SEP 01, 2022@14:00 WIB | 474 Views
Elon Musk berharap Tesla akan memiliki teknologi self-driving penuh sebelum akhir 2022, dan berharap pabrikan EV tersebut dapat merilisnya di AS dan di Eropa jika peraturan mengizinkannya.
Selama konferensi energi yang diadakan di Norwegia Senin (29/8) lalu, CEO Tesla tersebut berbicara kepada wartawan lokal. Musk mengatakan, bahwa dia mengunjungi negara Skandinavia sebagai apresiasi atas dukungan orang-orang Norwegia untuk kendaraan listrik.
Seperti dilansir Automotive News Europe, Musk juga mengungkapkan prioritas utamanya untuk sisa tahun ini: "Dua teknologi yang saya fokuskan dan coba selesaikan sebelum akhir tahun adalah membawa Starship kami ke orbit, kemudian membuat mobil Tesla dapat melakukan self-driving".
Tesla terus-menerus meningkatkan sistem Beta Full Self Driving (FSD) yang berbasis teknologi radarnya sendiri, sehingga membuatnya lebih baik dalam berbagai skenario kehidupan nyata, tetapi perangkat lunaknya masih jauh dari diklasifikasikan sebagai Level 5 (swakemudi penuh).
Belum diketahui, apakah Musk berharap untuk dapat mencapai level 5 tahun ini, mungkin level 4 menjadi skenario yang lebih masuk akal. Perbedaan antara kedua klasifikasi tersebut adalah pada sistem level 4 terdapat opsi human override. Tidak seperti pada level 5, di mana mobil melakukan semua tugas mengemudi tanpa campur tangan manusia.
Baidu baru-baru ini mengungkapkan robotaxi Apollo RT6 dengan kemampuan Level 4, mengklaim bahwa teknologi ADAS mereka lebih unggul dari Tesla.
Selain komentarnya tentang teknologi swakemudi, Musk juga berbicara tentang pentingnya bahan bakar fosil setelah krisis energi saat ini.
Dia menyarankan bahwa dunia harus terus mengekstraksi minyak dan gas sambil bekerja pada sumber energi yang lebih berkelanjutan. "Secara realistis saya pikir kita masih perlu menggunakan minyak dan gas dalam jangka pendek, karena jika tidak, peradaban akan runtuh," paparnya.
CEO Tesla mengatakan bahwa transisi ke energi berkelanjutan dan ekonomi berkelanjutan adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia, ia menambahkan bahwa hal tersebut akan memakan waktu beberapa dekade untuk diselesaikan.
Eropa saat ini sedang berjuang dengan kenaikan harga yang besar dalam biaya listrik dan harga CNG yang disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia. Dana 280 miliar Euro (Rp 4,2 kuadriliun) dikucurkan untuk membantu menurunkan harga bagi konsumen, sementara perdana menteri Eropa mencari solusi jangka panjang. [ibd/dera/timBX] berbagai sumber.