MAY 04, 2020@17:45 WIB | 2,372 Views
Membahas Scooter matic memang tak ada habisnya. Selain fungsi primernya sebagai alat transportasi, scooter juga memiliki nilai seni, kultur hingga solidaritas. Arsitektur body yang serupa lebah, lekuk-lekuk membulat di sisi kanan dan kiri, dan nilai historis yang terkandung di dalamnya menjadikan scooter sebagai sebuah karya seni yang nilainya semakin naik. Semakin tua sebuah scooter, semakin pula harga yang dibanderol semakin tinggi.
Kultur modernist dan scooter juga merupakan dua entitas yang sulit dipisahkan. Kultur ini lahir dari anak muda Eropa yang mendobrak kultur lama dan mulai hidup dengan gaya hidup modern dan Scooter adalah salah satu elemen penting bagi para modernist saat itu. Hingga kini kultur Mods tumbuh subur di seantero dunia. Scooter, tampilan rapi ala dandy, dan unsur musik Jazz atau Ska adalah ramuan penting kultur mods.
Di dunia, dua manufaktur scooter, Vespa dan Lambretta menjadi penyokong utama kultur ini. scooter yang melegenda sejak tahun 1940an hingga saat ini masih diminati hingga produk-produknya yang paling baru sekalipun. Cukup langka rasanya untuk sebuah merk memiliki penggilanya sendiri mulai dari produknya yang paling lawas hingga yang terkini. Misalnya, sebuah scooter Lambretta lansiran tahun 1960an, harganya bisa menyentuh angka ratusan juta, bahkan untuk yang kondisinya masih prima, sebuah Lambretta bisa memiliki nilai yang fantastis. Apakah dengan produk baru peminatnya makin menurun? Ternyata tidak, di awal tahun 2019, Lambretta yang lahir kembali dengan mempertahankan struktur lama namun dengan teknologi yang modern dan canggih, mampu menarik antusiasme khususnya pasar di Indonesia.
Namun sebenarnya, berjajar dengan dua nama besar seperti Vespa dan Lambretta, sudah cukup banyak beredar manufaktur lain yang mengisi pasar scooter matic, seperti Peugeot dan beberapa brand asal Jepang. Yang terbaru, muncul nama Royal Alloy yang ikut meramaikan pasar scooter matic. Royal Alloy merupakan scooter matic terbaru asal Inggris yang dibuat di Thailand. Brand ini pertama kali memperkenalkan dirinya di pasar Asia melalui gelaran Thailand International Motor Expo 2019.
Sekilas, jika segala jenis emblemnya dihilangkan, motor ini tampak seperti sebuah Lambretta, baik dari sisi depan, hingga ke bagian lampu belakang. Namun jangan terkecoh, Royal Alloy adalah scooter yang lahir dari nafas kultur Mods dan kebesaran nuansa Inggris. Yang paling jelas terlihat pada logo RA berkelir silver dengan background hitam berbentuk shield dan di bawah tulisan RA terdapat logo yang jelas merupakan lambang bendera Britannia Raya. Perbedaan mencolok lainnya terletak laci penyimpanan depan yang cukup besar dan berdesain kotak yang mengingatkan kita pada Vespa Excel dan pada sektor lampu belakang, Royal Alloy menggunakan lampu LED berdesain kotak dan cenderung lebih besar.
Di Thailand sendiri, Royal Alloy ditawarkan dalam tiga varian yakni TG Series, GT Series serta GP Series dengan pilihan mesin dari yang terkecil 50 cc hingga yang terbesar yakni 300 cc. di media sosial, belakangan mulai berseliweran gambar-gambar mengenai Royal Alloy yang mulai dipasarkan di Indonesia melalui PT Moto Life Internusa & Premier International sebagai distributor resmi. Salah satu yang dipasarkan di Indonesia adalah Royal Alloy GP 200. Seri GP ini menggendong mesin 4 langkah berkapasitas mesin 181 cc dan menggunakan transmisi otomatis.di atas kertas, tenaga yang dihasilkan cukup besar yakni 19.7 pada putaran 9500 rpm.
Fitur canggih juga telah dirasakan pada scotter GP 200. Pada sisi penerangan, Royal Alloy sudah menggunakan full LED baik lampu depan, belakang hingga lampu sein. Teknologi baru juga semakin nyata pada tampilan speedometer yang menggunakan layar digital TFT touchscreen yang pasti akan memanjakan pengendara. Meskipun terbilang baru, Blackpals, Royal Alloy layak untuk dinantikan perkembangannya. [agn/asl/timBX]