MENU
icon label
image label
blacklogo

Indonesia Pacu Produksi Baterai Untuk Mobil Listrik Nasional

SEP 01, 2020@12:00 WIB | 855 Views

Indonesia terus berupaya berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam memproduksi kendaraan listrik (electric vehicle). Langkah strategis dilakukan dengan mendorong pengembangan teknologi baterai dalam negeri untuk mendukung pembangunan industri kendaraan listrik nasional. 

“Baterai merupakan komponen kunci untuk kendaraan listrik dan berkontribusi sekitar 25-40% dari harga kendaraan listrik,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi.

Doddy memaparkan, kendaraan listrik menggunakan baterai lithium ion dengan bahan aktif katoda diantaranya melibatkan unsur lithium, nikel, kobalt, mangan dan alumunium. Katoda sendiri, memberikan kontribusi paling tinggi terhadap harga sel baterai lithium yakni sekitar 34%. Karena itu, Kemenperin mendorong agar material tersebut harus diproses di dalam negeri untuk mendapatkan harga yang lebih ekonomis, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah yang dapat diolah menjadi bahan aktif tersebut.

Kemenperin melalui B4T telah berupaya melakukan upaya  substitusi impor di bidang energi, dengan membuat bahan aktif katoda berbasis NMC (nikel-mangan-kobalt). Dimana, proses pembuatan material aktif tersebut menggunakan produk industri smelter Indonesia. Namun, proses substitusi impor bahan aktif katoda memiliki kendala, yaitu sumber lithium, paparnya. Ia mengungkapkan, Indonesia tidak memiliki sumber alam mineral lithium, untuk mengatasi hal tersebut, Kemenperin telah menginisiasi proses recovery lithium dari recycle baterai bekas. Proses recovery lithium dari baterai bekas ini juga dikenal dengan istilah urban mining.

Penelitian terkait urban mining ini sangat diandalkan, tidak terkecuali negara–negara maju.  Bagi negara produsen, urban mining ini dijadikan solusi untuk mempertahankan keberlangsungan produksi.  Dengan inovasi tersebut nantinya Indonesia dapat memiliki cadangan lithium meski tidak terdapat tambang lithium dari alam.  

“Upaya ini juga merupakan salah bentuk circular economy di bidang energi khususnya kendaraan listrik,” sebutnya.

Doddy menambahkan, keseriusan pemerintah dalam pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, ditunjukkan dengan telah ditandatanganinya Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik. Perpres tersebut menjadi landasan bagi pelaku industri otomotif di Indonesia  untuk segera menyusun rancang bangun dalam pengembangan mobil listrik.

“Pemerintah menargetkan pada tahun 2025 sekitar 25 persen atau 400 ribu unit kendaraan Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) ada di pasar Indonesia,” imbuhnya.

Kepala BPPI menegaskan, untuk mendorong pengembangan baterai kendaraan listrik dalam negeri, diperlukan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada sekaligus upaya untuk substitusi impor komponen baterai, yang ditunjang oleh hilirisasi industri baterai lithium.  Tantangan bagi akademisi, pelaku industri, pemerintah, peneliti, perekayasa serta asosiasi dalam negeri untuk mewujudkan hal tersebut.

Selain dihadiri oleh Kepala BBPPI selaku keynote speaker, webinar ini dihadiri oleh beberapa plenary speaker, salah satunya Deddy Mulyadi, Senior advisor PT. IMIP, yang menambahkan bahwa saat ini Kawasan Industri Morowali telah mendirikan klaster industri komponen baterai lithium, yang terdiri dari 4 perusahaan produsen precursor material aktif katoda, nickel, mangan dan cobalt sulphate, dan 1 industri recycle battery.

“Karena itu, dengan adanya kegiatan-kegiatan seminar terkait teknologi bahan dan barang teknik, diharapkan dapat mendorong upaya aktif dari dunia industri, akademisi dan  pelaku energi baru dan terbarukan untuk mendukung Indonesia dalam menyongsong era kendaraan listrik,” pungkasnya.[prm/timBX]

Tags :

#
autonews,
#
kementerian perindustrian,
#
mobil listrik

X