DEC 14, 2019@14:00 WIB | 1,029 Views
Sebagai seseorang yang tahu banyak tentang riding di lintasan aspal, saya agak khawatir ketika ditanya apakah saya ingin ikut sebagai peserta dalam perjalanan epik seperti Royal Enfield Himalayan Experience.
Karena dalam rundown yang disajikan Royal Enfield Indonesia adalah salah satunya menerobos hutan belantara. Tapi ikut saja saya lakukan, (karena siapa yang bisa mengatakan tidak kepada gunung-gunung yang indah dan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan?)
Himalayan Experience bukan seperti hanya berjalan di taman. Ini dua hari riding melalui beberapa medan paling menantang di perbukitan Jawa Barat yang mencakup lebih dari 400 km dan 8 destinasi. Jika itu tidak cukup rumit, ada deretan medan off-road, hujan, pasir dan gravel yang menumpuk tepat di seberang jalan.
Namun, untungnya, ada motor yang tepat. Belum lagi ada tim orang yang mendukung Anda, sehingga Anda tidak perlu memikirkan apapun selain riding dalam pikiran Anda.
Yakni representatif RE! Tim Royal Enfield dipimpin oleh Ari Mulyawan, Rides & Community Manager Royal Enfield, seorang pria yang saya duga secara diam-diam lebih handal menggunakan dua roda daripada dua kaki.
Tugas Ari adalah memimpin peserta, memastikan semua lima rider berhasil pulang dengan selamat. Selain tentunya memandu mobil stooring agar tetap standby menjaga motor bebas masalah.
Off Fun Ride menjadi konsep yang disematkan pada Royal Enfield Himalayan ini, beragam fitur dan mesin unggulan terbaru untuk menaklukan jalan raya dan berbagai rintangan dimilikinya.
Fitur terbaik, Long Travel Inverted Front, ban dual pupose berbalut velg ukuran besar dan wavy disc brake menjadi pendukung kemampuan jelajah yang optimal, kenyamanan hingga mudah dikendalikan di berbagai kondisi jalanan.
Motor adventure dengan harga Rp 100 jutaan, siapa yang akan membayangkan kita akan memiliki sepeda seperti ini 10 tahun yang lalu. Ini adalah ide cemerlang, yang memberi hampir semua orang kesempatan memiliki motor yang bagus.
Namun, kesampingkan ekspektasi terlebih dahulu. Mesin 400cc, meskipun tidak ada yang spektakuler, dirancang untuk menyeimbangkan antara daya dan konsumsi bahan bakar. Tangki bensin 17 liter menawarkan jangkauan sekitar 260-300 km, sesuatu yang sangat dihargai oleh orang-orang yang gemar turing.
Pijakan kaki bergetar terlalu keras pada kecepatan tinggi, membuatnya tidak nyaman dan membuat kaki Anda berdengung selama 10 menit setelah turun dari motor. Tetapi itu saja, kekurangan Himalayan. Lainnya tentang dia sudah cukup baik.
Tapi gigi dengan rasio rendah dan karakter revving tinggi inilah yang membuat Himalayan punya kapabilitas bagus buat off-roading. Rute menuju Citorek, Jawa Barat, membawa kami melewati perkebunan, dan karena hujan, pasir telah berubah menjadi lumpur yang membuat grip ban jadi minim, tapi itu sangat menyenangkan dengan karakter mesin dan bobot ringan, Himalayan benar-benar menjadi hidup di sini.
Dan jarak pijak 180 mm memastikan bagian bawah tidak pernah bertemu lumpur, dan dengan berat hanya 180 kg, dia stabil melalui titik-titik rawan dan lumpur tebal, bagian di mana motor yang lebih berat akan kesulitan. Saya harus mengakui bahwa Himalayan ini menyenangkan dan lincah untuk seorang rookie off-roader seperti saya.
Ukuran roda yang bervariasi dan garpu panjang memberikan handling yang bagus pada motor, meskipun ada beberapa pendapat yang berpikir velg 21 inci akan lebih baik, handling di kecepatan rendah dan tinggi juga sudah cukup mumpuni.
Jika motor ini tidak menginspirasi Anda untuk pergi ke sana dan riding, kemungkinan besar Anda sudah tidak punya motivasi di dalam. Ada sesuatu yang menarik tentang bau bensin, gemuruh suara mesin dan tampak kekaguman yang diterima rider di pegunungan yang membuatnya tampak seperti hal paling keren untuk dilakukan.
Dan jika seorang kutu buku seperti saya - yang sampai sekarang takut kecoak terbang - telah berani ikut riding Himalayan, maka Anda bisa (dan harus) juga. [bil/timBX]