MAR 03, 2021@13:44 WIB | 859 Views
Davide Brivio akhirnya buka kartu mengapa ia pindah ke MotoGP melakoni karir baru sebagai direktur balap Alpine. Kesempatan tersebut ia ambil untuk mengejar impian dengan tim Alpine.
Suzuki telah meraih gelar MotoGP pertamanya di tahun 2000 dan saat menggunakan konfigurasi mesin 1000cc, Suzuki telah bertransformasi dari mesin 4 silinder V ke mesin 4 silinder segaris. Dari mesin 4 silinder yang memulai debut sejak semester akhir 2015 puncaknya 2020 berhasil mengunci klasemen sebagai juara konstruktor dan Juara Baru MotoGP. Pengalaman selama 5 tahun tersebut akhirnya, Brivio memutuskan menggapai mimpu baru di balap Formula 1.
Setelah meluncurkan mobil baru tim Alpine A521, pria berkebangsaan Italia tersebut memutuskan untuk pindah ke Formula 1, karena menurutnya bagian dari impian yang harus ia raih.
"Formula 1 telah menjadi impian saya dan sangat menyenangkan untuk memulai sesuatu yang benar-benar baru dan lingkungan yang baru," cetus Brivio.
Dirinya menegaskan memang harus belajar banyak hal. "Memahami teknis yang baru, menggenjot adrenalin untuk memastikan oksigen menyupai otak saya belajar banyak hal. Kesempatan itu saya ambil, dan agar tidak menyesal dikemudian hari," ungkap Brivio.
Dengan pengalaman Brivio, Tim F1 Alpine akan berbagi tugas dengan direktur eksekutif Marcin Budkowski, setelah kepergian mantan bos Renault F1 Cyril Abiteboul.
"Ranah pekerjaan saya khusus pada operasional trek, aktivitas trek yang terjadi di sirkuit. Jadi tugas saya lebih pada memanfaatkan seluruh potensi mobil selama balap," tambah Brivio.
Sementara diluar balap, Brivio bertugas untuk mempersiapkan sasis, mobil balap dan orang-orang yang terbatas di pit stop. "Kami mempersempit 1000 orang dengan belasan kru untuk mengekstraksi kemampuan mobil. Meski saya bukan seorang engineer, saya harus bisa memastikan koordinasi engineer, driver, dan kru yang terlibat untuk tampil terbaik dan menjadi tim yang kuat," ungkapnya.
Secara kesulitan, tim F1 punya organisasi yang besar, sementara tim MotoGP jauh lebih sedikit. "Secara job, memang lebih kompleks, tapi mari kita lihat bagaimana mengsinergikan antara orang sikap dan kemauan pembalap, yang jauh lebih kompleks dari segi teknis, parameter, dan lebih banyak titik aerodinamika. Secara general memang punya kesamaan, antara MotoGP dan Formula 1" tutupnya. [Ahs/timBX]