FEB 18, 2019@20:00 WIB | 1,409 Views
Sebagian besar pengujian mobil otonom dilakukan di kota-kota besar seperti California, Arizona, dan Nevada. Sensor yang diandalkan oleh mobil-mobil otonom untuk bernavigasi kurang dapat diandalkan dalam cuaca buruk dan kondisi visibilitas rendah lainnya. Namun Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengklaim sedang mengembangkan teknologi baru yang bisa membantu mobil otonom dapat bergerak dikondisi apapun.
Sensor eksperimental dari MIT membaca radiasi pada panjang gelombang sub-terahertz, yang berada di antara radiasi gelombang mikro dan inframerah pada spektrum elektromagnetik. Itu berarti sensor tersebut dapat mendeteksi jalan, meskipun ada kabut dan debu. Sensor LIDAR yang digunakan di sebagian besar mobil otonom saat ini sedang ramai diuji di jalan umum, bergantung pada panjang gelombang inframerah, yang lebih mungkin terganggu jika ada debu maupun kabut.
Tetapi sensor sub terahertz memiliki beberapa kelemahan. Sensor tersebut membutuhkan sinyal yang kuat untuk bekerja, dan membutuhkan peralatan besar dan mahal, menurut MIT. Karena itulah teknologinya belum pernah dicoba pada mobil otonom sama sekali.
Para peneliti mengembangkan sensor sub terahertz prototipe yang sesuai pada sebuah chip, namun sensor ini cukup sensitif untuk memberikan informasi bahkan di jika ada gangguan sinyal yang signifikan sekali pun. Hal tersebut berkat "desentralisasi," yang bergantung pada piksel yang ditempatkan pada chip. Sensor ini dapat digunakan untuk menentukan jarak ke objek terdekat, mirip dengan LIDAR, tetapi juga dapat diarahkan ke arah tertentu untuk memungkinkan gambar resolusi tinggi dari lingkungan sekitarnya.[prm/timBX]