JUL 31, 2024@09:30 WIB | 103 Views
Ambisi Thailand untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik regional telah membuatnya menaruh semua telur dalam satu keranjang selama beberapa tahun terakhir, mendorong agenda kendaraan listrik sepenuhnya yang tampaknya mengorbankan hal lain, termasuk kendaraan hibrida.
Jalan yang dipilih mungkin tidak berjalan semulus yang diharapkan, mengingat bagaimana keadaan dilaporkan telah terbentuk akhir-akhir ini. Dengan tersendatnya produksi kendaraan dan vendor suku cadang yang terpengaruh sebagai akibatnya, pemerintah tampaknya akan membuka keranjang lain untuk, ya, telur baru, dengan harapan dapat mengembalikan keadaan seperti semula.
Hal ini dilakukan dalam bentuk insentif investasi bagi produsen kendaraan hibrida, sebagaimana dilaporkan Bangkok Post. Diumumkan Jumat lalu oleh dewan investasi negara (BOI), langkah tersebut akan menurunkan pajak cukai untuk kendaraan hibrida selama lima tahun, dari tahun 2028 hingga 2032.
Pajak cukai akan diturunkan bagi produsen kendaraan hibrida yang berinvestasi sedikitnya tiga miliar baht (Rp 1,36 triliunan) dalam empat tahun ke depan dan mencakup penggunaan suku cadang lokal, kata BOI. Kendaraan juga harus memiliki sistem bantuan pengemudi yang canggih agar memenuhi syarat.
Sekretaris jenderal dewan Narit Therdsteerasukdi mengatakan, kendaraan hibrida merupakan langkah penting dalam transisi menuju kendaraan listrik. "Thailand memiliki kapasitas untuk menjadi produsen utama kendaraan hibrida, dan mendukung produksi hibrida akan menjaga produksi suku cadang mobil," katanya.
Pernyataan itu secara tidak langsung mengakui kesulitan yang dihadapi bukan hanya oleh produsen mobil tradisional yang telah mendirikan pabrik perakitan di negara tersebut tetapi juga oleh produsen suku cadang mobil yang memasoknya, sebagian besar sebagai akibat dari subsidi untuk produsen kendaraan listrik Tiongkok, yang telah menyebabkan membanjirnya produk ke pasar, yang mengakibatkan perang harga.
Penerapan langkah-langkah baru untuk mobil hibrida, yang diharapkan dapat menarik investasi senilai 50 miliar baht (Rp 22,7 triliun), tidak hanya akan menyelamatkan bisnis tetapi juga lapangan pekerjaan. Sektor otomotif Thailand mempekerjakan lebih dari 750.000 pekerja dan menyumbang sekitar 11% dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut, menjadikannya kontributor terbesar keempat bagi perekonomian.
Menurut Narit, tujuh pembuat mobil saat ini menerima manfaat dari insentif yang ditawarkan oleh BOI, empat dari Jepang dan tiga dari China. (ibd)