JUL 18, 2019@12:00 WIB | 1,167 Views
Valentino Rossi menunjukkan dia tetap semangat meski tiga balapan terakhir mengalami DNF dan menyebut rekor kemenangan MotoGP yang dimilikinya, hanya bisa diraih oleh seorang pembalap yang hebat.
Rossi belum berdiri di tangga teratas podium sejak Dutch TT pada 2017 silam, sebelum 36 kali balapan berlalu. Namun pembalap Italia itu sebelumnya mengalami 44 kekalahan beruntun dari Phillip Island 2010 hingga Assen 2013, termasuk dua musim di Ducati.
"Pasti saya tidak suka [kekalahan beruntun] tetapi itu sudah pernah terjadi sebelumnya dalam karir saya dan saya bisa kembali," kata Rossi.
Pembalap berjuluk The Dokter itu mendominasi gelar kemenangan kelas utama dengan 89 kemenangan sejak debutnya pada tahun 2000. Giacomo Agostini adalah pemegang rekor kedua terdekat berikutnya dengan 68 kemenangan, sementara pembalap teratas yang masih aktif adalah juara bertahan tim Honda, Marc Marquez dengan 49 kemenangan.
Dengan demikian, Rossi menyindir orang yang sering menanyakan, apakah dia bisa tahan untuk tidak menang lagi - yang kemudian dengan cepat menjelaskan keinginannya untuk melakukannya.
"Saya sudah memenangkan 89 balapan di MotoGP ... Saya tidak terlalu buruk! Jadi saya bisa 'bertahan' jika saya hanya punya rekor di 89!" dia tertawa. "Tapi kami tidak menyerah karena memang benar saya sudah tua, tapi tahun lalu saya juga sudah tua dan apalagi lima tahun yang lalu saya terlebih sudah tua."
Rossi - yang telah memenangkan 9 balapan dalam 5 tahun terakhir dan kalah pada gelar pada tahun 2015 di seri final - sekarang berusaha untuk menjadi pembalap keempat dalam sejarah yang berusia lebih dari 40 (dan pertama sejak Jack Finlay pada tahun 1977) untuk menangkan grand prix motor kelas utama.
Apa yang membuat kurangnya hoki Rossi saat ini adalah bahwa ia baru-baru ini dikalahkan oleh dua pembalap di motor yang sama - rekan setimnya di Yamaha, Maverick Vinales dan bintang rookie tim satelit, Fabio Quartararo, yang Rossi rasa dia bisa mendapatkan lebih banyak potensi dari set-up sekarang untuk bisa cepat diatas M1.
"Jujur, saya tidak merasa menyerah, atau tidak ada semangat, atau tidak punya motivasi yang cukup untuk ada di balapan tiap akhir pekan. Jadi, tidak bisa diterima mengapa tahun ini saya 20 detik lebih lambat di sini daripada tahun lalu," kata Rossi tentang balapan Sachsenring yang mengecewakan, di mana ia finish di posisi 8 dan 19,10 detik di belakang Marquez.
"Saya pikir kita bisa mengerti dan kita bisa kembali, tetapi ini adalah situasi yang sulit karena dengan tulus saya mengharapkan menjadi kuat [di Sachsenring], tetapi dalam kenyataannya, tidak."
Meskipun Rossi menang di Assen di tahun 2013 saat kembali ke Yamaha, ia menyelesaikan musim hampir 100 poin di belakang rekan setimnya Jorge Lorenzo. Itu menandai pertama kalinya pembalap bernomor #46 itu finish lebih rendah dari rekan setimnya di kejuaraan dunia, tanpa cedera.
Meski meraih posisi runner-up di Argentina dan Austin pada awal musim, Rossi mengalami tiga DNF berturut-turut dan posisi kedelapan di Jerman berarti ia sekarang telah kehilangan posisi 5 di klasemen pembalap dariVinales.
Pembalap Spanyol tersebut adalah satu-satunya pembalap Yamaha yang menang selain raihan Rossi di Assen 2017, menyemprotkan sampanye kemenangan di Phillip Island musim lalu dan Assen musim ini. Kontrak balap Rossi di kancah MotoGP sendiri cuma bertahan hingga akhir tahun 2020. [bil/timBX]