DEC 18, 2022@18:00 WIB | 1,003 Views
Setelah 25 tahun, MotoGP Mandalika menjadi momentum kebangkitan olah raga motorsport paling bergengsi kembali ke Indonesia. Kelahiran tim SAG Racing yang bertarung di kelas Moto2 menjadi bukti keseriusan Indonesia di dunia balap dibawah FIM.
Dikanal BlackStory ini tim BlackXperience mengupas fakta trend dari engine 2 tak hingga ke 4 tak. Tim MV Agusta membuahkan juara di era 1966 hingga 1973 di kelas utama GP500, dengan silinder yang tidak dibatasi. Masuk era 1997 beredar regulasi jumlah silinder hingga berat motor yang dibatasi di kelas GP500.
Jadinya tahun 1997 semua motor berbasis 4 silinder di GP500. Sekaligus menjadi bakal menyudahi mesin-mesin 2 tak di ajang balap motor tercepat di dunia tersebut.
Namun sejak tahun 2002, semua tim GP500 bermigrasi ke 4 tak dengan batasan 990cc dan nama kelasnya berubah menjadi MotoGP. Tahun 2007 maksimum capacity dibatasi 800cc, namun silinder head dibebaskan dari 3 hingga 6 silinder. Hingga pembahasan budgeting dan sponsor setiap tim menjadi bagian menarik untuk dibahas lebih dalam.
Nah terlepas masalah teknis engine yang sudah dipatok di 4 silinder 1000cc, pabrikan dan tim satelit sibuk mempersiapkan dana segar. Harga sebuah mesin menurut situs boxrepsol, diangka Rp3,4 - 4,3 miliar. Guna mengukur berapa keseluruhan budget, sebuah tim satelit membutuhkan budget operasional Rp37,4 miliar untuk paket 2 motor tanpa suku cadang.
Beban tim Pabrikan sendiri bukan tidak ada, untuk riset motor sendiri menguras kocek tim hingga Rp52 miliar. Jelas itu alasan yang lumrah, karena electronic sensor, kabel dan panel menyerap dana Rp1,7 miliar. Sektor pengereman sendiri Rp1,2 miliar, terdiri dari 3 pasang kaliper 3 silinder dan 10 cakram berbahan karbon, serta 28 kampas kopling. Begitu juga dengan velg ringan dibandrol Rp69,5 juta sepasang.
Biaya akomodasi selama 1 tahun balap mencapai Rp12 miliar, ditunjang dengan biaya staf hospitality mencapai Rp10,4 miliar. Serta biaya akomodasi staf Rp32 miliar selama satu musim. Sponsor pendukung seperti Michelin harus mempersiapkan dana Rp20,8 miliar, untuk varian yang dibutuhkan diberbagai sirkuit.
Nah diluar semua itu, ada budget yang kudu dipersiapkan saat pembalap crash. Perbaikan kecelakaan ringan bisa mencapai Rp260-347 jutaan. Dana tersebut untuk perbaikan rem depan dan belakang, cover, foot rest dan sebagainya.
Jika terjadi crash berat hingga menyebabkan kerusakan sensor, suspensi, piringan cakram hingga radiator, harga yang harus ditebus mencapai Rp1,7 miliar. Belum seberapa bila kerusakan menjurus pada sasis, electronic part, swing arm hingga engine, biaya yang disedot untuk perbaikan sebesar Rp8,6 miliar.
Nah, udahan kita bahas risk management dari sebuah unit MotoGP. Ada baiknya kita bahas, berapa pemasukan tim MotoGP. Dimulai dari logo kecil di windshield sebesar Rp6 miliar. Logo besar difairing dibandrol Rp15,2 miliar. Namun budget iklan tersebut hanya untuk pembalap biasa, bukan pembalap utama atau juara bertahan.
Selevel Marc Marquez, logo kecil di windshield mencapai Rp33,6 miliar. Begitu juga dengan besar di fairing harus merogoh kocek Rp125 miliar. Itu tak seberapa bila sebuah sponsor bakal menjadi nama sebuah tim. Seperti Lenovo pada Ducati, Repsol pada Honda dan Monster pada Yamaha ditarif Rp369 miliar.
Brand lokal Indonesia yang sering kita temui di body MotoGP cukup membuat bangga kita BlackPals. Sebut saja Semakin Didepan, Nyalakan Nyali, Satu Hati, Wonderful Indonesia, Antangin, Bold Riders, KYT menjadi brand lokal yang bakal sering kita lihat di body MotoGP. [Ahs/timBX]