JAN 26, 2024@18:30 WIB | 341 Views
Penghentian produksi total Daihatsu, yang diumumkan pada akhir bulan lalu menyusul dampak skandal uji keselamatannya, akan berlangsung hingga bulan depan. Awalnya, pembuat mobil tersebut mengatakan pihaknya berencana untuk menghentikan operasi di semua pabrik perakitan dalam negeri hingga akhir Januari, namun perusahaan telah mengumumkan bahwa hal tersebut kini akan diperpanjang hingga pertengahan Februari.
Dikatakan bahwa operasi di tiga dari empat pabriknya di Jepang yaitu Pabrik Shiga (Ryuo) No.2, Pabrik Oita (Nakatsu) No.1/Pabrik No.2 milik Daihatsu Kyushu, dan pabrik Copen Pabrik Ikeda akan tetap sepenuhnya ditangguhkan hingga Februari.
Sementara itu, mereka sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan produksi sebagian di Pabrik Oyamazaki di Kyoto. Meskipun produksi Daihatsu Thor, Toyota Roomy, dan Subaru Justy di fasilitas tersebut tidak akan dilanjutkan hingga setidaknya 16 Februari, perusahaan tersebut mengatakan bahwa kelanjutan produksi Toyota Probox dan Mazda Familia Van sedang dipertimbangkan, namun menambahkan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan feedback pelanggan, status kesiapan pemasok dan faktor relevan lainnya sebelum keputusan diambil mengenai masalah tersebut.
Produsen mobil tersebut terus terpukul oleh skandal tersebut. Pekan lalu, ada tiga persetujuan jenis kendaraan (VTA) yang dicabut oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang (MLIT) dan hal ini diikuti dengan penarikan kembali 322.740 unit Daihatsu Cast dan Toyota Pixis Joy karena dianggap tidak sesuai dengan standar.
Perintah perbaikan yang dikeluarkan oleh MLIT yang melakukan penyelidikan sendiri atas masalah ini minggu lalu juga mengharuskan Daihatsu untuk melakukan reformasi mendasar terhadap manajemen, lingkungan tempat kerja dan budaya yang mengakibatkan "kesalahan," khususnya tes keselamatan kecelakaan yang dilakukan untuk mendapatkan persetujuan peraturan aplikasi untuk beberapa model.
Semua ini tentu saja akan merugikan sang produsen mobil. Perkiraan awal adalah bahwa perusahaan dapat menderita kerugian lebih dari 100 miliar yen (Rp 10,7 triliun) yang berasal dari penutupan pabriknya serta pemberian kompensasi finansial kepada pemasok, namun hal tersebut terjadi hingga jangka waktu akhir Januari. [ibd/zz/timBX] berbagai sumber