SEP 15, 2022@19:00 WIB | 557 Views
Tren elektrifikasi memang sedang mewabah di seluruh belahan dunia, namun ada beberapa pabrikan yang masih memproduksi kendaraan berbahan bakar minyak atau internal combustion engine (ICE).
Salah satunya adalah pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai. Sedikit ironis sebenarnya, pasalnya Hyundai termasuk pabrikan yang sukses memproduksi mobil listrik untuk massal, seperti Kona dan Ioniq.
Hyundai berpendapat mobil ICE tidak perlu dilarang atau di hentikan, tapi harus diselaraskan dengan energi terbarukan seperti hybrid, listrik, dan tenaga surya.
''Kami pastikan Hyundai tetap akan membuat kendaraan BBM. Akan sangat naif jika kita hanya terpaku dengan teknologi (elektrifikasi), mobil ICE tetap kami pasarkan bersamaan dengan mobil EV dan Hybrid kami,'' Ujar Albert Biermann, Executive Technical Advisor Hyundai.
Walaupun keputusan ini akan mengundang kontroversi, Hyundai bersikukuh dengan memberi alasan belum meratanya ekosistem EV di setiap negara.
EV berkembang cepat di negara maju seperti Amerika dan Benua Eropa, namun di beberapa negara berkembang yang jumlahnya lebih banyak, tentunya belum bisa men-support teknologi ini.
''Untuk sekarang dan beberapa tahun ke depan, beberapa negara belum siap dengan tren EV, dan itu market mayoritas jumlahnya lebih besar,'' jelas Biermann.
Faktor yang mendukung kesenjangan ini adalah harga dari mobil EV yang ternyata lebih mahal dari mobil ICE, sehingga tidak bisa terbeli di negara-negara berkembang.
''Apa ini berarti kami, Hyundai akan bikin mobil keluarga BBM? Ya, Tapi tentunya ada regulasi emisi yang harus kami ikuti yakni Euro 7, misalnya, itu sulit tapi bukan tidak mungkin'', ungkapnya. [wic/dera/timBX] berbagai sumber.