DEC 14, 2020@13:16 WIB | 1,489 Views
Suzuki Hayabusa Generasi ke-2 terlahir 2008 hingga pembaruan major hingga tahun 2013. Salah satu upaya Suzuki Global menghasilkan motor paling cepat bermesin 1340cc bertenaga 194 hp dan torsi 135 Nm. Upaya mempertahankan motor tercepat didunia seperti 10 tahun sebelumnya (Hayabusa generasi pertama 1999) menjadi incaran manufaktur Jepang lain, bahwa kecepatan Suzuki harus dikalahkan yang saat itu memecahkan kecepatan diatas 300kpj. Melewati dua dekade, klaim tercepat Hayabusa dihentikan kehadiran motor lain. Namun karena itulah, alasan Steven meminang Suzuki Hayabusa 2014 adalah generasi tercepat kedua hypersports di dunia.
Sayangnya cultur Hayabusa tidak seramai di US yang mengistal turbo untuk Hayabusa dengan tenaga meningkat menjadi 250 hp bahkan 330hp. Minimnya part menyebabkan si Owner Steven harus berfikir ulang untuk berburu part modifikasi, saking langkanya, ia harus membuat sendiri part-part modifikasinya.
Mesin inline 4, 16valve, DOHC, perpendingin udara, dilengkapi 2 ram air intake, dengan 3 riding mode, ABS dan ECU yang dibiarkan kosong tanpa fitur elektronik yang berjibun, seperti Superbike lainnya. Maka modifikasi minor adalah jalan terbaik bagi Steven, menimang motor tercepat 2 dekade di zamannya.
"Sebagai kebanggaan, saya menyebutnya Hiboosta, motor yang cukup spesial, karena sebagian besar part modifikasi Hayabusa ini custom alias spesial made. Air Ram dibuat karbon, menggeser fungsional air ram dan sein. Sedangkan untuk pendingin rem, dibuatkan air scoop khusus untuk mendinginkan kaliper. Handle rem menggunakan RCS-19 Corsa Corta, dan master koping RCS-19 kiri yang cukup rare serta selang rem Hell. Hingga saat ini, modifikasi baru hanya 25 persen," buka Steven kepada tim Blackxperience.com.
Single seat sudah punya peredam panas, Steven harus beli dari luar negeri. Sektor performance, didukung dengan pemasangan SC Project. Modifikasi Hayabusa ini memang belum selesai. Pasalnya paling memungkinkan adalah modifikasi livery menggabungkan warna hitam dan merah dengan pernis khusus.
"Selain knalpot, masih ada sektor mesin yang sudah kami kulik, saat throttle dibuka sedikit, RPM langsung naik spontan, dan itu rahasia dapur kami, sebelum masuk fase porting and polish. Sektor ECU paling tidak akan kami Remap, untuk memasukkan konfigurasi yang lebih power full," ungkap Steven yang mempercayakan pengerjaan elektrikal Hayabusa ke MTS Racing dibilangan Jelambar Jakarta Barat.
Tampilan hitam sementara mendominasi body, dengan membuat tampilan lampu belakang smoke stop, ditambah dua lampu sein yang sudah lebih gelap. Warna hitam dengan kombinasi warna merah anodize, cukup mendongkrak tampilan dari standar.
"Tampilan modifikasi saat ini didukung penggunaan windshield puig, beberapa part bracket Rizoma untuk oil tank, pengaman stang Rizoma. Sektor braking sudah didukung kaliper Brembo, jalu paddock WR3, Voltmeter Kosso, dan air filter," ujar Steven yang aktif bermain sportbike 250cc di Sentul ini.
Suzuki Hayabusa Generasi ke-2 ini masih belum dilengkapi dengan teknologi throttle by wire. Artinya keselamatan pengguna berdasarkan penggunaan throttle meski sudah diadaptasi dalam 3 riding mode. "Saya membiasakan penggunaan Hayabusa hingga 3500 km, paling seru ada pada cara saya mengendalikan berat motor ini 266 kg. Meski saat riding cukup ringan, power yang buas cukup susah, tanpa elektronik kontrol seperti anti wheelie (liftup) dan fitur traksi. Boleh dibilang 100 persen keselamatan pengendara dari habit putaran throttle," tutur Steven.
Pergaulan dengan sesama pengguna superbike boleh dibilang semua kalangan bisa dia ikuti. Bila ajakan itu temanya speed, atau sekedar sunmori, bisa saja bergabung. "Nah urusan kecepatan dan bagaimana membiasakan riding dan cornering, saya cukup merindukan turun di Sentul. Buat saya tidak bagus riding di jalan raya kebut-kebutan, hasrat, kecepatan dan adrenalin harus disalurkan ke track. Pengalaman di track, bisa kita salurkan ke jalan raya lebih ke sektor safety pastinya," tutup Steven.[Ahs/timBX]