp90 jutaan.
Bila event ini berjalan di tahun depan, Tim Sanjaya Racing bakal bertarung lebih maksimal. "Joss, saya turun di empat kelas, bisa dimaklumi karena tidak masuk agenda tahunan tim Sanjaya Racing. Kami siap menyongsong jadwal seri drag bike tahun depan, dengan hadiah yang cukup menggiurkan, kami cukup merindukan kehadiran event drag yang berkelas," tutup Yudha Kemong, Mekanik Sanjaya Racing dimana salah satu ridernya mencatatkan 6,5 detik. [Ahs/timBX]