JUN 27, 2020@11:00 WIB | 987 Views
Sebagai bagian dari inisiatif Toyota Environmental Challenge 2050, Toyota menargetkan akan mengurangi emisi gas buang kendaraan yang diproduksi di tahun 2050 hingga 90% dibandingkan level emisi di tahun 2010. Dalam jangka pendek, di tahun 2020 Toyota akan mengakselerasi produk Battery Electrified Vehicle (BEV) sebagai moda full electric dengan merilis 10 model baru di seluruh dunia. Lanjut di tahun 2025, seluruh model Toyota akan memiliki opsi tipe elektrifikasi atau bahkan didedikasikan khusus sebagai mobil listrik.
Dipelopori oleh Toyota Prius sebagai sebuah Hybrid Electric Vehicle (HEV) yang telah hadir sejak tahun 1997, Toyota terus mengembangkan kendaraan elektrifikasi sehingga menghadirkan turunan produk berupa Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV).
Secara infrastruktur, sistem penggerak PHEV sama dengan HEV. Bedanya, produk PHEV dilengkapi dengan fitur charger listrik untuk mengisi baterai secara mandiri. PHEV cocok untuk wilayah yang sudah memiliki stasiun pengisian baterai namun belum menyeluruh. PHEV juga meningkatkan jarak tempuh mobil ketika menggunakan electric mode. Prius PHEV merupakan salah satu kendaraan jenis PHEV yang telah dijual oleh Toyota.
Jenis berikutnya adalah Fuel Cell Electrified Vehicle (FCEV). Model ini tidak lagi menggunakan mesin pembakaran dalam ala HEV. Toyota menambahkan tangki berisi gas hidrogen (H2) dan komponen fuel cell, yang melalui serangkaian reaksi kimia, mengolah hidrogen bersama oksigen (O2) dari udara bebas menjadi tenaga listrik untuk mengisi baterai dan menggerakkan roda. Satu-satunya gas buang yang dihasilkan adalah air (H2O) sehingga menjadikan FCEV sebagai zero emission vehicle. Jenis ini diwakili oleh Toyota Mirai yang telah memasuki generasi ke-2.
Terakhir adalah jenis Battery Electrified Vehicle (BEV) yang mengandalkan baterai dan motor listrik sebagai sumber penggerak. BEV memiliki keterbatasan dalam hal jarak tempuh dan harus berhenti dalam jangka waktu tertentu untuk pengisian ulang baterai. BEV cocok dimanfaatkan sebagai personal mobility dengan jarak tempuh terbatas di wilayah perkotaan yang sudah memiliki infrastruktur pengisian daya baterai mumpuni. Beberapa mobil konsep disiapkan, seperti Toyota E-Palette, LQ, Ultra Compact BEV, dan i-Road yang sempat dipamerkan di Tokyo Motor Show 2019 lalu. Kendaraan BEV yang disebutkan sudah menggabungkan keempat aspek teknologi dari konsep CASE.
Sarana Membantu Mobilitas
Toyota juga berupaya mengembangkan sarana untuk membantu mobilitas masyarakat, seperti untuk para penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia) yang memiliki keterbatasan gerak. Salah satu cotohnya adalah Ultra Compact BEV sebagai moda mobilitas ramah lingkungan yang kompak untuk kebutuhan perjalanan dekat di kawasan terbatas.
Mobility vehicle dengan kapasitas 2 orang ini pas untuk pergi ke mal, keliling area perkantoran, atau dipakai pengemudi pemula dan para lansia. Desain yang ekstra kompak dengan panjang hanya 2.490 mm, lebar 1.290 mm, tinggi 1.550 mm, dan radius putar 3,9 m, begitu memudahkan untuk manuver di seputar wilayah perkotaan Jepang yang memiliki akses serba terbatas.
Sekali isi penuh baterai, Ultra Compact BEV sanggup melaju sejauh sekitar 100 km dengan top speed mencapai 60 km/jam. Untuk pengisian baterai hingga penuh butuh waktu selama 5 jam (200 Volt). Bicara safety, ia dilengkapi fitur pencegah tabrakan yakni Intelligent Clearance Sonar dan Pre-Colission System yang disertai auto brake untuk keperluan darurat saat mobil sudah tidak bisa lagi menghindar.
Berikutnya adalah HSR atau Human Support Robot. Robot ini memiliki tugas mulia dalam melayani orang sakit, kaum disabilitas, dan lanjut usia yang mengalami keterbatasan gerak. Toyota berusaha membuat HSR agar dapat membantu segala jenis pekerjaan, mulai dari membawa gelas air hingga membantu mengatur pola hidup pasien. HSR bekerja memanfaatkan kamera, mikrofon, dan beragam sensor untuk beroperasi yang didukung oleh teknologi artificial intelligent.
Ada pula FSR atau Field Support Robot yang disiapkan untuk bertugas membantu staf di arena olahraga. Bersama petugas lapangan, FSR mengambil obyek yang dilempar seperti lembing dan cakram. FSR dapat mengenali petugas lapangan dan mengikutinya untuk mengambil lembing atau cakram. Petugas memasukkan obyek ke dalam FSR dan selanjutnya menepuk bodi robot tersebut. FSR akan kembali ke area pelemparan secara otonom, termasuk menghindar ketika ada rintangan.[prm/timBX] berbagai sumber