SEP 27, 2018@08:00 WIB | 2,486 Views
Butuh waktu lama untuk membangkitkan tim Suzuki Ecstar menjadi tim unggulan MotoGP. Era Kevin Schwantz yang mempersembahkan juara dunia MotoGP di tahun 1993, seakan butuh effort besar untuk memecahkan kebuntuan menjadi juara dunia di kelas balap paling bergengsi di dunia saat itu. Tujuh tahun kemudian Suzuki kembali meraih juara dunia melalui pembalap andalan Kenny Robert Jr, dengan motornya RGV500 di tahun 2000. Dari kedua pembalap tersebut semuanya berkebangsaan Amerika Serikat.
Lima belas tahun berikutnya Suzuki melalui tim Suzuki Ecstar kembali ke dunia MotoGP, setelah puasa gelar dan dilanda kebangkrutan. Melalui pembalap Vinales ditahun 2016 berhasil menyumbang 3 podium. Hal itu yang menyebabkan tim Suzuki sempat sejajar dengan tim Honda, Ducati dan Yamaha. Namun semenjak karirnya berhenti dari tim Suzuki, penggantinya pembalap senior seperti Andrea Iannone dan new rookie Alex Rins membangun kembali mercusuar, menjadi rider dan tim terbaik.
Alangkah sialnya, ketika sepanjang tahun 2017 tim Suzuki sepertinya salah memilih mesin. Kedua pembalapnya berlomba tanpa podium sama sekali. Atas kurang bergairahnya prestasi tersebut, Suzuki kembali mendapatkan concessions berupa kemudahan dengan menggunakan jatah mesin 9 dalam satu musim balap.
Concessions tersebut kemudian dimaksimalkan, dan semenjak musim 2018 bergulir, prestasi di GP Aragon, Spanyol minggu lalu membuat tim Suzuki Ecstar telah mengoleksi 5 podium diantara di podium 3 di GP Argentina oleh Alex Rins, podium 3 di GP Texas oleh Iannone, podium 3 di GP Jeres oleh Iannone, podium 3 di GP Assen oleh Alex Rins dan Aragon oleh Iannone. Cara penghitungan poinnya, 3 poin untuk podium satu, 2 poin untuk podium dua dan 1 poin untuk podium tiga.
Atas pencapaian 6 poin tersebut, hak concessions yang diberikan ke tim Suzuki mulai ditarik untuk tahun depan. Mereka mulai kembali sejajar dengan tiga tim papan atas, Yamaha, Honda, Ducati. “Kami sekarang telah kehilangan concessions, itu pertanda baik karena tim Suzuki telah jauh lebih kompetitif,” tutur manajer tim Davide Brivio.
“Aksi Iannone memimpin lomba selama beberapa detik ini cukup fantastis. Atas raihan tersebut, kami cukup dekat dengan rider papan atas. Andrea benar-benar kuat, Alex juga tampil cukup baik. Mereka berdua telah berhasil mengelola ban secara optimal, dan pilihan ban soft mengantarkan kami ke titik sekarang ini,” tutur Brivio.
Lima balapan terakhir di kelas MotoGP merupakan track yang disukai oleh Suzuki. Dan tentunya potensi merebut podium cukup terbuka untuk diraih lebih banyak lagi. Good Job tim Suzuki Ecstar. Kita pun berharap tahun 2019, Suzuki bukan lagi menjadi tim kuda hitam penggembira, melainkan kans juara dunia dimiliki oleh Alex Rins dan Joan Mir. [Ahs/timBX]