APR 01, 2016@13:45 WIB | 4,401 Views
Sejak pertama kali diluncurkan pada ajang Milan Motor Show 2009 lalu, penampilan Moto Guzzi V7 Racer disambut positif penggila sepeda motor di dunia. Kuda besi yang dibuat hanya 1000 unit ini membuat kami tidak sabar untuk segera mencobanya berkeliling Ibukota.
Ciri khas mesin V-Twin 90 derajat melintang ala Moto Guzzi memang sangat mempesona siapapun yang melihatnya. Terlebih saat kami memboyongnya dari PT Premier International di kawasan Bintaro, Tanggerang Selatan. Dari ketiga variannya, V7 Racer memang cukup nyentrik berkat penggunaan tangki berbahan krom dan buntut tawon ala cafe racer.
Kebetulan kami mendapat unit produksi ke 471 dari 1000 unit rencana produksi seluruhnya. Seperti biasa, getaran mesin yang mendorong bodi motor kekanan menyapa kami saat pertama menghidupkan kendaraan. Namun getarannya tidak sebesar Audace yang sempat kami ulas beberapa waktu silam. Maklum saja, kubikasi mesin V7 Racer sebesar 744 cc 4 Stroke DOHC lebih kecil daripada Audace.
Bobot kosong motor yang mencapai 179 kilogram ditambah berat badan pengendara sekitar 92 kilogram membuat tarikan awal motor terasa kurang bertenaga. Namun ketika kami menemui jalan kosong, putaran mesin dengan lembut membuai kami hingga redline. Agak sulit memang mendapatkan top speed motor berkapasitas 750 cc di Ibukota yang terkenal padat dan banyak jalan berlubang.
Kuda besi berpenggerak gardan ini memiliki cara kerja yang berbeda dari motor penggerak gardan umumnya. Moto Guzzi menganut sistem Compact Reactive Shaft Drive, dimana sang pengendara akan merasa seperti menunggangi motor berpenggerak rantai biasa. Bedanya perpindahan tiap gigi terasa lebih halus dibandingkan penggerak rantai.
Satu hal yang kami cermati adalah hawa panas yang dihasilkan mesin V7 Racer, berbeda dengan Audace yang cukup panas menyengat bagian betis. Sistem pengereman single disc Brembo berdiameter 320 mm dengan bantuan 4 piston pada bagian depan berhasil membuat kami nyaman dalam perjalanan. Sistem pengereman bagian belakang juga cukup mumpuni berkat penggunaan single floating disc berdiameter 260 mm.
Peranti peredam kejut teleskopik berdiameter 40 mm pada bagian depan berpadu dengan 2 fully adjustable Bitubo membuat motor ini sangat mudah dikendarai. Asiknya, posisi sang pengendara yang memiliki postur tubuh sekitar 180 cm terasa sangat pas berkat penggunaan setang jepit. Penggunaan setang jenis ini membuat kuda besi buatan negeri Pizza tersebut lincah untuk dipakai selap-selip di kemacetan kota.
Overall, motor berpenampilan tahun 60-an ini cukup memikat untuk dijadikan salah satu koleksi dalam garasi Anda atau dipakai sehari-hari sekalipun. Motor yang dilego seharga Rp 480 juta on the road jakarta tersebut menjadi barang yang bernilai seni tinggi dan membuat penggunanya tampil nyentrik. Sayangnya, motor ini tidak dibekali indikator bahan bakar sehingga Anda harus mengintip atau menggoyangkan kendaraan untuk mengetahui sisa bahan bakar dalam tangki. [dw/timBX]
Spesifikasi
Motor: Moto Guzzi V7 Racer
Mesin : 90° V-twin engine, 4-stroke, 744 cc
Sistem pendingin: Air cooled
Kapasitas : 744 cc
Sistem Pasokan Bahan Bakar : Weber-Marelli electronic fuel injection
Tenaga Maksimum : 50 hp / 6200 rpm
Torsi Maksimum : 58 Nm /5000 rpm
Transmisi : Manual 5 percepatan
Bahan Bakar : Gasoline
Kapasitas tangki : 22 liter, cadangan 4 liter
Panjang : 2184 mm
Lebar : 800 mm
Tinggi : 1112 mm
Sumbu Roda : 1449 mm
Berat kosong : 179 kg
Suspensi Depan : Telescopic hydraulic fork with 40 mm stanchions
Suspensi Belakang : Light alloy swing arm with 2 fully adjustable Bitubo shock absorbers
Ban Depan : 100/90-18
Ban Belakang : 130/80 R17
Tinggi tempat duduk: 805 mm mm
Fitur lain : CA.R.C. Compact Reactive Shaft Drive, Electronic Ignition, 320 mm stainless steel disc Brembo caliper with 4 differentiated pistons (depan), 260 mm stainless steel disc, brembo double piston floating caliper (belakang), Double cradle tubular frame in ALS steel with detachable rear subframe, Three-way catalytic converter with double lambda probe exhaust, Dry single plate with flexible couplings
Harga : Rp 480 juta on the road Jakarta