MAR 05, 2020@14:00 WIB | 1,231 Views
Menurut riset dari BPPT, kendaraan yang akan bergerak secara otonom, wajib dipastikan dapat berjalan dengan lancar, dan terjamin dalam aspek keamanannya. Untuk itu, Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan, ekosistem Driverless perlu dikuatkan dengan standarisasi hingga aturan operasionalnya.
“Saat ini Undang undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan aturan jalan, belum mengatur tentang driverless. Karenanya perlu adanya harmonisasi semua aturan dan regulasi. Diperlukan juga dalam membuat safety driving-nya, sistem kendali, antar pengendara dan kendaraan, serta hal lainnya,” ungkap Hammam.
Yang terpenting menurut Hammam, perlu juga menggunakan teknologi dalam negeri, tanpa harus ketergantungan dengan teknologi asing. Jika Ekosistem driverless yang diminta sudah berfungsi, minimal di tahap parsial automation empat tahun mendatang, Indonesia dapat bersaing dengan seluruh provider teknologi di bidang autonomous darimana pun. Untuk antisipasi hal tersebut, Hammam menegaskan pentingnya penguasaan teknologi, yang dilakukan oleh pemerintah, dengan menggandeng industry dalam negeri.
“Jadi harus segera dilaksanakan tahapan litbang untuk ekosistem driverlessnya. Harus segera dibuat master plan dan kita harus mampu menguasai driverless ini,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Chairul Abdini yang menuturkan bahwa tantangan autonom ini banyak dan rumit dibanding pesawat terbang, karena mobil ini dijalan dan menghadapi banyak hal hal yang tidak terduga.
“Kendaraan autonomous ini perlu memahami perilaku kendaraan, dan respon terhadap situasi dijalan. Karena ketika kendaraan berapa miles berjalan, maka ribuan sensor bekerja untuk memindai situasi,” ujar Chairul.
Dedi Cahyadi dari Puslitbang Kementerian Perhubungan mengatakan, jika bicara mengenai penerapan kendaraan autonomous, maka harus menyiapkan ekosistem dan infrastrukturnya serta kendaraannya.Autonomous menurutnya adalah kendaraan pintar yang menggunakan robot, meski begitu tetap menggunakan manusia. Autonomous bisa menggunakan AI dalam rutenya. Saat ini Autonomous baru dikembangkan di Cina dan Korea. Disebutkan Dedi ada prinsip-prinsip yang menjadi tantangan dalam pengembangannya.Regulasi juga menjadi pertimbangan untuk menyesuaikan dengan teknologi baru.
“Kemudian juga harus user friendly dan scalability, infrastruktur support. Dan sistem yang dikembangkan harus dapat diandalkan. Jadi walau ada kegagalan sinyal, rem, kendaraan. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah training dan edukasinya,” tutup Dedi.[prm/timBX] berbagai sumber