DEC 20, 2020@08:00 WIB | 1,415 Views
Mengendarai mobil favorit bagi para peminat merupakan aktivitas yang menyenangkan. Apalagi bila mobil sudah dicuci hingga mengkilap. Sebelum Anda menjadi gila, lihat ini dulu. Menatap sambil menganggukkan senyumnya sendiri. Setelah itu, sesaat mengambil foto dengan handphone. Masuk ke dalam mobil, periksa kunci dan lihat bensin penuh. Sedaappp!
Berjalan dengan mobil kesayangan terasa sama seperti jika kita membawa jalan-jalan hewan kesayangan kita. Ya mungkin itulah gambaran kedekatan antara peminat dengan mobilnya. Tapi terkadang, atau mungkin cukup sering, semuanya tak seindah yang dibayangkan.
Begitu kita keluar di jalan raya, kita akan disambut dengan kenyataan hidup yang tidak semanis yang dibayangkan haha.
Ada berbagai hal di jalanan sana yang akan mengurangi kenikmatan berkendara kita. Kondisi jalan raya di Indonesia, khususnya di kota-kota besar memang membuat kenyamanan berkendara kita berkurang. Kenyataannya tidak seindah kita melihat video-video mobil asing yang kondisi jalannya begitu santai dan bebas.
Pada artikel kali ini kita akan membahas hal-hal yang tidak kita sukai saat berkendara. Sudah lama kami tidak membicarakan topik kasual. Review ini hanya opini, jadi santai saja membacanya. Mari kita mulai.
Macet
Yang paling pasti inilah yang membuat kita malas mengendarai mobil. Baru keluar rumah, masuk jalan utama, di depan sudah terlihat antrian mobil seperti sedang antri sembako. Bagaimana perasaan Anda saat mengemudi, yang hanya menginjak gas sedikit, rem, diam. Gas sedikit lagi, rem lagi, dan diam lagi.
Perjalanan yang seharusnya setengah jam bisa berubah menjadi 2 jam! Belum lagi mesin mobil yang seperti akan mati, dengan tenaga yang besar datang pula konsumsi bahan bakar yang besar hehe. Begitu Anda akan jalan, siap-siap mengisi bensin minimal 100-200 ribu.
Lalu lintas memang menjadi alasan utama orang malas menggunakan mobil. Sore hari lebih baik menggunakan sepeda motor. Bagi peminat, kebiasaan mengemudikan mobil kesayangan banyak dilakukan pada malam atau pagi hari di hari libur.
Nah, selama kemacetan ini, hal-hal tidak menyenangkan lainnya juga akan muncul. Kami akan membahasnya di bawah ini.
Lampu Merah
Hal tidak menyenangkan berikutnya adalah kotak merah kuning hijau. Orang menyebutnya lampu merah atau stopan. Jarang sekali orang menyebut lampu lalu lintas.
“Mas, dimana jalan X nya?” “Oh, teruskan saja sampai lampu lalu lintas terus berbelok ke kiri.” Jarang sekali, bukan?
Dilansir dari autofis.com, Jumat (18/12/2020), di kota tempat saya tinggal, apalagi di tengah kota, pertigaan pertigaan ada dimana-mana. Alhasil lampu merah bertebaran dimana-mana. Setiap kurang lebih 1 km ada lampu merah, bahkan jalan 500 meter saja sudah ada lampu merah Di beberapa ruas jalan kalau kita kena lampu merah bisa kita lihat di depan sudah nampak lampu merah, ada yang menunggu dengan manis.
Beberapa lampu merah terkenal dengan kepiawaiannya menahan kendaraan. Alhasil lampu merah tersebut kerap mendapat julukan dari para pengguna jalan. Dulu, waktu sedang tren saat explore, era Path, atau explore Facebook. Ketika saya terjebak di salah satu lampu merah yang terkenal, saya sangat penasaran untuk membuka media sosialnya. Ternyata banyak sekali nama yang terexplore di sana, misalnya “lampu merah yang bisa menyetrika dulu”, “lampu merah yang bisa dipakai dulu”, “persimpangan sulit untuk dilalui”, dll.
Adanya lampu merah sangat mengganggu kenyamanan berkendara. Apalagi kalau saya pulang, jalan sudah penuh lagi, sudah macet.
Angkutan Umum
Mengemudi sembarangan, tiba-tiba berbelok, membuat kemacetan lalu lintas dengan ketidaktahuan, dan lainnya. Karena angkot itu sendiri yang membuatnya tidak disukai oleh para pengguna jalan raya.
Mobil Arogan
Potong / ganti jalur semena-mena, pakai bahu jalan tanpa aturan, marah-marah kalau tidak dikasih jalan, menyalip sembarangan, nekat ngebut, memotong antrian dengan cuek, dan lain-lain.
Sepeda Motor yang Tidak Teratur
Seliweran sana-sini, kanan ke kiri, kiri ke kanan. Potong jalur untuk pindah jalur, oke. Tapi, banyak juga yang ‘sangat’ tidak teratur. Jenis sepeda motor ini seperti gatot kaca, otot kawat tulang besi. Tidak takut jatuh atau tertabrak.
Jalan Rusak atau Berlubang
Tidak ada yang namanya nyaman saat berkendara di jalan rusak. Semakin berbahaya, semakin tidak nyaman, bukan? Yah mungkin kecuali bagi mereka yang doyan off-road, tapi itu lain ceritanya. Jalan rusak di lokasi perkotaan akan sangat mengganggu kenyamanan berkendara.
Yang lebih parah sebenarnya ketika jalannya mulus tapi ada “jebakan batman” alias lubang. Mengapa? Karena justru suspensi inilah yang paling berbahaya dan merusak dari mobil kita. Saat itu kita merasa jalan aman dengan mulus dan tidak sadar ada lubang, sehingga mobil yang terkena ranjau. Shockbreaker dan velg (palsu, hehe) sudah hancur.
Hal lainnya adalah “polisi tidur”.
Orang Indonesia tidak suka jika Anda membuat polisi tidur. Ini seperti bukit. Jadi, saat mendekati polisi tidur harus pelan-pelan, demi menjaga kesehatan suspensi kita. Katanya coilover dan suspensi udara itu murah haha. Yang paling menderita adalah mereka yang menggunakan mobil ceper, pasti akan terantuk bikin sakit dompet Anda hehe.
Tailgating
Tailgating atau mengekor adalah sebuah kondisi di mana seorang pengemudi mengemudikan kendaraannya di belakang kendaraan lain, tanpa menyediakan jarak yang cukup untuk berhenti tanpa menyebabkan tabrakan, jika kendaraan di depannya berhenti mendadak.
Ada dua kemungkinan besar mengapa orang melakukan ini. Pertama, dia buru-buru dan 'mendorong' orang di depannya untuk meningkatkan kecepatan. Terkadang hal ini terjadi di jalan umum atau jalan tol. Di jalan tol, setahu saya jalur kanan sebenarnya hanya digunakan untuk menyalip, bukan untuk terus menerus mengemudi. Tapi dalam prakteknya lajur kanan dipakai untuk terus mengemudi, kadang malah ada yang dibawah batas kecepatan minimum haha. Alhasil, tidak jarang orang mengemudikan mobil di bawah kecepatan tersebut.
Kasus lain, kami berkendara konstan di jalur kanan dengan batas kecepatan maksimum yang sesuai. Kini mobil di belakang melaju di atas batas kecepatan maksimum. Tak jarang mereka melakukan tailgating bahkan sengaja menyorot lampu di kejauhan untuk menyuruh kita bergerak. Kalau seperti itu kadang saya minggir, tapi kadang saya terengah-engah meninggalkan mobil agar segera menghilang dari kaca spion haha.
Kedua, orang mengekor untuk mendorong mobil di depannya untuk menambah kecepatan. Tapi bukan karena dia terburu-buru. Ini dilakukan untuk mengancam atau menggoda mobil. Singkatnya, ingin bersaing dengan kecepatan atau mengetahui kemampuan mobil.
Hal ini terkadang terjadi jika mobil kita adalah mobil yang identik dengan performa atau mobil balap. Terkadang mengekor seperti ini menyenangkan, tetapi jika momennya tidak tepat, itu juga mengganggu.
Demikian ulasan kali ini. Hal-hal di atas sudah lumrah dan menjadi liku-liku berkendara di jalanan Indonesia. Untuk bisa berkendara dengan nikmat menggunakan mobil kesayangan memang cukup sulit. Kita harus pintar-pintar memilih waktu atau rute perjalanan. Selebihnya, cobalah untuk tetap menikmati dan bersabarlah. [mhd/asl/timBX]