MAY 22, 2016@11:00 WIB | 1,278 Views
Tim Indonesai siap berkiprah dalam ajang gelaran Shell, bertajuk Shell Eco-Marathon - Drivers World Championship (SEM DWC), yang akan berlangsung pada 30 Juni hingga 3 Juli mendatang, di Queen Elizabeth Olympic Park, London.
Tiga tim dari Indonesia yakni TIm Sadewa dari Universitas Indonesia (UI), Tim ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Tim Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjadi tim yang diundang untuk bisa mengikuti ajang balap mobil SEM DWC ini. Tim-tim mahasiswa dari Indonesia akan bertarung dengan mahasiswa dari seluruh dunia dalam ajang balap mobil UrbanConcept untuk menemukan mobil paling cepat dan paling hemat di dunia.
Haviez Gautama, GM External Relation PT Shell Indonesia mengatakan, ”ketiga tim Indonesia ini akan menghadapi tantangan yang berbeda dengan yang mereka hadapi di Shell Eco-marathon Asia (SEMA). Jika pada ajang SEMA, tim mahasiswa termasuk tim Indonesia ditantang untuk menciptakan mobil yang paling efisien dalam penggunaan energi dan tim pemenang ditentukan oleh jarak terjauh yang dapat dicapai mobil dengan satu liter bensin. Maka untuk Shell Eco-marathon DWC ini, mereka ditantang untuk menciptakan mobil yang paling cepat mencapai garis finish sekaligus paling hemat dalam penggunaan bahan bakar. Jumlah bahan bakar yang digunakan pada ajang balap Shell Eco-marathon DWC akan ditentukan oleh hasil terbaik dalam kualifikasi SEM Eropa.”
Selain menciptakan mobil konsep dengan tingkat percepatan tertinggi dan hemat energi, para peserta juga diwajibkan untuk mempertimbangkan sistem pengereman yang mumpuni. Mobil harus dapat berhenti maksimal 20 meter ketika dipacu dengan kecepatan 50 km/jam. Tes pengereman harus dilakukan sebelum mobil berangkat ke London. Nantinya, pihak panitia Shell Eco-marathon DWC akan memberikan dua kali kesempatan saja untuk uji pengereman di SEM Eropa. Hal ini untuk memastikan bahwa mobil memiliki tingkat keselamatan dan keamanan yang baik. Hanya tim yang berhasil mencapai hasil terbaik di kualifikasi SEM Eropa yang dapat menjadi peserta di ajang balap Shell Eco-marathon DWC.
“Ketiga tim mahasiswa Indonesia akan ditantang bukan hanya bisa membuat mobil ciptaannya dapat naik dan turun mengikuti lintasan, tetapi juga memikirkan bagaimana bahan bakar yang digunakan nantinya cukup untuk menyelesaikan tiga kali putaran. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi ketiga tim khususnya bagi drivers untuk bisa mengemudi secara benar agar mobil bisa efisien,” kata Haviez.
Apapun yang sedang mereka persiapkan saat ini, tentunya kita berharap bahwa ketiga tim mahasiswa ini bisa meraih prestasi terbaik untuk negeri Indonesia. Indonesia pasti bisa!!! [nus/timBX]