JUN 28, 2018@11:30 WIB | 4,040 Views
Seperti kawasan selatan Amerika yang keras, Tucson tampil maskulin, atletis dan serbaguna. Menurut saya SUV ini dirancang jadi teman terbaik gaya hidup pemiliknya. Tucson adalah utility vehicle kedua yang dimiliki Hyundai Mobil Indonesia (HMI); sekarang dia berdiri di tengah antara Santa Fe dengan SUV lebih besar yang-pasti-akan-datang dari Hyundai. Versi terbaru Tucson yang kami uji sekarang, begitu luar biasa.
Perhatian yang diberikan pada detailnya cukup brilian. Dengan harga yang kompetitif, konsumsi bensin yang hemat (9kpl dalam kota, 11kpl luar kota) dan garansi yang panjang (3 tahun/100.000km, jaminan beli kembali) Tucson makin percaya diri untuk menarik perhatian konsumen di Indonesia.
Kalau melihat sejarahnya, Tucson selalu menjadi kendaraan yang istimewa bagi Hyundai. Tatkala HMI menyodorkan Tucson generasi pertama 2004 silam, publik tanah air disuguhi sebuah SUV asal Korea Selatan dengan desain khas Eropa yang memikat.
Saat itu, Hyundai lebih dikenal sebagai produsen mobil murah macam Accent dan Elantra. Namun pembeli Tucson berbeda: mereka lebih tua dan lebih berkelas daripada tipikal pembeli Hyundai biasanya. Mereka membeli Tucson bukan karena mobil ini terjangkau harganya; mereka membelinya karena mereka pikir mobil ini bagus, sebuah kendaraan yang mampu bersaing.
Kehadirannya tergolong konsisten hingga kini. Setelah memasuki generasi ketiga yang meluncur, Tucson tetap tampil sebagai SUV yang bercita rasa Eropa. Sejak saat itu, Hyundai terus membuat deretan kendaraan yang nilai kompetitifnya bagus, dan all-new Tucson hanya salah satu dari rangkaian terakhir. Walau Tucson adalah sebuah crossover, nyatanya dia dibuat dan diproduksi pada assembly line yang sama dengan Sonata, dan dia bukan based-on-a-car; dia memiliki platform yang unik.
Bicara kompetitif, sebagai pembanding, saya taruh Tucson diantara Mazda CX-3 yang baru-baru ini saya coba, dan jujur jika harus memilih, dalam tingkat keprakstisan dan all-round enjoyment – satu yang saya akan tetap beli adalah Tucson.
Saya tak bisa membayangkan mobil apa lagi yang lebih baik di kelasnya selain Tucson yang menggabungkan road-going ability, kehematan bahan bakar, dan tangkas di off-road, serta membuat perjalanan panjang dan pendek begitu menyenangkan.
Versi terbarunya ini sedikit lebih sulit saya nilai bentuknya namun tetap saja ganteng. Bahasa desain “Fluidic Sculpture” yang mengaliri setiap lekuk tubuh model-model Hyundai, disempurnakan menjadi “Fluidic Sculpture 2.0”. Masih berpijak pada garis-garis berani, kini dipertegas kesan sporty yang mengekspresikan modernitas desain dengan postur lebih sempurna dan atletis.
Dengan penambahan trim aluminum Tucson telah menjadi salah satu SUV yang memiliki dasbor terbaik di pasaran. Dashboard menampilkan temperatur, fungsi-fungsi radio, dan climate control. Disain yang sederhana dan efisien memudahkan pengemudi. Interiornya pun juga begitu. Kelir interior hitam monochrome hanya dimiliki varian top-of-the-line XG yang kami coba ini. Interior Tucson menggunakan Ice Blue interior lighting pada instrumen culster, center consel, control dan tempat-tempat lain. Ice Blue tampil lebih dingin, tegas, mudah dilihat dimalam hari dan memperbaiki suasana interior secara keseluruhan.
Jok penumpang depan terutama supir adalah tempat ternyaman di mobil ini; jok penumpang sedikit terlalu dekat jaraknya dari lantai untuk ukuran saya. Akses ke baris kedua cukup baik, walau bantalan jok termasuk pendek dan tidak begitu men-support paha, sebuah dosa yang biasa dilakukan SUV sekelasnya.
Tipe XG menambahkan roda yang lebih besar, sunroof, dan mainan lainnya; seperti jok kulit (elektrik untuk jok pengemudi), digital dual-zone automatic climate control, rear A/C vent, roof rack, dan gril krom.
Saat berjalan ke arah Puncak, Jawa Barat, saya membuka sunroof dan jendela. Karena, angin gunung, jalanan yang berkelok dengan hamparan kebun teh akan mengantarkan sensasi aroma yang menyegarkan. On the road, SUV yang diimpor langsung dari Korea ini mendapatkan mesin 2.000 cc terbaru: 2 berdaya 158 HP dengan torsi 198 Nm. Mesin bensin 4 silinder ini disandingkan dengan gearboks 6-speed shiftronic. Semua paduan mesin itu dapat dimiliki dengan pilihan penggerak depan.
Saat melewati jalan lurus, Tucson pun langsung saya pacu. Hanya dalam hitungan detik, jarum speedometer di mobil sudah menunjuk ke posisi 140kpj. Proses perpindahan gigi pada transmisi ini berlangsung halus dan lebih pintar memilih gigi yang tepat di segala kondisi.
Di dalam kota, Tucson memiliki jarak pandang yang baik dan posisi mengemudi yang meninggi cocok untuk pria maupun wanita, walau saya menilai wanita lebih suka menyetir dalam posisi lebih tinggi, sementara pria lebih suka merendah, apalagi kalau tahu itu jok ala balap.
Yang luar biasa dari semua varian Tucson adalah pengendaliannya. Tak diragukan lagi dia cukup solid dan mudah dikontrol. Anda tidak perlu takut membejek pedal gas lebih dalam di tikungan kalau Tucson bakal kehilangan kontrol dan melintir (dan meski anda kelewat ‘PeDe’, fitur standar electronic stability control dengan sigap membantu).
Fitur A/C pada tipe XG fitur climate control secara otomatis mengubah antara udara segar dan udara recirculated tergantung dari kualitas udara di luar. Penumpang baris kedua mendapatkan aliran A/C dari pilar B langsung ke wajah mereka dan bagi penumpang baris ketiga di varian 7-seater juga ada bahkan ditambah pengatur fan. Kemana pun anda memandang, anda akan melihat betapa Hyundai Tucson mampu memanjakan penumpangnya.
Bagi saya, Tucson lebih terjangkau – dan lebih memperhatikan penumpangnya ketimbang Nissan Juke, walau tak senyaman di belakang sebuah X-Trail. Pengemudi yang lebih emosional mungkin lebih suka Mazda CX-3, tapi pembeli SUV pertama kali akan menemukan kenyamanan dalam kestabilan yang dimiliki Tucson. Jadi jika anda berencana membeli sebuah crossover/SUV, pastikan anda test drive Tucson terlebih dahulu. Karena orang-orang Jepang bisa membuat mobil bagus, tapi orang-orang Korea bisa lebih bagus lagi. [bil/timBX]