MAY 18, 2021@15:00 WIB | 880 Views
Jajaran mobil listrik Mercedes-Benz diterima dengan cukup baik oleh publik, CEO Daimler Ola Kallenius mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Financial Times, bahwa perusahaan jauh di depan tujuannya untuk menghentikan mesin pembakaran internal pada tahun 2039. Tapi, ada masalah. Ditambahkannya, Daimler siap untuk masa depan listrik, tetapi jika Uni Eropa ingin mempercepat peralihan ke mobil tanpa emisi, perlu ada perdebatan terbuka tentang dampak elektrifikasi terhadap pekerjaan. "Itu adalah ambisi yang kami katakan ya, tapi kami harus memiliki percakapan yang jujur tentang pekerjaan," katanya.
Kallenius mengungkapkan, semua orang tahu dibutuhkan lebih banyak jam kerja untuk merakit dan membangun powertrain berbasis pembakaran dibandingkan dengan powertrain listrik. “Ini mengikuti peringatan dari Presiden IG Metall (serikat pekerja logam di Jerman) Joerg Hofmann, yang mengatakan sebuah studi yang dilakukan oleh institut Ifo menunjukkan transisi ke EV dapat merugikan industri sekitar 100.000 pekerjaan pada tahun 2025,” tukasnya.
Ini khusus untuk pekerja yang berada di bagian produksi mesin bakar, dan jumlahnya bisa lebih tinggi jika perusahaan gagal meningkatkan tenaga pekerja. Kallenius mengatakan dampak pada pekerjaan harus ditangani dengan "cara yang bertanggung jawab secara sosial," dan mencatat bahwa Daimler berada dalam "dialog yang sangat konstruktif" dengan dewan kerjanya. “Mudah-mudahan, lebih banyak pekerjaan dapat dibuat di berbagai bidang seperti rekayasa perangkat lunak. Tapi itu [dampak pekerjaan mesin] bukanlah sesuatu di mana kita tidak harus mengakui bahwa itu ada,” pungkas Kallenius. [ibd/timBX]