JUN 28, 2021@15:30 WIB | 698 Views
Panasonic baru saja menjual seluruh sahamnya di Tesla seharga sekitar US$3,61 miliar atau sekitar Rp 52,35 triliun, karena berupaya mengurangi ketergantungan pada pembuat mobil Amerika dan meningkatkan modal untuk investasi pertumbuhan, juru bicara perusahaan mengatakan kepada Reuters baru-baru ini. Pada tahun 2010, Panasonic membeli 1,4 juta saham Tesla dengan harga sekitar US$30 juta (Rp 43,5 miliar), dengan masing-masing saham dihargai US$21,15 (sekitar Rp 300 ribu). Saham itu kini bernilai US$730 juta (sekitar Rp 10,5 triliun) pada akhir Maret 2020. Tetapi kemudian naik secara eksponensial hampir tujuh kali lipat menjadi masing-masing US$679,82 (sekitar Rp 9,9 juta) pada Kamis (24 Juni) lalu.
Analis Ace Research Institute, Hideki Yasuda mengatakan: “Dampak aset kripto mungkin telah mendorong harga saham Tesla di atas nilai intrinsiknya, menjadikannya saat yang tepat untuk menjual.” Saham Panasonic ditutup naik 4,9% sehari setelahnya, pergerakan terbesar sejak Januari.
Panasonic menekankan bahwa penjualan saham adalah seputar "tata kelola perusahaan" dan tidak ada hubungannya dengan hubungan berbatu yang diklaim dengan Tesla. Penjualan itu tidak akan memengaruhi hubungan kedua perusahaan, meskipun Tesla mengumumkan bahwa mereka mendiversifikasi rantai pasokan baterainya sendiri dengan bermitra dengan LG Energy Solution Korea Selatan dan CATL China.
Panasonic juga menjelaskan bahwa mereka berencana untuk tetap menjadi bagian utama dari masa depan Tesla. Perusahaan sedang menyiapkan jalur produksi prototipe untuk 4.680 sel lithium-ion baru Tesla, yang diharapkan Elon Musk akan memungkinkan paket baterai yang lebih murah dan, selanjutnya, kelayakan membuat mobil listrik senilai US$25.000 (Rp 362 juta) mungkin dalam tiga tahun mendatang.
Hasil penjualan akan membantu Panasonic membayar akuisisi senilai US$7,1 miliar (Rp 103 triliun) dari spesialis rantai pasokan AI AS, Blue Yonder. Ini akan menjadi akuisisi terbesarnya dalam satu dasawarsa, meskipun harga tersebut membuat para analis bertanya-tanya tentang rekam jejak merger dan akuisisi (M&A) perusahaan yang buruk. [ibd/timBX]