MAY 07, 2018@10:00 WIB | 8,224 Views
(Bagian depan Wuling Cortez 1.5 C)
Wuling tampak serius untuk meramaikan persaingan MPV di Indonesia. Belum cukup dengan Confero dan Cortez 1.8, pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018 lalu, Wuling meluncurkan Cortez 1.5.
Dari namanya saja sudah bisa ditebak bahwa mobil ini memiliki mesin berkapasitas 1.5L. Secara spesifik, kapasitas mesin Wuling Cortez 1.5 adalah sebesar 1.485 cc, yang mempunyai tenaga sebesar 110 hp di 5.800 rpm, dan torsi 142 Nm yang terbentang mulai dari putaran mesin 3.800 hingga 4.400 rpm.
(Wuling Cortez 1.5 C memakai mesin berkapasitas 1.485 cc)
Dengan menggunakan kapasitas mesin yang lebih kecil, tentu saja banyak yang langsung menyimpulkan bahwa Wuling Cortez 1.5 memiliki akselerasi yang lambat. Untuk membuktikan anggapan tersebut, kami pun mencoba mobil ini. Beruntung, unit test yang kami dapat adalah Cortez 1.5 C yang merupakan varian termahal dari Wuling Cortez 1.5.
Begitu masuk, kami langsung disambut dengan interior berwarna beige dengan kombinasi coklat. Warna interior Wuling Cortez 1.5 C ini memang sama dengan versi 1.8. Tapi bedanya, semua jok di Wuling Cortez 1.5 C masih menggunakan bahan fabric, bukan kulit seperti di versi 1.8.
(Bagian samping Wuling Cortez 1.5 C)
Tak mau berlama-lama, kami pun langsung menyalakan mesinnya agar dapat segera mengetahui impresi berkendaranya. Tapi sebelum menjalankannya, pertama-tama kami mengatur dulu posisi mengemudi yang pas dan nyaman dengan postur kami.
Terus terang saja, tidak sulit untuk menemukan posisi mengemudi yang ideal pada Wuling Cortez 1.5 C, meskipun mobil ini masih belum dilengkapi dengan pengaturan ketinggian bangku pengemudi, dan setirnya juga hanya bisa diatur naik turun (tilt).
(Tidak ada pengaturan ketinggian jok di bangku pengemudi)
Kenapa kami bisa mendapat posisi mengemudi yang ideal pada Wuling Cortez 1.5 meski pengaturannya tidak begitu lengkap? Karena pada dasarnya, Wuling Cortez memang mempunyai posisi mengemudi yang tinggi, dan ergonominya pun juga terbilang baik.
Setelah merasa nyaman, kami pun langsung menjalankannya. Sedikit informasi, meskipun merupakan yang termahal di jajaran Wuling Cortez 1.5, tapi Cortez 1.5 C ini masih memakai transmisi manual enam percepatan. Ini disebabkan karena Wuling memang tidak memberikan pilihan transmisi otomatis untuk semua varian Cortez 1.5.
(Semua varian Wuling Cortez 1.5 hanya mendapat pilihan transmisi manual enam percepatan)
Bobot kopling Wuling Cortez 1.5 C ini terasa pas. Begitu juga dengan tuas persenelingnya yang cukup ringan sehingga memudahkan kita untuk memindahkan gigi dengan cepat. Dengan perpaduan tersebut, rasanya kita tak akan cepat lelah saat mengendarai Wuling Cortez 1.5 C di jalanan yang macet.
Hal lain yang membuat Wuling Cortez 1.5 C jadi cukup menyenangkan untuk dikendarai adalah karena respons setirnya. Untuk MPV sekelasnya, Cortez 1.5 C memiliki respons setir yang cukup akurat, dan bobotnya pun juga terasa pas. Dengan begitu, mobil ini masih bisa diandalkan untuk dibawa melakukan manuver cepat.
(Tampilan dasbor Wuling Cortez 1.5 C)
Karena sudah penasaran dengan dengan akselerasinya, kami pun menguji kemampuan Wuling Cortez 1.5 C dalam berakselerasi. Di atas kertas, akselerasi Wuling Cortez 1.5 C memang tampak kurang impresif, karena tenaga maksimalnya ada di putaran mesin yang tinggi, dan torsinya baru didapat pada putaran mesin menengah.
Saat kami mencobanya, ternyata angka tersebut tidaklah hanya sebatas di atas kertas belaka. Di putaran bawah, terasa bahwa mesin kepunyaan Cortez 1.5 bekerja dengan cukup keras untuk mencapai kecepatan yang optimal.
(Wuling Cortez 1.5 C memiliki legroom baris kedua yang sangat lega)
Ini masih terjadi meskipun posisi transmisi sudah dipindahkan ke posisi yang lebih tinggi. Ketika mesin sudah mencapai putaran menengah, barulah terasa kalau akselerasi Wuling Cortez 1.5 ini jadi lebih ringan dan halus.
Harus kami akui bahwa performa dari Wuling Cortez 1.5 C memang tak bisa dibilang istimewa. Kendati demikian, mobil ini punya cukup banyak kelebihan di sektor lain selain performa.
(Bangku baris kedua Wuling Cortez 1.5 C terasa lega dan nyaman)
Lantaran memiliki dimensi yang cukup bongsor, otomatis Wuling Cortez 1.5 C mempunyai kelegaan kabin yang jempolan. Saat tester yang berpostur 176 cm duduk di bangku baris kedua, masih tersisa banyak sekali legroom dan headroom. Bukan cuma lega, kabin Wuling Cortez 1.5 C juga kedap.
Masih di sektor kenyamanan, bantingan suspensi Wuling Cortez 1.5 C juga terasa nyaman. Bahkan, kami berani bilang kalau bantingan suspensi Wuling Cortez 1.5 C ini terasa lebih baik dari Medium MPV asal Jepang dengan harga yang dua kali lebih mahal.
(Setir Wuling Cortez 1.5 C memiliki bobot yang pas)
Satu hal lagi yang membuat kabin Wuling Cortez 1.5 C jadi nyaman maksimal adalah karena mobil ini memiliki busa jok yang tebal dan empuk, sehingga membuat kita jadi betah berlama-lama di dalamnya.
Medium MPV ini boleh saja memiliki dimensi yang cukup bongsor. Tapi menariknya, Wuling Cortez 1.5 C memiliki radius putar yang tergolong kecil. Makanya, tidak sulit untuk melakukan putar balik atau memarkirkan mobil ini di lahan parkir yang terbatas.
(Head unit Wuling Cortez 1.5 C punya banyak fitur, termasuk kamera parkir)
Mudahnya melakukan parkir dengan Wuling Cortez 1.5 C tidak hanya disebabkan karena radius putarnya yang tergolong kecil. Tapi adanya kamera parkir dan layar head unit yang menampilkan kondisi di belakang kendaraan saat mundur juga cukup memudahkan proses parkir.
Seusai mencobanya, kami pun membuat kesimpulan bahwa Wuling Cortez 1.5 C adalah sebuah MPV yang sangat menarik untuk dimiliki. Kenapa begitu? Karena dengan segala kelebihan yang dimilikinya, mobil ini memiliki label harga yang sangat menarik, yakni seharga Rp 203,8 juta.
(Emblem Cortez di bagian belakang)
Melihat harga jualnya, jelas Wuling Cortez 1.5 C adalah sebuah pilihan yang cerdas untuk Anda yang menginginkan MPV yang nyaman, lega, dan memiliki fitur yang cukup lengkap, tapi dijual dengan banderol yang ekonomis.
Namun kami ingatkan lagi, jika Anda memutuskan untuk meminang Wuling Cortez 1.5 C, maka Anda tidak bisa berharap banyak pada performanya. Maklum, ini adalah sebuah Medium MPV yang berorientasi pada kenyamanan, bukan performa. [APSG/timBX]