MENU
icon label
image label
blacklogo

Industri Drag Bike Butuh Sirkuit Permanen, Prestasi Sustainable Sponsor Minim

SEP 08, 2024@16:34 WIB | 252 Views

Regulasi drag bike yang berlaku di even drag Indonesia, dirasa masih belum banyak berpihak untuk tim dan pembalap. Karena event drag bike cukup rapet secara waktu terutama 6 bulan pertama di 2024. Disatu sisi juga memerlukan modal yang cukup kuat, dan motor yang siap bertanding.

Kali ini kami berusaha membahas lika-liku teknis dilapangan, bagaimana rules drag bike berlangsung, namun disatu sisi dirasakan belum memberikan kesempatan dan ruang keadilan yang pantas bagi semua insan pelaku drag bike termasuk tim dan dragster sendiri. 

Pertama terkait regulasi satu pembalap satu motor. Motor sebuah tim memang boleh dijoin beberapa dragster, namun status dragster resmi tim hanya satu. Satu pembalap motor boleh hanya satu, namun boleh dijoin tiga pembalap diluar kelas utama (point). Perebutan point hanya untuk motor kelas point, dan peluangnya hanya untuk tim besar.

Sementara regulasi yang berlaku negeri seberang Thailand, motor drag boleh dibawa oleh dragster yang berlainan. Misal motor Tekno Tuner dibawa Ebon, dan tim Thailand lain dijokikan oleh Ebon, regulasi ini diperbolehkan. Jika mereka podium dengan motor yang berbeda, ya semua podium masuk sebagai juara dan bisa jadi juara umum.

Kedua, Tidak adanya sirkuit resmi menyebakan sistem penyelenggaraan event drag dibatasi waktu. Karena tidak adanya sirkuit resmi permanen untuk drag bike, dengan lintasan bisa untuk kelas FFA 500 meter. Karena lintasan sewa, akibatnya waktu running perkelas dibatasi.  

Sementara, terkait banyaknya event drag NGO di Thailand. Sistem balapan tidak diburu-buru atau dibatasi oleh waktu. "Di Thailand balap drag bike itu ditungguin kesiapan dragster dan motornya. Kondisi ini menyisati agar mesin tetap fresh, dan tidak mudah rusak. Dimulai jam 10.00 pagi dan selesai jam 03.00 pagi. Capek tapi tidak merugikan tim dengan motor yang sudah diriset," ungkap koh Vincent owner dari part VnG.

Baca juga: Pemenang Black Drag Bike 2024 Surabaya

Ketiga, mahalnya budget balap di kelas FFA. Kita tahu perkembangan FFA 201m rata-rata timingnya sudah mencapai kurang dari 6,5 detik. Jika mesin yang didevelop beruntung tidak jebol, itu sebuah keberuntungan bagi tim drag bike. Namun jika mesin jebol, mereka harus persiapkan mesin cadangan dan riset ulang. 

"Kasus ini sering terjadi di kelas FFA, mesin MX yang jebol harus diganti mesin baru. Mesin dan elektrikal Yamaha MX dibangun cukup mahal bisa sampai Rp300 juta," terangnya. 

Dirinya menambahkan, "Misalkan dikelas FFA yang cukup bergengsi. Sebuah piston MX kelas FFA bisa Rp2 juta, ECU mobil Jerman Haltech bisa Rp50 jutaan beserta injector dan part lainnya. Dan total build kelas FFA bisa sampai Rp300 juta. Dan secara cost sudah tidak mampu kita bangun mesin dan motor sebegitu mahal dengan kocek pribadi," keluh Vincent.


"Kalau rusaknya hanya piston bisa langsung diganti. Namun kalau rusaknya segelondong, ya harus ganti mesin baru," tambah Vincent diamini Ko Hans di markas Tekno Turner.

Sementara mesin baru cadangan, secara part dan setting sudah sama persis dengan mesin aslinya. Jadi jika mesin dan motor FFA dibuat dengan budget Rp300 juta. Maka kemungkinan mesin cadangan bisa 1/2 dari total harganya atau Rp150 juta. Sebegitu mahal sebuah mesin drag bike, cukup dikeluhkan oleh beberapa pihak, baik tim atau supporting part, yang notabene mereka tidak pernah dapat sponsor besar seperti balapan road race.

Keempat, balap road race seperti ARRC ramai support, sponsor di Drag Bike minim sponsor.

Baca juga: Pemengan Black Drag Bike 2024 Semarang

Menurut koh Vincent, balap Asian Road Race Championship dari tim Indonesia, tidak memiliki tim kuat. Tim seperti R59 pimpinan koh Ergus asal timnya dari Filipina, namun dengan mekanik dari Indonesia. 

Satu contoh case, tim MBKW2 oleh cak Mletis sebagai tim yang kuat di Drag Bike dan Road Race. Secara tim drag bike memang tetap tim privateer, kecuali tim road race yang didukung oleh Honda. Tidak banyak tim balap yang punya postur pendanaan kuat, menyebabkan tim banyak yang tumbang di tengah perjalanan.

Kelima, Era Balap Dulu tidak Semahal Era Balap Now

Berbeda dengan zaman dulu 2010-2013. Balap drag bike cuman bawa motor, ga perlu bawa kru dan mesin cadangan sudah bisa dilakukan. Dulu sekali balap sebuah tim tembus Rp40-50 jutaan untuk akomodasi dan pendaftaran per kelas, diluar motor. 

Saat itu kelas point semua yang diikuti oleh tim balap dari koh Vincent.  Saat itu tim dan motor  yang juara di kelas tertentu bisa langsung jadi juara umum.

Untuk sekarang  sebuah tim dengan spesialisasi kelas point, harus punya 5-6 motor yang bertarung. Dan kenyataannya tim-tim itu harus berkolaborasi untuk menciptakan motor-motor di top level. Ketahanan tim bisa terkikis karena operasional balap yang mahal. Simak berikut ini keseruan Black Drag Bike di Semarang kemarin  ya Pals.

Era sekarang lebih ke era gengsi. Selain keuangan yang tebel, para joki sekarang sudah dikontrak. Berbeda dengan jaman dulu yang cukup dengan start money. Tahun 2013 Vincent merasakan kontrak joki Imam Ceper seharga Rp30 jutaan untuk drag bike. Disaat itu balapan juga sudah cukup mahal. Apalagi dengan motor matic FFA dengan mesin Rp60-70 juta, meskipun itu bisa beli di Thailand.

Keenam, Seluruh Tim Balap Dragbike Dipastikan Tim Privater

Di eranya Kawahara menjadi satu brand tunggal di balap Drag Bike. Setiap tim yang ikut mendapatkan uang pembinaan Rp15 juta. Namun saat ini sudah tidak berlaku lagi, karena ATPM atau brand tertentu tidak mau masuk di balap drag bike yang hanya itungan detik saja.

"Balapan terlalu cepat, tidak seperti road race. Disini drag bike dipandang sebelah mata. Padahal di drag bike kemampuan tim menambah torehan waktu lebih cepat 0,1 detik butuh riset panjang dan biaya tentunya. Itu faktor pertama, mengapa kita privater dan mundur dari tim resmi sejak 2020," tambahnya.

Faktor kedua, timing setiap motor drag bike sudah rapat. Selisihnya sudah 0,0xx detik diantara tim satu dengan yang lain. Hal itu membuktikan bahwa mekanik di Indonesia sudah berkembang pesat, mereka sudah cukup pintar. Jam terbang masing-masing tim cukup terasah dan tidak adanya sponsor non ATPM membuat status mereka layak sebagai privater.

Salah satu clossing statement dari pembahasan diatas, mereka para pelaku drag, tim dan para pihak supporting, berharap bila event Black Drag Bike punya sirkuit permanen yang dikembangkan untuk kemajuan olah raga drag bike. Bila itu terjadi, maka Black Drag Bike menjadi pelopor pertama support Industri Drag Bike berkembang, seiring pertumbuhan dan catatan waktu yang makit rapet.

Black Drag Bike Seri III bakal berlangsung pada bulan Oktober 2024 di Bandung. Simak terus update dari kami dan, tunggu jadwal kepastiannya ya Pals. [Ahs/timBX]

Tags :

#
black drag bike,
#
drag bike,
#
vincent vrg

X