SEP 27, 2018@12:00 WIB | 2,576 Views
Ya. Judul diatas bukan intermezzo semata. Sebab biasanya kalau ada mobil baru, rasanya sama seperti yang dulu, meski hanya berbeda baju dan pernak-perniknya. Namun kali ini, hal tersebut tidak saya temui di BMW X3 generasi ketiga ini, karena DNA Serie 7 dan Serie 5 anyar telah mengalir dalam tubuhnya.
Jangan heran dia menganut kode bodi G (G01) yang serupa dengan kedua mobil tersebut. Menandainya bagaimana? Pertama Anda akan disuguhkan dengan kunci keyless model Display Key. Kedua sistem entertainment-nya juga sudah mengusung iDrive 6.0 dengan gesture control. Dan ketiga, ketika Anda membuka kap mesinnya, dia sudah mengadopsi mesin bensin terbaru berkode B48 dengan turbo ganda.
Apalagi PT BMW Indonesia sudah memutuskan merakit sendiri X3 di dalam negeri. Hasilnya Anda bakal dihadiahi peralatan yang lebih baik. Niche marketing adalah tentang menemukan kebutuhan orang-orang yang sebelumnya mereka tak pernah sadari, kemudian memenuhinya. Dan BMW semakin dikenal bagus akan hal ini.
X3 terbaru ini bukan jip, atau hatchback, atau sebuah MPV atau station wagon. Sebaliknya, ini merupakan penggabungan dari semua ke-empat itu. Anda tidak duduk setinggi layaknya jip 4x4, yang artinya pusat gravitasi mobil lebih rendah dan biasanya menghadapi tikungan lebih baik.
Dimensi X3 terbaru cukup berselisih jauh dari versi lawasnya, wheelbase-nya lebih panjang 54 mm dan lebar keseluruhanya naik 10 mm. Tinggi juga begitu, bertambah 15 mm diikuti dengan bodinya yang kini semakin memanjang 51 mm. Menariknya, itu semua invisible dari luar. Versi terbarunya ini tidak menegaskan sama sekali bahwa ia lebih besar. Bahkan dia bisa lebih ringan 55 kg dari versi X3 lawasnya (F25).
Ciri khas fitur desain BMW dipadu dengan tampilan kokoh, kekuatan, dan fleksibilitas dalam penggunaan, memberikan X3 tampilan yang khas. Desain kidney grill BMW terlihat semakin membesar, yang dipasang dalam area segitiga twin circular headlight dan lampu depan full LED.
Apron depan dan elemen perlindungan di bawah bodi yang mencolok mengukuhkan karakter tangguh dan serbaguna dari X3. Pada bagian lain, Active Air Flap Control merupakan fitur terbaru yang memandu udara yang mengalir masuk ke sekitar lengkungan roda, dan membantu mengoptimalkan tingkat aerodinamis kendaraan.
Interiornya mengikuti tatanan yang sederhana dan fungsional, diracik sedemikian rupa sehingga membuat pengemudi penuh konsentrasi menjalankan mobil ini. Paduan warna hitam dan coklat dalam interior menambah dinamis dan atletis ruang interior. BMW menghabiskan banyak upaya untuk mendapatkan material interior yang tampilannya lebih menarik dan lebih lembut disentuh.
Tapi sebagaimana BMW mengambil, BMW juga memberi. Pernak-pernik mahal yang ada kini ditambah dengan yang lebih mahal di versi CKD-nya ini. Pilihan opsi untuk navigasi, communication dan entertainment tetap ada layaknya sedan besar diatasnya, walau anda harus membayarnya untuk itu. Di mobil ini anda juga akan menjumpai banyak aluminium di kabin untuk memancarkan kesan sporti.
Begitu duduk di jok, langsung terasa bahwa tipe ini diperuntukkan bagi mereka yang bergaya sporty. Dasbor simpel, tak banyak pernak-pernik. Posisi duduk bisa diatur secara elektronis. Berada di jok belakang, saya merasa betah. Nuansa tidak noraknya sangat bikin nagih. Di depan, tapinya, yang membuat betah adalah semua fungsi di dash dan konsol tengah. Semuanya dapat diakses dengan mudah dan iDrive baru yang lebih manusiawi juga hadir di konsol tengah. Secara keseluruhan, nuansa panel depan sungguh menarik.
Kenyamanan penumpang depan dan pengemudi dipastikan lewat adalah four-way power lumbar adjustment. Ruang kaki kursi belakang kedua nyaris setara dengan Seri 7, meskipun ruang bahu lebih sempit. Arm-rest -nya cukup besar hingga bisa dijadikan tempat penyimpan barang dan cup-holder.
Firasat saya mengatakan driving dynamics di X3 terbaru ini lebih dipikirkan ketimbang di X1. Pengendaraannya juga brilian. Melewati lubang atau jalanan rata, semuanya dapat diredam dengan baik. Dan, itu sangat, sangat, langka untuk sebuah SUV yang ‘sporty’ dan besar seperti ini.
Hanya ia kurang ‘sporty’. Maaf, tapi ‘sporty’ seharusnya suspensi yang kaku. Tidak di sini. Pengendaraannya memang lembut, dan itu nilai utama X3 terbaru ini. Tapi, please kakukan sedikit saja lagi, dan ia akan lebih ‘sporty’.
Di jalan tol, saya berhasil mengukuhkan kecepatan tertinggi 210 km/jam. Uniknya, konsumsi bensin rata-rata hanya sebesar 10,1 liter/100 km. Walau berkapasitas mesin 2.0 liter, torsi maksimum mampu mencapai 290 Nm pada rpm 3.500. Ini modal utama untuk melibas tanjakan dengan enteng.
Daya 181 HP tidak begitu mengesankan jika Anda tergila-gila pada tenaga dan kecepatan. Tapi untuk orang biasa, itu lebih dari cukup. Di pengujian 0-100, saya mampu menyatat waktu 8 detik – yang pastinya bukan potensi dari mobil ini. Ia cukup untuk membuat Anda senyum. Bejek dan ia cepat merespon bejekan kaki Anda. Bahkan, suara mesinnya lumayan terdengar merdu.
Yang pasti, transmisi delapan-percepatannya bisa membantu Anda menghemat bahan bakar. Dengan torsi yang lumayan besar, Anda tidak perlu khawatir untuk bisa menarik mobil di rpm rendah pada gigi tinggi. Satu-satunya masalah terletak pada ECU mobil yang tidak mengizinkan Anda berplesir di 40 kpj di gigi enam.
All-wheel-drive system-nya, yang disebut ‘xDrive’ beroperasi diam-diam. Distribusi power disesuaikan secara terus-menerus tergantung kondisi saat itu. Meskipun lebih banyak dikirim ke roda belakang, ketika mobil merasa slip, roda depan langsung bereaksi.
Kalau anda khawatir tentang body roll saat memasuki tikungan dengan X3, rasanya tidak perlu. Anda tidak pernah akan mendapatkan mobil seukuran dan seberat ini dengan respon dan keseimbangan yang sama dengan sebuah Seri 3. All New X3 mampu melahap tikungan kencang seperti di jalan tol Cipularang dengan stabilitas yang memukau.
Menciptakan handling seperti mobil sport pada SUV mewah seperti ini adalah sesuatu yang berlawanan. Tapi tidak untuk ilmuwan yang bekerja di Munich, hal itu adalah santapan mereka sehari-hari. Setirnya akurat dan tepat. Namun saking beratnya, feedback ke pengemudi jadi minim. Sebaliknya, ringan berguna saat parkir atau kala membelah kepadatan Ibukota.
Kekuatan untuk menghentikan laju SUV ini tak perlu diragukan lagi dengan kaliper rem 4 piston bertugas di depan serta di belakang. Tekanan dan sentuhan yang dihasilkan pedal rem memberikan keyakinan tersendiri bagi saya, apalagi masih ada dukungan lain dari peranti ABS, EBD, Brake Assist bekerja seirama dengan ESP dan traction control.
Pengendaraannya memberi kesan kalau anda benar-benar mengendarai sebuah BMW. Ini karena orang-orang pintar di Munich memberi perhatian ekstra besar dalam soal noise, vibration dan harshness. Jadi, meski dia sudah rakitan lokal, 'quiet-ride' akan menjadi alasan pertama kenapa orang harus membeli mobil mewah, terutama pemilik SUV BMW yang ada sekarang. [bil/timBX]