FEB 13, 2020@10:10 WIB | 686 Views
Ada kabar baru dari Daimler. CEO-nya, Ola Kaellenius mengabarkan bahwa dalam memenuhi target emisi 2020 dan 2021 yang lebih ketat di Eropa kini, agak sulit dikejar oleh perusahaan otomotif mewah ini. Namun, jika tidak dilaksanakan, bisa berarti terkena denda besar akan menghantui Daimler. Meskipun kesulitan, Kaellenius mengatakan bahwa perusahaan tidak akan mengurangi harga untuk mobil listrik Mercedes-Benz.
(Ola Kaellenius)
"Kita perlu bertindak dengan cara yang rasional secara ekonomi. Sangat penting untuk mencapai harga yang memadai pada mobil-mobil ini dan tidak merusak tingkat harga," katanya.
(Mercedes-Benz EQC)
Bulan lalu, Daimler membantah adanya laporan yang mengatakan pabrikan ini memiliki masalah pasokan baterai mobil listrik yang memaksa perusahaan mengurangi target produksi di 2020 untuk Mercedes-Benz EQC, crossover listrik pertama Daimler. Laporan-laporan itu menuliskan bahwa Daimler memangkas jumlah produksi mobil listriknya. Pabrikan mobil Jerman ini berencana untuk memproduksi 60.000 unit Mercedes-Benz EQC, tetapi jumlah itu kemudian dipotong menjadi 30.000 unit saja. Hingga saat ini, kemungkinan perusahaan memproduksi EQC dari tahun 2019 sebanyak 7.000 unit.
(Mercedes-Benz EQA)
Kaellenius mengakui bahwa Daimler akan mengalami kesulitan dalam memenuhi batas emisi baru di Eropa. Akibat sulitnya mengikuti regulasi ini, Daimler mengalami penurunan laba di tahun 2019, lantaran peraturan emisi diesel, yang menyeret lemahnya penjualan kendaraan diesel Daimler. Setidaknya kabar baik ada dari perusahan ini, yang berencana akan meluncurkan mobil listrik terbaru, yaitu EQA, crossover bertenaga listrik di tahun ini.[prm/timBX] berbagai sumber