JUN 05, 2022@15:00 WIB | 532 Views
Swiss adalah salah satu negara yang menghasilkan beberapa pembalap yang menjadi kejutan. Sebut saja Simona de Silvestro di ajang IndyCar hingga Sebastien Buemi yang menjadi pemenang Formula E dan Le Mans. Bahkan ada beberapa tim balap Swiss, seperti Rebellion di World Endurance Championship dan eks-tim Formula 1 Sauber. Juga ada banyak pembalap yang pindah ke negara itu, terutama karena alasan pajak, tetapi selama 67 tahun, olahraga tersebut pada dasarnya dilarang.
Semua ajang motorsport dilarang di Swiss setelah bencana Le Mans 1955, salah satu insiden motorsport paling mengerikan. Pierre Levagh yang membela tim Mercedes melompati penghalang ban, terbakar, dan membuat puing-puing bertebaran ke arah penonton, menewaskan Levagh dan 83 orang di sekitarnya.
Dengan 180 orang terluka dalam insiden tersebut, itu adalah kecelakaan motorsport paling parah dan itulah sebabnya Mercedes meninggalkan motorsport untuk waktu yang lama. Setelahnya, pemerintah Swiss memutuskan bahwa motorsport terlalu berbahaya untuk digelar atau diizinkan di negara itu, dan semua bentuk balap sepenuhnya dilarang.
Sebenarnya ada beberapa acara motorsport di Swiss sejak itu. Formula E menjalankan dua balapan di Zürich dan Bern, yang memiliki pengecualian khusus untuk balapan listrik. Ada juga beberapa reli, dan seri balap eSkootr Championship yang menjalankan putaran kedua di Sion beberapa akhir pekan lalu, juga di bawah syarat penggunaan listrik.
Namun, balapan lain sepenuhnya dilarang selama 67 tahun, dan Grand Prix Swiss, yang telah dimulai kembali pada tahun 1934, benar-benar tidak aktif. Bagaimanapun, sejumlah media Swiss mengabarkan terakhir kali bahwa semua itu dapat berubah, karena senat Swiss memilih untuk membatalkannya dalam sekelompok perubahan aturan yang bisa membawa keuntungan bagi Swiss. [dhe/zz/timBX] berbagai sumber