OCT 18, 2019@20:00 WIB | 1,224 Views
Himalayan 02View, pertama kali diperkenalkan ke publik pada Kustomfest 5-6 Oktober 2019 lalu di Yogyakarta. Menurut Julian, keberhasilan sebuah karya dinilai dari kemampuannya dalam menggugah emosi manusia. Ia percaya bahwa
yang membatasi sebuah desain hanyalah kemauan dari setiap orang untuk berimajinasi. Tentunya setiap orang memiliki cita rasa berbeda dalam memodifikasi motor kesayangannya. Namun, apa jadinya bila seorang arsitek yang biasa membidani lahirnya sebuah bangunan, memutuskan untuk memodifikasi motor Royal Enfield Himalayan?
Adalah Julian Palapa, seorang arsitek dariJakarta, yang menerapkan interpretasi berbeda dalam melihat modifikasi motor khususnya Royal Enfield Himalayan. Bagi Julian, Royal Enfield Himalayan adalah motor dengan karakter laksana petualang tangguh. “Nah, bagaimana caranya karakter kuat tersebut kita ubah sedikit untuk menambah kelincahan
motor ini dalam menerabas mobilitas metropolitan,” ucap pendiri firma arsitektur Hello Kilau ini.
Visi Julian akhirnya dapat terwujudkan dengan mengikuti kompetisi modifikasi Royal Enfield bertajuk RE-Build dari dealer resmi mereka, PT Distributor Motor Indonesia (DMI). “Pada awalnya saya ragu untuk mengikuti RE-Build.
Setahu saya, yang ikut kompetisi itu builder papan atas semua. Mendengar nama-nama kontestan saja membuat saya kecil hati,” tutur Julian.
Hasil Akhir .02View untuk RE-Build 2019 Apa iya seorang arsitek punya kans untuk berkompetisi melawan nama besar? Namun Julian berketetapan hati untuk mengikuti kompetisi tersebut. “Maju saja deh. Nothing to lose,” tambah pria
berumur 43 tahun ini.
Ia mengumpulkan sekitar 3 tim arsiteknya untuk bersama-sama brainstorming merancang, desain modifikasi Royal Enfield Himalayan yang terbilang maskulin ini. “Saya menerapkan filosofi desain rancang bangunan yang fungsional.
Proposal desainnya pun terkesan bergaya ala firma arsitektur. Bukan anak motor,” jelas Julian.
Dalam mendesain Royal Enfield Himalayan ini, Julian mengimplementasikan tiga variabel penting dalam desain arsitektur. Pertama adalah firmitas atau struktur rancang bangun, lalu utilitas atau fungsi bangunan dan yang terakhir adalah venustas atau estetika.
“Tiga variable ini adalah yang terdasar dalam merancang sebuah bangunan. Saya coba untuk membawa nilai ini ke dalam Royal Enfield Himalayan,” lanjut pria yang juga anggota Royal Riders Indonesia. Ketika ditanya mengenai style desain favoritnya, Julian berkata bahwa ia menghindar terkotak dalam sebuah gaya tertentu. Free from any style,
ucapnya.
“Saya sengaja menghindar dari typecast desain tertentu, agar tetap relevan dalam keadaan apa pun. Yang penting beauty follows function. Itu resep saya ketika membangun motor yang saya namakan .02View ini,” tukas Julian.
Nama .02View (baca: second view) sendiri dipilih Julian untuk menggambarkan cara pandang berbeda yang Ia ambil saat mengembangkan konsep motor ini. Dalam proposalnya, Julian menggambarkan secara detail tiap-tiap bagian dari
rencana modifikasinya. “Intinya seperti saya mengajukan proposal desain bangunan saja,” tambahya.
Ia menghadirkan sisi pandang yang baru, petualangan Royal Enfield Himalayan untuk menerabas padatnya mobilitas di kota metropolitan. “Inspirasi desainnya tracker tahun 70an, tapi dengan parts modern yang menunjang,” sambungnya. Ia ditantang oleh para juri untuk menyelesaikan desainnya menjadi kenyataan hanya dalam waktu 7 bulan. Proses pengerjaan .02View terbilang tidak mudah. Shock depan Showa diusahakan untuk dipasang dengan menciptakan segitiga atau triple tree baru.
Shock depan tersebut ditunjang dengan sistem pengereman double disc dengan 8 piston dari Nissin Radial, jelas menjanjikan keamanan dalam berkendara. Belum lagi mencetak ulang velg belakang berbahan dasar aluminium. Uniknya, velg tersebut memiliki secondary skin atau dop berbahan galvalum. Bahan unik ini biasanya diimplementasikan untuk pembuatan kanopi memiliki fungsi untuk melindungi bagian rumah atau bangunan lainnya dari hujan atau sinar
matahari.
Secara umum, dimensi motor berubah. Tinggi awal dari tanah ke jok pengemudi menyusut, dari yang awalnya 800mm menjadi 760 mm. Panjang motor secara keseluruhan turut menyusut, dari awalnya 2190 mm, menjadi 2110 mm. Hal ini
bertujuan agar siapapun yang mengendarai .02View tidak akan mengalami kesulitan ketika berpijak ke tanah, yang jelas menunjang kelincahan dalamberkendara.
“Kehadiran .02View bukan untuk berkompetisi. Bukan untuk menunjukkan siapa lebih unggul. Saya hanya menyajikan sisi pandang baru, yang personal dari profesi seorang arsitek, dalam memodifikasi motor,” tutup Julian. [Ahs/timBX]
Detail Spesifikasi Himalayan .02View:
Shock depan : Showa type SFF
Wheels Base : 148 cm
Panjang motor : 211 cm
Tinggi jok/seat : 76 cm
Ground clearance : 19 cm
Handle bar : Protaper Evo Panjang 84 cm
Velg depan : 18 inch 300
Velg belakang : 18 inch 350
Ban depan : Shinko E805 - 120/90/18B
Ban belakang : Shinko E805 - 150/70/18
Rem depan : Double disc brake 8 piston Nissin Radial
Rem belakang : Brembo 2 piston with selang hel
Headlamp : Daymaker 5 inch
Handgrip : Vans moto
Shock breker belakang : Ohlins